Misalnya belajar adobe photoshop yang mungkin belum mahir jadi bisa leebih mahir. Ataupun yang baru saja tahu aplikasinya bisa mengenal sedikit demi sedikit. Ada juga aplikasi lain atau kegiatan lain yang memang bisa membuat waktu dan diri jadi lebih produktif.
Misalnya bagi pecinta dunia fashion dan sekitarnya, bisa membuat peluang mencari pundi-pundi rupiah dengan berjualan online. Bisa juga dengan memanfaatkan internet dengan menyalurkan hobi terpendamnya yaitu nulis puisi. Jadi bisa juga membuat blog pribadi yang isinya tentang curhat-curhat atau puisi karangan sendiri.
Setidaknya hal seperti ini bisa membuat kita untuk tetap bekerja dan berkarya. Juga sebenanrya biar nggak mager karena lama nggak ngampus. Nanti giliran udah masuk offline, eh malah malesa (aneh sih manusia)
sadari bahwa #3 lulusan saat pandemi ini harus kebal diri
Bagian ini bisa teruntuk siapapun terutama mahasiswa karena sejak awal saya menyinggung masalah kuliah daring. Sebagai mahasiswa yang memasuki gerbang akhir dari petualanagan mencari ilmu dan mengembangkan diri, tentunya bakal banyak tekanan yang diterima. Tekanan seperti ini mungkin saja pernah dialami sewaktu dulu. Kapan sih?
Ya, waktu menduduki kelas XII di SMA/K. Karena saat itu kita sudah pernah terhenti di gerbang pendidikan wajib. Banyak jalan yang bisa dipilih seperti melanjutkan pendidikan, bekerja, atau menikah. Mungkin hampir sebagian memilih untuk bekerja karena desakan kebutuhan hidup yang menuntut segera dipenuhi.Â
Pilihan melanjutkan pendidikan memiliki alasan mendasar yaitu untuk mendapatkan kesempatan hidup yang lebih baik maka seseorang perlu berilmu. Tak menutup kemungkinan meski selama proses tersebut, mungkin saja ia juga harus tahan hidup jika saja ia termasuk orang dari ekonomi kurang mendukung. Pilihan terakhir menikah, saya berpikir ada yang berani memilih pilihan tersebut dengan konsekuansi yang siap ditanggung.
Sebagai seseorang yang tengah mengalaminya sendiri, saya ingin menyatakan bahwa sebaiknya calon lulusan segera mempersiapkan diri dan mental untuk menghadapi dunia baru yang kembali normal.Â
Setelah kita menyadari adanya perubahan pada masyarakat tentang penggunaan teknologi yang begitu makin nyata dan kerap dilakukan, tentu kita bisa melihat bahwa adanya interaksi semacam ini yang kemungkinan akan terus terjadi.
Ini akan membuat persaingan dalam mendapatkan pekerjaan menjadi lebih kompleks. Karena selain kemampuan kognitif juga diperlukan kemampuan afektif dan skill yang mumpuni dalam melaksanakan pekerjaan di tengah pusaran arus teknologi yang makin tiada batas. Oleh karena itu pada pembahasan kedua tadi saya meminta kepada calon lulusan untuk bisa menggunakan waktu WFH ini dengan bijak.
Hal ini dikarenakan sebagai antisipasi adanya perubahan pola tenaga kerja yang mungkin saja seseorang karyawan tidak perlu lagi berangkat menuju kantor pada pagi hari. Cukup pekerjaan dilakukan melalui tempat tinggal masing-masing. Kemudian pertemuan tidak perlu benar-benar diadakan tatap muka secara langsung.Â