Jawaban pertanyaan di atas harus dibaca dalam konteks komparatif. Dari hampir semua riset Lembaga survey, elektabilitas Prabowo-Gibran berada di angka 45-51%. Sementara elektabilitas Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud berada di angka 20-25%.
Konteks komparatif yang saya maksud di sini adalah perbandingan hasil riset pemilu di negara-negara lain di seluruh dunia. Kalau ada konstelasi angka seperti di atas, maka para komentor politik akan berani mengatakan, Pilpres sudah selesai. Selisih gap antara Prabowo dengan kedua pasangan lain rata-rata pada 20%. Ini jelas tergolong besar. Prabowo-Gibran sulit disamai apalagi dikalahkan oleh pasangan lain.
Apakah ada keraguan soal hasil survey seperti pada Pilpres 2014 dan 2019? Menurut saya, Pilpres 2024 amat berbeda. Pada kedua Pilpres sebelumnya, masih ada hasil survey sumbang yang asal melawan tren. Namun di Pilpres 2024, kelihatan sekali trennya. Selisihnya jelas. Hasilnya hampir sama di semua survey. Prabowo tak terbendung.
Faktor migrasi pendukung Jokowi yang beralih dari Ganjar ke Prabowo, menjadi faktor penentu. Beberapa tokoh nyatanya tetap tegak lurus mengikuti Jokowi. Sebagai contoh Maruara Sirait. Keputusan Maruarar dari PDIP beralih ke Prabowo -- Gibran-Jokowi, merupakan salah satu langkah yang mempercepat migrasi pemilih Jokowi ke Prabowo.
Pertanyaan yang mungkin masih bisa diperdebatkan adalah, apakah Prabowo menang satu putaran atau harus bertarung di dua putaran? Jawabannya masih harus wait and see. Namun trennya tetap jelas, Prabowo tak terbendung. Begitulah lato-lato
Asa'aro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H