Judul Buku: Hilda
Nama Pengarang: Muyassarotul Hafidzoh
Tahun Terbit: Januari 2020
Jumlah Halaman: 501
Bahasa: Indonesia
Genre Buku: Fiksi (Based on true story)
ISBN: 978-602-53480-6-8
Sejak kali pertama baca sinopsis novel ini, saya sudah dibuat penasaran akan kisah perempuan bernama Hilda. Sosok perempuan cantik dan cerdas yang begitu gigih mengejar cita-cita. Namun nasib buruk menimpa dirinya, sesuatu yang tidak pernah dikehendaki berpihak pada kenyataan hidupnya.Â
Bagaimana ia bisa menghadapi kenyataan bahwa ia hamil akibat ulah lelaki biadab yang telah menodai kesuciannya. Bagaimana dengan sekolah dan masa depannya? Bagaimana ia bertahan dari cemoohan tetangga dan lingkungan sekitarnya? Bagaimana dengan mental dan psikisnya?Â
Terdengar berat sekali berada diposisi korban. Beruntungnya Ia pelan-pelan melawan dan bangkit dari keterpurukan nasibnya. Disini, peran ibu Juju (ibunya Hilda) sangat besar. Karena beliau yang selalu menyemangati dan menenangkan Hilda. Dari sosok beliau, saya membayangkan apakah saya bisa setenang Beliau ketika dihadapkan putrinya ternodai oleh lelaki biadab yg tak bermoral? Apakah saya bisa setenang Beliau ketika dihadapkan rentetan pertanyaan dan cemoohan namun hanya alunan dzikir yang beliau lontarkan?
Kisah perjalanan Hilda berlanjut hingga ia menemukan cintanya pada Gus Wafa, menambah bumbu novel ini semakin seru. Kisah yang begitu apik bak seperti Layla majnun yang mana Gus Wafa dibuat tergila-gila oleh sosok Hilda, satu-satunya perempuan yang membuat ia tidak mau berpaling dari yang lain. Namun Hilda justru begitu takut jika Gus Wafa tidak bisa menerimanya karena masalalunya yang begitu kelam.Â
Selain itu, penulis juga sangat apik menggiring pembaca menyelami kajian-kajian gender dari segi tafsir, hadist juga realitas sosial. Banyak insight baru yang didapat, nukilan-nukilan hadist, dalil-dalil, dan argumen-argumen yang dilontarkan tokoh utama ketika mendapati ia sedang debat diacara dialog keagamaan di Pesantren. Novel ini terdengar sedikit berat dibaca, namun kepiawaian penulis dalam membungkus cerita begitu mahir sehingga saya tidak bosan dan tidak terasa usainya.Â
Melalui novel ini, penulis juga seolah menawarkan alternatif solusi sekaligus terapi bagaimana cara merawat perempuan yang menjadi korban KS, agar hidupnya tidak semakin terpuruk, tetap optimis dan bangkit menatap masa depan yang lebih baik.Â
Novel ini sangat related dengan akhir-akhir ini yang marak sekali berita kekerasan seksual, hampir tiap hari saya begidik dan mrebes mili tiap melihat dan mendengar perempuan selalu menjadi korban KS. Mulai dari berita yang sempat viral, Alm. teman saya sendiri @noviawidyasr hingga sekarang menyusul berita yang katanya seorang 'guru/ustadz' ternyata memerkosa santrinya hingga hamil dan memiliki anak. Parahnya korban masih anak-anak usia 13-16 tahun. (Plis, saya tidak terima gelar guru/disematkan untuk manusia yang berhati setan itu).
Alfatihah untuk para perempuan yang menjadi korban KS.Â
Novel Hilda karya Ning muyassaroh sangat direkomendasikan sekali sebagai teman, penyemangat juga self-healing, karena didalamnya memuat kisah Hilda yang juga sama-sama menjadi korban, namun dengan segala dorongan dan arahan, ia menjadi sosok yang sangat tegar dan kuat.Â
Last but not least, ada quote favorit dari novel ini
"ambillah hikmah, ia tak akan merugikanmu darimanapun ia lahir" -Al Sakhawi
Begitulah, seberat apapun masalah, sepedih apapun kisah, selemah apapun raga, jangan pernah menyerah, karena semuanya akan ada hikmah. Memahami dan merasakan emosi memang perlu, namun ambillah hikmah nya ketika pikiran sudah dalam keadaan tenang dan jernih.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H