Warga Miangas menyiapkan acara perpisahan dengan antusias dan hampir semua warga ikut sertaÂ
Malam sebelum kami pulang, dibuat acara di mana warga dan kami dikumpulkan dalam satu gedung, mendengarkan sambutan-sambutan dan ucapan terima kasih dari camat, kepala desa, dan danramil.Â
Lalu, dilanjutkan dengan kegiatan makan bersama. Ada begitu banyak makanan, ada lobster, kepiting, gurita, ikan, dan kue-kue yang dihidangkan malam itu. Sementara itu acara hiburan diisi oleh kami dan pemuda-pemuda miangas. Ada yang bernyanyi, ada yang menari.
Keesokan harinya kami semua bersiap pulang. Warga telah menyiapkan berbagai macam bekal untuk kami makan dalam perjalan. Saat itu, kapal yang akan kami tumpangi tidak bisa sandar di dermaga karena gelombang laut yang tinggi.Â
Kapal itu akhirnya berpindah mencari tempat yang agak teduh. Kami harus menggunakan sekoci untuk menuju kapal, diantar oleh anggota TNI dan pemuda Miangas.
Ibu-ibu dan adik-adik di sana melepas kami pergi dari pinggir pantai sambil menangis. Sungguh pemandangan yang menyedihkan.
Di sekoci yang saya tumpangi, sebelum sampai kapal yang kami tuju, seorang Babinsa yang mengantar kami berkata, "jangan lupakan kami. Sampaikan pada orang di luar sana, beginilah di Miangas, apalagi saat ombak besar. Semoga kalian juga semua sukses."
Mendengar itu, teman-teman saya merespons dengan ucapan "iya pak, aamiin pak." Saya hanya terdiam dan membantin dalam hati: "siap pak."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H