Mohon tunggu...
Lailatul Q
Lailatul Q Mohon Tunggu... Freelancer - blogger

Guru, Blogger, Traveller

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Firaun Sakit Gigi

30 Agustus 2021   04:50 Diperbarui: 30 Agustus 2021   05:05 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tertawa membayangkan bagaimana manusia seheboh Firaun atau Abu Jahal tiba-tiba sakit gigi. Tiba-tiba hilang mood boosternya untuk nyombong lagi. Atau keangkuhannya hilang karena lagi sakit gigi.

Kampanye "mengaku tuhan" sedang berlangsung, tetapi Abu Jahal males ngomong. Ah saya harap Anda mampu menahan tawa. Apa-apaan ide saya ini.

Dari sejarah kita mengenal banyak jenis manusia; mulai dari manusia setabah Nabi Ayyub, suka guyon seperti Nabi Idris, lucu tapi sarat renungan seperti Abu Nawas, manusia kesatria seperti Nabi Muhammad, sampai manusia nyebelin seperti Sengkuni, dan yang licik seperti Rama.

Ada yang penuh pencitraan, eksistensinya ingin diakui, seperti Abu Jahal dan Firaun tadi. Sepanjang sejarah sejak bendera Islam berkibar, tidak ada manusia yang ngefans sama mereka berdua. Bahkan juga generasi-generasi setelahnya.

Mengapa? Karna agama menunjukkan satu patron teladan yang sampai sekarang followersnya terus bertambah. Bahkan barang siapa yang meniru akhlaknya, pasti followersnya meningkat juga. Siapa lagi kalau bukan sang junjungan kekasih Tuhan.

Tapi, dibandingkan Abu Jahal dan Firaun, sepertinya Sengkuni lebih menyebalkan. Bagaimana tidak? Sengkuni begitu picik mengadu domba. Mengahsut sana-sini. Menjelek-jelekkan di dibelakang, menyanjung harum depan muka. Sekali kena gertakan Bima ciut dia, melipir ketakutan.

Ah, mental yang cemen. Lebih "jentel" Firaun lah, berani unjuk hidung dan berkata "ini lho aku". Dari pada maju tak berani, mundur merasa terhina. 'Kan jadi gagal keren.

Ada yang sok keren, suka abai, dan licik seperti Rama. Padahal untuk menjemput kekasihnya di Alengka, ia tidak berani tampil sebagai kesatria. Malah bergeser meminta bantuan pasukan Hanoman, ini adalah sinyal kalau Rama tidak berani menghadapi Rahwana sendirian. Karena kelalaian dan abainya Rama di hutan, Shinta akhirnya diculik. Setelah berhasil merebut Shinta kembali, Rama mulai sok keren lagi dengan mencurigai anak dalam kandungan Shinta sebagai hasil perselingkuhannya dengan Rahwana.

Selamanya manusia dengan mental seperti Rama, Sengkuni, Abu Jahal, dan Firaun tidak akan disenangi orang di masanya bahkan setelahnya. Kalau ada yang senang, coba dicek ulang, barangkali itu anak buah yang berhasil disumpal dan sesekali ingin mengaplok majikannya. Hehe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun