Kain tenun Bugis Pagatan umumnya didominasi dengan warna tua dan gelap, berbeda dengan kain Banjar yang terkenal dengan warna cerah muda. Penenun Bugis yang mendiami daerah Pagatan melakukan pembauran warna dan motif sehingga melahirkan corak warna dan motif baru yang berbeda dari daerah asalnya.
Motif yang diaplikasikan oleh penenun Bugis pada tenun Pagatan antara lain motif Pakajucilla, Capu Paranga, Capu Kaluku, bintang betaburan, dan Rentete Mannanrang. Motif Pakajucilla merupakan motif yang berkaitan dengan alam yang melambangkan kesederhanaan, keindahan, dan mengandung makna filosofi hidup yang harmonis dengan alam.
Motif Capu berarti potongan dan Paranga memiliki arti parang atau golok. Motif Capu Paranga mengandung simbol kekuatan, keberanian, dan ketahanan. Motif Capu (pecahan) Kaluku (buah kelapa). Motif Capu Kaluku mengandung makna kesejahteraan, kesuburan, dan kemakmuran. Motif Rentete (deretan, barisan), Mannanrang (berkelok-kelok) menggambarakan bentuk alam seperti aliran air, ombak, dan gelombang.
Motif Rentete Mannanrang menggambarkan dinamika kehidupan manusia yang naik turun dan penuh tantangan. Motif Rentete Mannanrang melambangkan status sosial dan mengandung makna filosofis yang mencerminkan kebijaksanaan dan fleksibiltas dalam kehidupan.
Dalam perkembangannya, telah terjadi pembauran antara motif kain tenun Pagatan yang khas etnik Bugis dengan motif kain sasirangan yangkhas etnik Banjar. Pengrajin tenun Pagatan melakukan modifikasi motif kain sasirangan seperti gigi haruan, gagatas, dan halilipan yang dipadukan dengan motif gelombang yang menjadi motif khas pada kain orang Bugis.Â
Motif gigi Haruan (ikan Gabus) dan halilipan yang merupakan motif khas kain sasirangan Banjar dipadukan dengan motif gelombang laut yang melambangkan lingkungan asal Suku Bugis sebagai masyarakat yang bercorak bahari. Perpaduan warna dan motif membuktikan terjadinya percampuran budaya antara budaya Bugis dan Banjar dan menunjukkan terjadinya hubungan yang harmonis antara suku Bugis dengan suku Banjar.
Tangan-tangan terampil wanita suku Bugis menghasilkan karya tenun yang indah dengan memadukan unsur budaya Bugis dan Banjar menjadi bukti harmonisasi kedua budaya dala m kain tenun Pagatan. Perpaduan budaya Bugis dan Banjar menghasilkan warna kain Tenun Pagatan yang cerah mengikuti warna kain Sasirangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H