Mohon tunggu...
Laila AnjasariHarahap
Laila AnjasariHarahap Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Laila Anjasari Hrp

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lamunan Senja di Bunga Mawar

9 Juni 2021   14:40 Diperbarui: 9 Juni 2021   14:42 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di pagi hari, tepat pada hari sabtu, aku dan Fani pergi ke taman bunga. Memang setiap sabtu kami pergi ke taman. Namun kali ini, aku dan Fani pergi ke taman untuk mengerjakan tugas dari guru. Kami pergi ke taman pada sore hari pada jam 16.00 wib. Saat kami mengamati taman, aku menemukan bunga mawar berwarna kuning yang amat begitu indah. Aku memitik bunga tersebut, aku membawa bunga itu pulang ke rumah dan aku merawatnya dengan baik.

Suatu ketika aku melihat bunga yang ku bawa sudah semakin layu, perasaanku sangat sedih sekali. Aku merenung mengapa bunga ini bisa layu. Pada ahkirnya mama mengatakan "biar kita beli lagi bunga yang lebih bagus. Sekarang kamu jangan bersedih ya sayang" ujar mama untuk menghiburku. Setelah mendengar perkataan mama, aku kembali ceria lagi.

Dua hari kemudian, setelah aku pulang dari sekolah, aku melihat di depan halaman rumahku, ada bunga mawar berwana kuning yang sangat indah persis dengan bunga yang ku petik di taman kemarin. Bunga itu selalu ku rawat, setiap sore dan pagi selalu ku siram, dan seminggu sekali ku kasih pupuk agar bunga ku tetap hidup. Setiap hari ku lewati dengan wajah yang ceria, namun ketika aku mendapatkan kabar dari papa, bahwa adikku tersayang telah tiada, aku sangat sedih dan langsung lemas. Aku yang tadinya di sekolah sangat periang dan ceria kini menjadi sedih setelah mendapatkan kabar dari papa.

Aku langsung meminta izin pada guru yang sedang mengajar di kelasku dan guruku pun mengizinkanku. Aku langsung pulang dan sesampai di rumah ku lihat adikku telah terbujur kaku di tempat tidur, sedih rasanya, sakit hati ini melihat jenazah adikku. Ingin berontak hatiku melihat adikku seperti ini, tak tega aku melihatnya dan melihat papa dan mamaku. Ingin ku marah, namun aku tak tahu harus marah pada siapa karena aku tahu setiap manusia pasti akan kembali pada-Nya dan hanya waktu yang menentukan itu semua.

Air mata telah berjatuhan membasahi pipi mungilku dan pipi kedua orang tuaku. Ya, kami memang benar-benar sangat bersedih dengan kepergian adikku. Hanya dia adikku satu-satunya dan yang paling ku sayang dan ku cinta. Kini hanya aku, papa dan mama yang berada di rumah untuk seterusnya sampai kami menyusul adikku ke surga. Kini tak ada lagi yang memanggilku kakak, kini tak ada lagi yang menyambutku setelah pulang dari sekolah, kini tak ada lagi yang mengejekku, kini tak ada lagi temanku untuk berantam dan kini rumah yang dahulu ramai dengan ulah kami, dengan keributan dan kejahilan yang kami bikin kini semuanya telah menjadi sepi untuk selama-lamanya.

Setelah pemakaman adikku Tasya dilakukan, kami kembali ke rumah namun untuk malam pertama ini, keluarga dari papa dan mamaku menginap di rumahku untuk menghibur dan memberi kekuatan kepada kami. Jujur saja, walau keluarga dari papa dan mamaku menginap di rumah kami, rumah ini masih saja terasa sepi karena yang ku ingin saat ini adalah adikku Tasya.
Seminggu kemudian, aku, mama dan papaku kembali melakukan aktivitas kami seperti biasa. Aku kembali kesekolah, mama dan papa kembali ke kantor untuk bekerja. Saat bel pulang berbunyi, aku langsung pulang ke rumah bersama dengan Fani, ya pulang dengannya karena Fani akan menginap di rumahku dalam waktu seminggu karena mama dan papanya pergi ke luar negeri untuk bertugas.

