Masih dalam kondisi sistem pembelajaran daring dimana segala aktivitas akademik sebisa mungkin tetap berjalan. Terutama pengabdian masyarakat yang dilakukan beberapa mahasiswa sebagai pilihan alternatif mengisi kekosongan nilai magang. Menurut dosen sendiri, pilihan ini ada baiknya karena bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Mahasiswa sendiri juga diharapkan bisa dengan mudah membaur dalam masyarakat.
Kembali dengan kondisi pelaksanaan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan online. Mulai dari perijinan, analisis masalah, pelaksanaan hingga evaluasi. Pengumpulan laporan kegiatan juga dilakukan online. Beban tugas yang kemudian bertambah dengan adanya pembuatan logbook kegiatan sebagai bukti bahwa pengmas benar-benar dilaksanakan.
Informasi awal untuk dokumen logbook ini nantinya berisi tentang segala hal agenda yang dilakukan selama proses dan pelaksanaan pengabdian langsung. Ini berfungsi sebagai kontrol dan membuat dosen memahami apa saja yang mahasiswa lakukan selama ini. Juga sebagai jalan untuk tidak bisa mengelabuhi dosen atau asal asal jadi pelaksanaan.
Nampaknya manfaat logbook yang bagus itu justru tak juga membuat mahasiswa yang mendengarkan kabar menjadi bahagia. Keadaan pengmas yang diusung di desa sendiri dan dilaksanakan mandiri serta membuat laporan sendiri tanpa ada kekasih yang menemani tentu menjadi beban psikologis. Meski disediakan dosen pembimbing yang dengan sepenuh hati membantu mengayomi, pada akhirnya yang mikir dan bekerja tetaplah diri sendiri.
Menjelang DL pengumpulan tugas, dosen selaku koordinator matkul tersebut mulai memberikan infromasi di grup bahwa mahasiswa yang sedang melakukan pengmas mandiri diwajibkan menyusun logbook.Â
Bukan tanpa apa karena sebelumnya, mahasiswa-mahasiswa tersebut telah mengikuti kkn online yang kebetulan membuat logbook sebagai salah satu berkas wajib dalam laporannya. Hanya saja menurut saya sendiri, dalam durasi pengumuman tersebut diberitahuan satu hari sebelum tenggat waktu bukan suatu lelucon.
Baik, mungkin saja ada mahasiswa siap siaga dengan keenceran otaknya dalam mengerjakan tugas sehingga kelar sekejap. Ada juga mahasiswa dengan berbagai jurus yang perlu dikeluarkan terlebih dahulu baru bisa mengerjakan tugas, maupun trik-trik lain dalam membangkitkan tenaga untuk segera mengerjakan tugas. Setiap mahasiswa memiliki keunikan sendiri. Tentu dengan waktu pengumpulan yang limit sangat kurang mengerti kondisi mahasiswa.
Menurut panduan pelaksanaan pengabdian disebutkan pada minggu terakhir sesuai timeline disebutkan kegiatan mahasiswa yang dilakukan yaitu menuliskan evaluasi, analisis hasil dan penyusunan laporan. Baik untuk penyusunan laporan bisa saja sudah dicicil, namun bagaimana dengan evaluasi dan analisis yang tidak hanya butuh satu kali saja pengerjaan. Bisa berkali-kali untuk benar-benar memastikan hasil yang diperoleh validitasnya. Selain itu, pengumpulan dokumentasi juga diperlukan sebagai bukti telah melaksanakan kegiatan. Itu tidak hanya cukup dilakukan satu kali jalan.
Kenyataannya tambahan tugas dadakan dengan tengat waktu makin dekat takkan bisa dilaksanakan dengan lebih baik jika waktu semakin memburu. Sekali lagi mahasiswa ditantang untuk bisa berimprovisasi mengerjakan empat tugas yang harus dikumpulkan dalam satu waktu. Biasanya tombol ctrl + c dan ctrl + v menjadi teman setia dalam menyelesaikan tugas saat waktu pengumpulan makin dekat.Â
Namun untuk laporan kegiatan pengmas mandiri ini, rasanya kedua tombol akan jarang digunakan. Karena laporan ini memuat serangkaian kegiatan yang dilaksanakan sendiri, tentu tidak bisa jika harus mencari jawaban lain selain menuliskan keadaan yang dilakukan.
Beruntung sekali mahasiswa yang memiliki kemudahan imajinasi dan kreativitas. Mereka bisa menyelesaikan dengan tepat waktu. Beberapa mahasiswa bahkan perlu berimprovisasi untuk menyelesaikannyaa, meski ada yang dengan sederhananya mengerjakan demi memenuhi syarat asal mengumpulkan laporan. Kondisi ini bukan hal asing lagi di kalangan mahasiswa.
Seharusnya dengan pengalaman tugas dadakan baiknya mahasiswa bisa mengambil sebuah pelajaran. Bahwa selagi dateline masih jauh, tak apa apa kerjakan dengan pelan-pelan dan tau-tau sudah sampai tujuan. Yah, tapi mahasiswa juga manusia yang beragam. Mungkin selagi masih ada waktu, santuy sebentar aja dulu. Santuy terus sampai lupa tugas dan lagi-lagi dikoyak tugas.
Pun dengan dosen demikian tidak bisa serta merta melakukan pemberian tugas tambahan yang dilaksanakan secara dadakan. Tahu bulat yang digoreng dadakan biar anget saat disantap pun, perlu beberapa langkah dulu seperti persiapan minyak dan alat penggorengan, bumbu pedas asin yang menggiurkan, sampai plastik bening untuk mewadahi makanan. Nah kan, tidak ada yang bisa menyelesaikan yang instan. Semuanya butuh proses atau waktu tunggu, bukan sekali kejapan mata rampung begitu saja.
Tugas tambahan boleh saja diberikan, namun tak seharusnya diberikan dadakan. Jika mahasiswa mengerjakan terburu-buru yang penting segera selesai dan dosen pun ingin pekerjaanya beres segera berlalu, terus apa gunanya tugas kalau hanya pengerjaannya seadanya dengan harapan nilai setinggi-tingginya?
So, dear bapak-ibu dosen yang beriman, baiknya jika memberikan tugas tambahan berikanlah juga kelonggrana berdasarkan tingkat kesulitan tugasnya. Jangan berlaku kejam, karena kami mahasiswa juga manusia yang ingin dimengerti. Mengerjakan tugas dengan santuy dengan hasil mantap betul merupakan keinginan kami, namun mengerjakan tugas dengan penuh kerja keras lalu diberikan apresiasi adalah tujuan kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H