Mohon tunggu...
Laila Rachellia
Laila Rachellia Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Mengisi waktu luang dengan aktifitas bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bukan Sekadar Tontonan, tapi Juga Tuntunan

12 Maret 2020   20:52 Diperbarui: 12 Maret 2020   20:54 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menurut Dr Frieda Mangunsong, M.Ed, Associate Professor dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, film adalah salah satu media yang mampu mempengaruhi anak-anak bahkan sejak mereka bayi sekalipun. Dari film, anak-anak bisa mendapatkan berbagai hal mulai dari meniru kata-kata, mengenal warna, benda, gerakan, musikalitas, ritme dan banyak hal.

"Anak-anak menyukai film karena dalamnya terdapat banyak sekali unsur. Ada tema dan pesan, kaya akan gambar dan warna, tampilan kata-kata, gerakan visual dan adegan-adegan yang menghibur," ungkap Frieda. Menurut Frieda, tayangan media juga dapat memberikan model-model tertentu bagi anak-anak mulai dari kekerasan, kecerdasan, kepemimpinan, keceriaan, kejenakaan.

Menonton film sendiri merupakan suatu kegiatan yang biasa dilakukan seseorang untuk menghibur diri. Namun saat ini rasanya sangat sulit mendapat tayangan yang bisa ditonton bersama anak-anak. Apa lagi jika mengingat hampir semua tayangan televisi swasta di Indonesia tidak memberikan pengaruh baik bagi anak. Orang tua menjadi sedikit kewalahan dalam menyaring tayangan-tayangan yang bisa ditonton oleh anak-anak.

Seperti yang baru-baru ini terjadi KAPORLRES Metro Jakarta Pusat Kombes Heru Novianto mengungkapkan pelaku di bawah umur berinisial NF (15) membunuh teman bermainnya berinisial A (6). Hal ini terjadi lantaran tersangka habis menonton film yang diduga memiliki tindakan kekerasan, untuk itu tersangka mencoba menirukan adegan tersebut kepada korban.

Jika dilihat dari kasus tersebut film dan tontonan yang ditanyangkan sangat berpengaruh bagi tumbuh kembang anak dan cara berpikir anak. Tayangan-tayangan mendidik sangat membantu mengajarkan kepada anak-anak tentang kehidupan. 

Mereka bisa lebih mengerti dengan melihat dan meniru tingkah laku yang baik dalam tayangan tersebut. Orangtua juga merasa lebih aman dalam menikmati tayangan tersebut. Tanpa khawatir ada unsur tak mengenakkan.

Terkadang orang tua sering kali terkecoh dengan judul film. Kebanyakan film-film memang sengaja melakukan pemilihan judul yang ambigu untuk mengecoh orang demi kenaikan rating dan banyaknya penonton. 

Seperti contoh film "Cinderella" semua orang tahu bahwa film ini merupakan adaptasi dari film kartun yang mendunia, jika melihat judul orang akan berspekulasi ini tontonan anak-anak, nyatanya tidak demikian. 

Jika kita melihat bahwa film tersebut tidak layak ditonton anak-anak. Banyak film kartun yang menampilkan kekerasan, dimana hal tersebut menjadi lelucon yang bisa ditiru anak. Tapi apakah hal tersebut baik untuk psikologi anak-anak. Semua ini bisa terjadi bila orang tua paham dan mengetahui hal-hal negatif tentang film. 

Menurut Psikolog Tika Bisono, anak belum dapat memilah tontonan yang baik dan buruk sehingga orang tua harus selektif memilih tontonan yang sesuai dengan umur anak. 

Jika orang tua melepaskan anak menonton tayangan televisi tanpa pengawasan, pikiran anak dapat dirusak oleh tontonan tidak baik, ditambah lagi anak suka meniru apa yang dilihatnya. Maka dari itu, orang tua lebih mengetahui acara tv mana yang bagus ditonton anak-anak dan mana yang tidak.

Tontonan yang baik juga akan berpengaruh bagi tingkah laku anak. Berdasarkan pengamatan para ahli perkembangan anak, Menonton dapat membantu anak usia dini yang sedang belajar bicara, yakni dapat mengajarkan anak kosakata baru. Tentu saja dengan syarat bahwa acara yang ditonton oleh anak-anak adalah program edukatif dengan pembicaraan yang mengajarkan kosakata baru. Sedangkan untuk acara yang tidak menyertakan pembicaraan dan hanya gambar bergerak dengan suara musik, itu tidak dapat membantu anak dalam mengembangkan kosakata dalam berbicara.

Karena itu, agar menonton dapat memberikan manfaat optimal, orang tua perlu mendampingi anak saat aktivitas tersebut. Bila acara yang ditonton tidak menyertakan pembicaraan dan hanya berupa gambar bergerak dan suara musik, orang tua dapat mengajak anak berbicara dan mendiskusikan acara tersebut sehingga anak dapat berinteraksi secara dua arah sekaligus belajar berbicara. 

Jika acara yang ditonton menyertakan pembicaraan, orang tua dapat mendampingi untuk menekankan kosakata tersebut. Orang tua bisa menstimulasi anak untuk mengatakan kosakata baru tersebut dan mengulang-ulang kosakata tersebut.

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), orangtua seharusnya sama sekali tidak membolehkan anak-anak mereka menggunakan perangkat elektronik apa pun ( laptop, tablet elektronik, ponsel,tv dan lainnya) sampai menginjak usia 18 bulan. 

Ketika usia anak berada di rentang 18-24 bulan, Anda boleh mulai memperkenalkan mereka pada media digital yang memiliki konten edukatif. Rekomendasi dari Association of American Pediatrics, untuk anak-anak berusia 2-5 tahun yang sedang belajar berbicara, waktu menonton  yang dianjurkan paling maksimal hanya 1 jam dalam sehari. Programnya juga harus berkualitas untuk anak-anak.

Sementara untuk anak-anak berusia di bawah 18-24 bulan, sebaiknya tidak terpapar dengan  sama sekali. Simak terlebih dahulu acara anak-anak tersebut agar Anda dapat mengetahui manfaat yang dapat diperoleh si Kecil dari situ. 

Untuk anak-anak yang berusia lebih dari 6 tahun, American Academy of Pediatrics menganjurkan durasi menonton harus kurang dari 2 jam setiap hari. Setelah Anda mengetahui durasi aman untuk anak menonton, langkah selanjutnya yang perlu anda lakukan adalah mengatur jadwalnya. Sepakati bersama anak kapan saja waktu yang dibolehkan dan tidak dibolehkan untuknya menonton.

Jangan sampai anak menjadi kecanduan dengan suatu acara, maka Anda harus bijak mengatur jadwalnya sedemikan rupa agar ia memiliki cukup waktu untuk tidur, melakukan aktivitas fisik, dan kegiatan lainnya. Misalnya, saat makan malam dan sebelum tidur anak tidak boleh berada di dekat perangkat elektronik karena bisa mengganggu waktu belajar dan waktu tidurnya.

Menurut American Heart Association, terlalu banyak menonton TV akan menurunkan kualitas tidur dan kemampuan sosial, serta meningkatkan risiko masalah kesehatan yang berhubungan dengan duduk dalam jangka waktu lama, seperti obesitas. Bagi orang tua, penting juga untuk tidak memberikan anak gawai dan menggunakan gawai secara berlebih di depan anak.

Menonton TV dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi anak. Semuanya bergantung dari bagaimana orang tua mendampingi anak dalam menonton TV. Jadi pastikan Anda tidak lengah saat anak sedang menonton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun