Begitu juga Komar, tak lama setelah Marian meninggal, dia juga meninggal tak kuat menahan hidup karena nasib, apa yang di lakukan Nuraeni bersama Anwar Sadat, di tambah lagi kepergian Margio dari rumah yang membuat batinnya semakin tersiksa.
Setelah semua kesedihan-kesedihan itu terjadi, Ibunya semakin murung. Karena melihat kondisi ibunya, Margio pergi menemui Anwar Sadat dan berkata pada Anwar Sadat: "Aku tahu kau meniduri ibuku dan Marian anak kalian. Kawinlah dengan ibuku, ia akan bahagia."
Mendengar itu, anwar sadat menjawab, "tidak mungkin, kau lihat aku ada istri dan anak, lagi pula aku tak mencintai ibumu." Mendengar itu, seketika Harimau dalam tubuh Margio keluar, putih serupa angsa.
***
Pelajaran Berharga
Setelah membaca Novel ini, saya merefleksikan beberapa hal dan memetik pelajaran yang berharga yaitu:
Pertama, kehidupan kita pada dasarnya dimulai dari kehidupan keluarga. Keluarga memegang peranan penting untuk menjadi kontrol bertindak atau malah menjadi penyebab segala kekejaman atau kejahatan yang dilakukan.
Memelihara keharmonisan keluarga menjadi kunci bagaimana kita keluar rumah. Anda bisa membayangkan seperti apa jadinya seorang istri yang menerima kekasaran suami. Atau nasib seorang anak yang melihat orangtua bertengkar tiada henti. Dalam kehidupan sosial kita, sudah banyak contoh yang memberikan gambaran saat kehidupan keluarga tidak baik.
Kedua, pada dasarnya manusia memiliki dua sisi. Satu sisi memiliki kebaikan-kebaikan di sisi lain malah sebaliknya menjadi begitu kejam dan keji serupa Harimau.
Saya mengartikan Harimau dalam Novel ini adalah amarah yang terpendam, kebencian yang begitu besar, emosi yang tertahan yang satu waktu akan meledak sebagaimana apa yang dilakukan Margio kepada Anwar Sadat.
Kita bisa menyayangkan apa yang dilakukan oleh Margio, tetapi kita juga begitu sulit untuk memaafkan apa yang dilakukan oleh Anwar Sadat. Saya sepakat tentang apa yang dikatakan oleh Katrin Bandel tentang buku ini: "Lelaki harimau membuat kita menyadari betapa nilai-nilai moral yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari ternyata terlalu sederhana, tak memadai untuk menilai kehidupan manusia yang penuh liku-liku."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!