Sesampai di rumah, aku langsung mencari dan memanggil-manggil adikku. "Tasya, tasya sayang kakak udah pulang dik. Kamu di mana dik, kakak bawakan makanan kesukaanmu." Panggilku sambil mencari-carinya di seluruh ruangan di dalam rumah. Aku duduk di ruang televisi karena aku lelah mencari adikku namun tak juga ku dapatkan. Saatku terdiam di sofa, Fani mendekatiku dan berkata "Intan, adikku telah pergi untuk selamanya. Kamu harus bisa menerima ini semua walau berat rasanya. Aku tahu bagaimana perasaanmu saat ini, aku tahu kamu sangat menyayangi adikmu, tapi ikhlaskan dia pergi." Ujar Fani. Ketika mendengar perkataan Fani, aku baru teringat kalau adikku telah pergi untuk selamanya.
Tepat pukul 19:00 aku, Fani, mama dan papa makan malam bersama. Kami bercerita dan tertawa bahagia seolah-olah tidak terjadi apa-apa di rumah ini. Selesai makan malam, aku dan Fani ke kamar, papa dan mama pun ke kamar untuk melanjutkan pekerjaannya. Di kamar aku melihat di luar dari kaca jendelaku, aku memandang langit, dan sesekali aku memandang ke arah bungaku yang indah. Bungaku kini telah tinggi dan semakin indah, ku pandangi bunga ini dengan seksama.
"Fan sini deh, coba deh kamu lihat bungaku menjadi indah kan sekarang." Ujarku
"iya, kini bungamu menjadi indah nan cantik sama sepertimu." Ujar Fani sambil menghiburku.
"Fan kamu tahu ngga, kalau di bunga ini terdapat sebuah senja yang sedang melamunkan seseorang yang sedang ia rindukan. Dan kamu tahu, kalau senja yang melamunkan seseorang itu adalah aku yang merindukan adikku. Dan di bunga ini ada wajah adikku yang mungil yang sedang tersenyum padaku." Ujarku

Setelah fani mendengar perkataanku, dia langsung memelukku dengan erat dan menghapus air mataku dan sambil berkata "Intan, kamu tidak sendiri di dunia ini, kamu masih punya mama, papa dan aku. Kamu juga bisa menganggap  aku sebagai adik kandungmu walau di dalam hatimu masih ada nama dan wajah adikmu Tasya." Ujarnya sambil tersenyum lalu memelukku kemudian.
Dua menit kemudian, aku dan Fani segera tidur karena kami besok harus bangun pagi untuk berolahraga.

Sebelum aku tidur, aku pergi ke kamar mama dan papa untuk melihat apakah mereka sudah tidur atau belum. Ku buka pintu kamar mereka dengan perlahan-lahan dan ternyata mereka telah tidur. Keesokan harinya, aku dan Fani bangun pagi dan langsung ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka. Setelah itu, kami berdua langsung olahraga, aku sangat senang telah bisa kembali seperti Intan yang dulu, yang selalu ceria.

Fani pergi ke warung untuk membeli minuman dan aku menunggunya di taman. Aku benar-benar merasakan indahnya dunia ini dan indahnya alam ini. Aku sangat senang bisa berolahraga lagi dengannya dan bercanda bersamanya. Aku sangat menyayangi Fani sebagai sahabatku sekaligus seperti adikku sendiri.

Rasa merindukan seorang adik kini semakin besar di dalam hatiku. Ingin rasanya aku bertemu dengannya namun aku hanya bisa bertemunya di dalam mimpi dan tidak untuk bertemu dengannya di dunia nyata. Karena ku tahu bahwa dunia kami telah berbeda. Namun aku selalu berdoa untuk adikku tercinta agar dia diberi tempat yang bahagia untuknya dan tempat itu berada di sisi Tuhan.
Beberapa minggu belakangan ini papa dan mama lebih banyak meluangkan waktunya untukku dan aku sangat heran dengan sikap mereka yang berubah derastis seperti ini. Telah berulang kali ku tanya pada mereka kenapa sikap merka seperti ini dan mereka hanya berkata "mama dan papa tidak mau kehilangan putri cantik kami untuk yang kedua kalinya. Mama dan papa sangat menyayangimu sayang." Ujar mama dan kemudian mama dan papa pun memelukku. "aku juga tidak ingin kehilangan harta yang paling berharga dan malaikatku untuk yang kedua kalinya. Aku juga sangat menyayangi papa dan mama. Aku cinta papa dan mama, dan makasih pa, ma udah mau meluangkan waktu papa dan mama untukku." Ujarku pada mereka dan membalas pelukan mereka.
Kini aku, papa dan mama pun memulai kehidupan yang baru dengan bahagia walaupun kami masih merasa sedih namun kami tetap akan berusaha untuk tegar dan menerima semua ini dengan ikhlas dan dengan penuh lapang dada. Aku tahu kalau adikku Tasya kini sedang berada di tengah-tengah kami dan ikut merasakan kebahagiaan ini walau kami tak bisa melihatnya.
"terima kasih Tuhan, Engkau masih memberikan orang tua yang menyayangiku dan mencintaiku dengan tulus walaupun keluarga kami telah kehilangan sosok adik di rumah ini namun KAU telah menggantikannya dengan cara memberikan orang tua yang masih sangat menyayangi dan mencintaiku.
 
SELESAI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun