Mohon tunggu...
laila fauziah
laila fauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Communications'19

Selanjutnya

Tutup

Film

Film, Screening, dan Hari Film Nasional

2 April 2022   09:38 Diperbarui: 2 April 2022   10:13 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: databoks.katadata.co.id

Laila Fauziah (mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) 

Kopi adalah minuman yang diolah dari biji kopi yang sudah dipilah, disangrai dan dihaluskan. Kopi menjadi salah satu minuman yang disukai banyak orang selain teh dan susu. Banyak yang mengatakan jika belum minum kopi di pagi hari maka belum afdol. Bagi sebagian orang minum kopi dipagi hari dapat menambah semangat untuk mejalani aktivitas sehari -- hari. Selain menjadi minuman untuk menambah semangat, kopi dipercaya dapat mengurangi rasa kantuk. Terdapat banyak variasi kopi yang dikonsumsi yaitu kopi hitam dan kopi susu.

Indonesia merupakan negara ke empat produksi kopi terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia dengan produksi 11,95juta karung. Aceh, Toraja, Jawa Timur merupakan beberapa contoh provinsi yang menghasilkan kopi di Indonesia. Tentunya pada masing -- masing daerah memiliki ciri khas rasa kopi yang dihasilkan. Kopi gayo memiliki aroma yang sangat pekat, kopi jawa dengan kekentalan yang tidak terlalu pekat dan mempunyai aroma rempah, kopi Toraja dengan aroma yang harum dan tingkat keasaman yang rendah, serta kopi Bali yang mempunyai citra rasa segar seperti jeruk. Dengan banyaknya jenis kopi yang Indonesia, tak heran pula jika banyaknya masyarakat yang mengonsumsi kopi dan banyaknya gerai yang menjual kopi dengan berbagai jenis dan cara penyajiannya serta ditambahkan dengan varian rasa. Dilansir dari portal data statistik ekonomi dan bisnis Databoks, disebutkan bahwa pada tahun 2021 passokan kopi di Indonesia diprediksi mencapai 795ribu ton dengan konsumsi 370ribu ton. Dengan produksi kopi nasional mencapai 81,87% yang merupakan jenis kopi robusta yang berasal dari Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa timur dan Jawa tengah.

 

Berangkat dari hal itu, terciptalah sebuah karya film dokumenter yang berjudul Biji Kopi Indonesia (Aroma of Heaven) yang disutradarai oleh Budi Kurniawan yang dirilis pada tahun 2014. Film ini diciptakan karena keresahan sang sutradara mengenai kedekatan masyarakat terhadap kopi namun belum sepenuhnya paham akan sejarah perkembangan kopi itu sendiri terlebih yang ada di Indonesia, dan juga karena keinginan sang sutradara untuk mendokumentasikan perjalanan kopi Indonesia. Film yang berdurasi 65menit ini menampilkan bagaimana sejarah kopi, bagaimana ciri khas kopi ditiap daerah, bagaimana pengolahan kopi dan bagaimana pandangan petani, antropolog, ahli filsafat serta pebisnis kopi terhadap kopi itu sendiri. Selain itu, film ini pula menampilkan para petani kopi di berbagai daerah seperti Banyuwangi, Toraja, Aceh, dan Bandung.

 

Pada hari Rabu 30 Maret 2022 bertepatan dengan Hari Film Nasional, Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta konsentrasi Broadcasting melakukan screening film Aroma of Heaven dengan mendatangkan Budi Kurniawan selaku sutradara secara langsung di Ruang multimedia Ilmu Komunikasi kampus terpadu UMY. Acara ini dihadiri oleh dosen dan juga mahasiswa Broadcasting Ilmu Komunikasi secara offline dan online.

 

Dok. UMY
Dok. UMY

Acara ini berlangsung diawali dengan menonton film Aroma of Heaven bersama -- sama dan dilanjut dengan sesi duskusi tanya jawab antar mahasiswa dan sutradara. Namun yang menarik dari acara tersebut adalah bagaimana sutradara menjelaskan bagaimana teknis selama pembuatan film dokumenter tersebut dari mulai pra produksi, produksi dan juga pasca produksi.

Pada tahap sebelum produksi, sutradara melakukan riset dan pemetaan mengenai subjek yang akan diwawancara yang nantinya ditayangkan dalam film, menulis script film, lalu melakukan pendekatan dengan petani -- petani tradisional dengan berbincang mengenai maksud tujuan dan apa yang akan dilakukan kedepannya. Pendekatan ini dilakukan secara beberapa hari dan tanpa melakukan syuting. Bahwa seperti yang diketahui bawasanya film dokumenter adalah film yang berbeda dengan film fiksi.

Dokumenter merupakan film nyata dan meminjam kehidupan orang lain, maka perlu adanya pendekatan yang lebih dari narasumber agar mendapatkan informasi yang kita butuhkan untuk film. Setelah pendekatan dengan narasumber dirasa cukup, lalu hal selanjutnya yang dilakukan yaitu tahap produksi. Pada tahap ini sutradara dan crew melakukan perekaman footage -- footage dan proses wawancara. Tahap terakhir pada proses pembuatan film yaitu tahap pasca produksi. Dimana editor melakukan editing offline online dan juga review. Dibalik itu semua, sang sutradara menuturkan bahwa proses pembuatan film dokumenter Aroma of Heaven ini berlangsung selama kurang lebih 5tahun dan selama itu pun banyak crew yang terlibat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun