Karena kepopulerannya itu, saya menduga kalau swallow akan tetap hidup dalam pikiran masyarakat Indonesia. Selain itu, ada beberapa hal yang menyebkan swallow akan tetap eksis bersama masa depan masyarakat Indonesia:
Pertama, Swallow adalah sandal paling religius. Ada banyak merek sandal yang terlahir dari tangan-tangan terampil anak-anak Indonesia, tetapi swallow ada di garda terdepan soal religiusitas. Bagaimana tidak, satu-satunya sandal yang tetap konsisten berada di rumah Tuhan adalah swallow.
Di masjid, ketika imam dan para jamaah shalat telah pulang, swallow tetap bersemayam. Walau badai datang menerjang, hujan deras, angin kencang, swallow tetap istiqamah berdiam di masjid.
Selain itu, swallow begitu setia menemani imam-imam di kampung saat ke masjid untuk memimpin shalat. Juga menemani para jamaah untuk pergi shalat. Karena alasan itu, masa depan swallow sepertinya masih cukup cerah di tengah masyarakat yang "sangat" religius ini.
Kedua, swallow adalah sandalnya rakyat-rakyat kecil di negeri ini. Karena harganya yang terjangkau, kita bisa lihat sendiri, berapa banyak buruh pelabuhan, pedagang kaki lima, tukang becak, tukang gerobak, supir angkot, pemulung, pengemis, yang menggunakan sandal ini. Orang-orang kecil yang menghidupkan roda perekonomian negeri ini.
Dengan begitu, sandal ini ikut membantu denyut nadi perekonomian negeri ini tetap hidup. Kurang apalagi swallow ini, sudah menjadi sandal yang religius, membantu perekonomian negeri pula. Maka sudah semestinya swallow menjadi teladan bagi sandal-sandal yang lain. Eh.
Ketiga, swallow juga adalah sandalnya masyarakat ekonomi menengah ke atas. Swallow ternyata bukan hanya digunakan oleh masyarakat kecil dengan ekonomi kecil. Swallow juga hidup bersama orang-orang kaya negeri ini. Berapa banyak pejabat yang menanggalkan sepatu mewahnya dan memakai swallow saat ke masjid atau ke pasar.
Di kantor-kantor, sering saya melihat PNS menggunakan swallow saat beraktifitas. Berapa banyak pula calon anggota DPR atau DPRD yang menggunakan swallow untuk berjumpa dengan rakyat, seolah menampilkan tampilan yang identik dengan rakyat kecil.
Bahkan pada satu waktu, saya membaca artikel dengan gambar seorang Presiden Jokowi juga menggunakan sandal ini saat memancing di perairan Raja Ampat hingga saat berada di Bali. Swallow dapat memikat siapa saja. Di hadapan swallow, masyarakat seolah tanpa kelas. Dia diterima oleh siapa saja.
Sejarawan Yuval Noah Harari dalam bukunya Homo Deus, menyebutkan ada tiga hal yang berpengaruh dalam perkembangan populasi manusia yaitu kelaparan, perang dan wabah penyakit. Dari ketiga hal itu, untuk konteks Indonesia, swallow selalu ada.
Soal kelaparan, begitu banyak masyarakat miskin yang hidup di kolong jembatan, di gubuk-gubuk yang sangat memerlukan bantuan pemerintah yang bertahan hidup ditemani sandal swallow.