Pengukuran Intelegensi, dalam pengukuran intelengensi tingkat intelegensi tidak hanya berdasarkan perkiraan pengamatan saja, tetapi harus menggunakan alat khusus yaitu INTELLIGENCE QUOTIENT. masyarakat umum mengaggap bahwa istilah IQ dan Intelengensi itu sama, padahal keduanya itu berbeda.
Intelligence adalah kemampuan umum yang sesungguhnya dimiliki seseorang, sedangkan IQ adalah suatu indeks tingkat relatif intelengensi seseorang,setelah dibandingkan dengan orang lain yang seusia denganya. Pada dasarnya IQ adalah sebuah tingkat kecerdasan seseorang. Dalam penggolongan daerah dapat mengikuti klarifikasi IQ yang dibuat oleh Woodworth dan Marquis :Â
1. IQ 140 keatas termasuk kategori luar biasa (genius)
2. IQ 120-139 termasuk kategori cerdas sekali (very superior)
3. IQ 110-119 termasuk kategori cerdas (superior)
4. IQ 90-109 termasuk kategori normal/sedang (overage)
5. IQ 80-89 termasuk golongan Dull average
6. IQ 70-79 termasuk kategori anak pada batas (Border line)
7. IQ 50-69 termasuk kategori Debil (moron)
8. IQ 30-39 termasuk kategori Ambisil ( embicile)
9. IQ 30 kebawah termasuk kategori Idiot
Menurut Anastasi dan Urbina (1997), tes IQ hendaknya dipandang sebagai konsep deskriptif bukan eksplanatif. Suatu IQ adalah suatu pernyataan mengenai tingkat kemampuan seseorang menggunakan skala tertentu pada suatu saat. Karena, skala yang berbeda dan dikenakan pada saat yang berbeda juga, dapat menyatakan IQ yang berbeda untuk satu orang.
Tes intelegensi umum dapat menghasilkan skor untuk bagian-bagian maupun global-tunggal, contohnya :
- Tes Stanford - Binet
- Tes Weschsler
Tes pertama, merupakan tes intelegensi modern yang dikembangkan oleh para ahli psikologi Prancis Alfred Binet pada tahun 1881, tes intelegensi kemudian banyak mengacu pada tes yang telah dikembangkan oleh Binet. Tes intelegensi Binet mengalami beberapa kali revisi.
Tes kedua, Weschsler menyusun tes ini karena ada beberapa kelemahan dari tes intelegensi Stanford - Binet.
Ada beberapa kelemahan dari tes intelegensi Stanford - Binet, yaitu :
- Tes Stanford - Binet tidak dapat digunakan untuk mengukur intelengensi orang dewasa
- Tes Stanford - Binet terlalu tergantung pada kemampuan bahasaÂ
Weschsler menyusun tiga tes intelegensi, yaitu :
- The Weschsler Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPI)
- The Wechsler Intelligence Scale of Children (WISC)
- The Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)
Awalnya, skor IQ tersebut didapat dari membagi umur mental atau mental age (MA) dengan umur sebenarnya atau cronological age (CA), kemudian dikalikan dengan angka 100. Tetapi, perhitungan IQ kini melalui perhitungan deviasi standar.Â
Menurut Suryabata (2002), perkembangan tes intelegensi melalui empat fase, yaitu :
- fase direspon
- fase naif
- fase mencari tes yang bebas dari pengaruh kebudayaan ( cuture free test )
- fase kritis
Menurut Suryabata, kelemahan- kelemahan tes intelegensi adalah bahwa tes intelegensi itu :
- tergantung pada kebudayaan
- hanya cocok untuk jenis tingkah laku tertentu
- hanya cocok untuk tipe kepribadian tertentu
- intelegensi seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor keturunan
- Intelengensi seseorang itu tidak konstan
Sekian teman-teman pembahasan topik kali ini semoga dapat bermanfaat buat kita semua...
Sampai jumpa ditulisan aku lainyaaa...
Jangan lupa like,komen, follow luvssss
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI