Mohon tunggu...
yunita laila
yunita laila Mohon Tunggu... -

Sejak kecil aku ingin menjadi Guru Bahasa Inggris, namun keinginan itu kini telah sirna dan tinggallah kenangan. Ketika SMA, aku membangun keinginanku kembali hingga membawaku sampai di gerbang UNS. Thanks God,, aku bersyukur tercatat sebagai mahasiswa PGSD UNS Kampus VI Kebumen. Aku yakin ini yang terbaik untukku.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kreatif yang Menghasilkan

30 November 2010   13:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:09 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak merupakan kebanggaan setiap orang tua, apalagi jika anak dapat tumbuh kembang dengan kemampuan yang lebih serta kreativitas yang lebih dari yang lain. Saat anak usia dini perlu mendapatkan rangsangan positif yang mengarah pada pemikiran konseptual dari lingkungan yang memadai. Anak merupakan masa eksplorasi dimana perkembangan berpikir anak akan semakin cepat maka dibutuhkan informasi sebanyak mungkin. Merangsang anak untuk berpikir konseptual akan bermanfaat bagi kehidupan anak di masa yang akan datang.

Seseorang yang memiliki daya berpikir konseptual akan mampu mengubah hal yang kompleks menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami. Keuntungan selanjutnya, anak akan lebih berkembang dengan pemikiran yang inovatif. Kematangan konseptual membawa anak kelak mampu berpikir besar. Hal-hal yang di mata orang lain tidak bermakna terkadang sukar dimengerti bagi dia justru mendatangkan ide-ide segar yang kreatif.

Seorang guru dapat memacu kemampuan berpikir anak dengan berbagai cara, diantaranya dengan menanyakan definisi makna akan merangsang anak untuk menemukan prinsip-prinsip dasar dari setiap hal. la belajar menemukan kekhasan dari benda-benda yang ada di sekitarnya. Merangsang anak berpikir konseptual dengan menanyakan definisi makna, merupakan cara yang paling sulit. Kesulitan ini terletak pada bagaimana kita mengemas pertanyaan agar mudah dicerna anak. Kemudian guru memberikan pengertian akan kesadaran lingkungan, kesadaran kesetiakawanan sosial dan kesadaran spiritual. Anak akan lebih memahami dan terdorong berpikir kreatif apabila anak telah memahami definisi penerapan karena dari sinilah muncul ide-ide yang relevan dan menarik.

Kaitannya dengan pembelajaran, akan lebih berhasil jika guru menggunakan metode penemuan karena dengan metode ini siswa dilatih untuk terbiasa melakukan pengamatan, membuat hipotesis, memunculkan prediksi, menguji hipotesi, memanipulasi obyek untuk melihat perubahannya, memecahkan persoalan, mencari jawaban sendiri, menggambarkan kejadian, meneliti, berdialog, melakukan refleksi, mengungkapkan pertanyaan dan mengekspresikan gagasan selama proses pembentukan konstruksi pengetahuan yang baru. Guru harus memahami bahwa pengetahuan yang akan diperoleh siswa itu merupakan hasil konstruksi siswa sendiri saat ia belajar. Pelajaran dan arahan guru itu menjadi bahan yang harus diolah dan dirumuskan oleh siswa sendiri, karena itu materi dan arahan guru harus bisa merangsang dan membantu siswa untuk belajar. Dengan demikian maka siswa akan terbiasa untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang dikehendaki sehingga terpacu kreativitas dalam menemukan hal baru.

Supriadi (2001: 7) menyimpulkan bahwa pada intinya kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Keberhasilan kreativitas menurut Amabile (Munandar, 2004: 77) adalah persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik. Cirri-ciri kreativitas itu sendiri dapat dilihat dalam aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif / divergen, sedangkan aspek afektif lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang. Amabile (Munandar, 2004: 223) mengemukakan empat cara yang dapat mematikan kreativitas yaitu evaluasi, hadiah, persaingan / kompetisi antara anak dan lingkungan yang membatasi.

Pada hakikatnya semua anak memiliki kreativitas, guru hanya menyedikan ruang dimana kreativitas itu akan dituangkan oleh siswa. Guru hendaknya memberikan stimulasi pada anak sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada anak. Stimulasi dapat diberikan dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk menjadi kreatif yaitu dengan membiarkan anak dengan bebas melakukan, memegang, menggambar, membentuk, ataupun membuat dengan caranya sendiri dan menguraikan pengalamannya sendiri. Membebaskan daya kreatif anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya. Ketika anak mengembangkan keterampilan kreatif, maka anak tersebut juga dapat menghasilkan ide-ide yang inovatif dan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah serta meningkatkan kemampuan dalam mengingat sesuatu. Suatu cara yang mampu menyalakan percikan-percikan kreativitas anak usia dini adalah dengan membebaskan anak menuangkan pikirannya. Sedangkan orang tua dan guru memfasilitasi terciptanya kreativitas yang baru.

Kreativitas akan memacu siswa untuk menemukan hal baru dan berkembang sesuai keinginannya namun juga masih dalam konteks yang sesuai. Sehingga peran guru memantau dan mengevaluasi kekreativitasan siswa. Jika rata-rata siswa telah memiliki kreativitas masing-masing maka akan dapat memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan yang semakin ketat dan kompleks seiring perkembangan teknologi dengan hasil yang maksimal dan memuaskan sehingga hasilnya dapat dinikmati dan digunakan oleh berbagai kalangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun