Disclaimer: Tulisan ini hanya sekedar opini saya. Tak perlu didebat, kita mungkin berbeda anggapan. Tapi tak perlu saling menabur kebencian ya!Â
Tahun pemilu ini memang sangat berbeda. Sedangkal pengamatan saya selama ini, sepertinya begitu banyak konspirasi dibalik pemerintah dan partainya, pencalonan anak presiden yang menjadikan seolah-olah pak Jokowi gila kekuasaan, yang katanya memaksakan perubahan konstitusi dengan bantuan paman.Â
Istilah dinasti politik yang begitu digaungkan. Apakah benar begitu faktanya? Padahal jelas berita menyampaikan Bu puan terang-terangan berkata akan mencalonkan Gibran jika MK mengizinkan putusan. Seketika saya berpikir 'Mungkin jika Gibran sekarang memihak ke Ganjar tidak akan ada drama politik seperti ini'. Toh, yang mengajukan awal keputusan MK dari PDIP, lho! Cek lagi aja beritanya. Dari sini, secara tidak langsung, kualitas Mas Gibran berarti diakui.Â
Demo besar-besaran para aktivis dan civitas akademika kampus juga terang-terangan mengkritik pak Jokowi. Inilah demokrasi. Siapapun boleh mengungkapkan pendapatnya.Â
Tetapi benarkah tidak ada dalang dari Paslon lain yang mengakibatkan marak demikian?Â
Lucunya ada pengurus partai yang ikut, ada yang sambil pose foto tiga jari. Jelas ada keberpihakan bukan?
Bukankah kampus seharusnya netral?Â
Ataukah jangan-jangan memang sudah dikonsep dari suatu partai untuk menjatuhkan Pak Jokowi.Â
Lalu munculnya film Dirty Vote yang seolah memang sengaja ditayangkan ketika masa tenang pemilu. Â Mengapa di saat masa tenang pemilu? Dan mengapa sangat menyudutkan Paslon tertentu, mereka bilang netral tapi tertera salam empat jari di bagian akhir. Apakah masih dianggap netral? Jika netral mengapa tidak ada pembahasan surat 31 ribu yang sudah tercoblos.Â
Sebegitu-kah cara memanipulasi pikiran rakyat?Â