Kini, Aldara Dwi Putri sudah menjadi seorang dokter muda yang sangat sukses. Semua pencapain Dara satu persatu ia wujudkan. Namun, dibalik sukses nya Dara ini belum membuatnya puas. Dara masih menunggu kehadiran lelaki itu. Ia Gavin. Bahkan, sekarang ia bekerja di Rumah Sakit semasa ia koas dulu pun tak membuatnya bertemu dengan pemilik mata tajam itu.
Tentang lelaki itu? ntah, Dara tidak pernah tau tentang dia. Bahkan, Dara hendak pasrah karena telah lama ia tidak mendengar kabar dari lelaki itu. Hampir Dara ingin berhenti menunggunya. Terlalu lama waktu yang ia habiskan untuk menunggu takdir mempertemukannya.
Seperti biasa, kini ia sedang bertugas dengan seragam putih kebanggaannya di Rumah Sakit. Hari-hari Dara disibukkan dengan pasiennya. Ketika hendak pulang tidak sengaja ia melihat seorang pria dengan seragam loreng yang tidak asing baginya.
"Sepertinya aku kenal dengan tubuh lelaki itu, tapi siapa ya?", gumamnya.
Beberapa saat kemudian ia teringat dengan satu nama yang selalu ia tunggu.
"GAVIN"
•
Malam hari yang begitu hening, Dara terdiam didalam kamarnya.
Yang tadi dia lihat betulan Gavin atau cuman angannya saja. Kalau memang lelaki itu betul dia, Dara tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Bahkan ia sudah berharap bahwa penantiannya selama ini menemukan titik cerah. Sudah lama ia merindukan sosok pemilik mata tajam itu. Dara sangat senang bisa melihat lelaki itu, semenjak hari itu Dara tidak bisa melepaskan lelaki itu di hatinya. Banyak hati yang ia tolak demi lelaki yang sama sekali tidak ia kenali itu.
Senyum Dara tidak luntur sama sekali malam ini. Ntah mengapa dirinya begitu bahagia sekali. Hingga akhirnya ia pun terlelap dalam tidurnya.
Pagi ini, Dara sudah tiba di Rumah Sakit lebih awal, karena hari ini kebetulan jadwal operasi pasiennya. Dara sedang mempersiapkan peralatan sebelum operasi ini dilaksanakan. Sampai ia pun melewatkan sarapan paginya, Dara tidak sempat masak atau membeli sarapan pagi ini.