Abbas Al-Aqqat pernah berkata, "Seandainya jika sahabat-sahabat Nabi hidup pada zaman sekarang, pasti pendapatnya yang lama akan dia ubah karena perkembangan ilmu yang terjadi. "Ungkap Prof Quraish
"Kita tidak ingin mengubah teks-teks Al-Qur'an. Tetapi, kita berkewajiban mengubah penafsirannya sesuai perkembangan masa kita tanpa melanggar ketentuan agama. Ini yang sulit, bagaimana kita memajukan sesuatu yang baru menurut pandangan kita tetapi tidak melenceng dari garis-garis Al-Qur'an," Tutur Prof Quraish
Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menafsirkan Al-Qur'an
Semua orang bisa menafsirkan Al-Quran kecuali mereka yang memenuhi syarat menjadi syarat-syarat seorang mufassir. Para ulama telah menetapkan syarat menjadi calon mufassir, yakni mereka harus menggunakan nalar dan kebersihan hatinya, mereka juga harus mengetahui berbagai macam ilmu Al-Quran baik dari segi kaidah nahwu-shorof, balaghoh, mantiq, ushuluddin, ushul fiqh, dan sebagainya, dan yang perlu digarisbawahi bahwa seorang calon mufassir harus paham dengan perkembangan ilmu.
Prof Quraish mengemukakan bahwa "untuk memberikan sesuatu yang baru dan tidak melenceng itu ada kaidah-kaidah yang harus dikuasai. Tanpa penguasaan kita akan mengemukakan sesuatu yang baru tapi ditolak agama."
Dalam konteks pembelajaran ilmu tafsir, Prof Quraish menekankan bagi calon mufassir untuk lebih memperhatikan dalam mengkaji kaidah-kaidah tafsir daripada kandungan tafsir itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan sebab kandungan tafsir bisa berubah seiring perkembangan zaman.
Pungkasan
Pada akhir sesi halaqoh, Prof Quraish menyampaikan pesan bahwasannya "Letakkan sedikit akal dalam hati dan letakkan sedikit rasa pada akal. Jadi, agar tidak berpikir bahwa jika berbeda pendapat tidak saling menyalahkan. Hal tersebut adalah sikap dalam memahami dan mempelajari. Kita hendaknya menggunakan daya yang kita miliki untuk mempelajari Al-Quran."
Pada kesempatan yang sama, salahsatu dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran, Syahrullah Iskandar juga menyampaikan mutiara kata yang berbunyi bahwa "Al-Quran seperti lautan tak bertepi, berulang kali kita membaca, menulis, dan pahami. Ayat alquran takkan habis untuk kita pelajari dan tafsiri."
Beliau juga menambahkan bahwa jika manusia menginginkan Al-Qur'an itu membumi maka dibutuhkan pemahaman terkait Al-Qur'an dan upaya untuk mengimplementasikan nilai-nilainya. (LSN)
Tangerang Selatan, 25 Januari 2023
Laela Sofrotun Nida, Santri Baytu-Quran Angkatan 30