Kini, aku memang bukanlah rumah tempatmu pulang. Bukan lagi tujuan kemana arahmu melangkah. Rumah yang dulu pernah kita rawat dengan sebaik-baiknya, ia mulai runtuh. Pelan dan perlahan-lahan. Satu persatu bagian rumah mulai roboh. Puing-puing mulai goyah dan tak lagi mampu bertahan.
Tapi daku tetap disini. Mencoba menata kembali rumah yang tak lagi berpenghuni. Meski diterpa terik, angin, ataupun hujan. Aku tak peduli.Â
Aku duduk. Tersenyum sendiri. Menikmati tiap jengkal memori yang mengendap didalamnya. Mengupayakan rumah itu tetap berdiri kokoh meski aku hidup seorang diri.
Dalam sepiku, pikiranku sungguh ramai sekali. Riuh berserakan memenuhi otakku.
Masih jelas sekali dalam ingatan, kau pernah katakan "cinta ya cinta saja. Tak perlu meminta balasan, tak perlu merasa ada pengorbanan, kalau masih berharap kembalian itu namanya bukan cinta"
Lalu kini
Rasa cinta yang dulu kau tanam, rupanya tumbuh subur di awal saja. Kau terlalu sibuk hingga lupa tak pernah memupuknya lagi. Tak kau rawat lagi hingga ia layu dan hampir mati.
Dan kini
Kau katakan lagi. Cinta itu dinamis, selalu bergerak dan berubah-rubah.Â
Benar. Segalanya tak ada yang tetap dan pasti. Begitupula dengan perasaan.Â