Tulisan ini tidak dibuat atas dasar emosional yhaaaa teman-teman dan para pembaca juga mohon santai saja membacanya yaa. Tulisan ini hanya berbagi pengalaman dan cerita saya.
Sebelumnya saya mau bercerita bahwa saya mengikuti NU dan kebanyakan didesa saya semua NU tetapi kebetulan saya memiliki buyut atau ibunya nenek saya dan keluarga kakaknya nenek saya,beliau semua mengikuti MTA dan satu RT hanya keluarga mereka yang mengikuti MTA .Pada waktu itu buyut saya sudah lama sakit-sakitan tetapi kami keluarga besar tetap menjenguk dan ber interaksi baik dengan mereka, setelah buyut saya sakit-sakitan beliau meninggal dunia pada pagi hari, kemudian keluarga saya di beritahu bahwa Mbah buyut meninggal, sebenarnya keluarga saya dan Masyarakat sekitar pengennya ikut layat, tahlilan,mensholati dan ikut mengkubur seperti adat orang-orang NU,akan tetapi kita bingung karena mereka adalah MTA sedangkan di MTA sendiri seperti itu diharamkan, akhirnya kita semua tetap kesana namun hanya layat saja kemudian pulang ,semua yang mengurus jenazah hanya keluarga Mereka sendiri, masyarakat pun heran dan bertanya-tanya kenapa seperti itu bisa diharamkan ,mohon maaf mereka berbicara seperti itu karena mereka semua mengikuti NU,karena menurut mereka bahwa NU itu yang paling benar dan kebetulan yang mengikuti MTA hanya keluarga jenazah tetapi tidak menyalahkan yang lain hanya bertanya-tanya kenapa dan mengapa.
Karena jenazah adalah ibunya nenek saya atau Mbah buyut saya,nenek saya tetap mengadakan seperti hal nya orang-orang NU yaitu slametan 7 harinan,40 harinan,100 harinan dan seterusnya tetapi di rumah nenek saya, dan terus mendoakan jenazah tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H