Vladimir Putin masih kokoh bagaikan karang. Negara-negara barat termasuk AS yang didukung banyak negara, meluncurkan berbagai sanksi yang bertubi-tubi kepada Rusia. Begitu keterlaluannya sanksi tersebut, sampai klub sepak bola Chelsea pun ikut kena imbasnya. Namun demikian Rusia di bawah komando Putin, terus menyerang Ukraina tanpa bisa dihentikan.
Keputusan Putin untuk menginvasi Ukraina skala penuh, jelas membuat NATO dan AS malu sekaligus mati langkah. Jika mereka ikut campur membantu Ukraina, maka resikonya terlalu tinggi. Perang dunia ketiga akan jelas terjadi. Jika hal ini terjadi, maka skala kehancurannya lebih mengerikan dibanding dengan perang dunia kedua sebelumnya. NATO dan AS terbelenggu.
Jika perang dunia ketiga terjadi, maka senjata nuklir dipastikan akan dipakai. Rusia punya senjata nuklir mematikan paling banyak di dunia. Jika merasa kalah, Putin berpotensi besar akan memakai senjata nuklir pamungkasnya  untuk menghancurkan lawannya. Tentu serangan nuklir  Putin akan dibalas dengan serangan balik nuklir pula oleh NATO dan AS. Jika demikian maka negara-negara yang berperang sama-sama hancur lebur.
Pertimbangan itulah yang membuat NATO dan AS tidak bisa gegabah mencampuri langsung perang Rusia-Ukraina. Tentu saja kengganan NATO dan AS ini sudah dipahami betul oleh Putin. Itulah sebabnya Putin berani menginvasi Ukraina dengan alasan geopolitiknya.
Saat memulai perang, Putin sudah mewanti-wanti ANTO dan AS. Jika mereka gegabah ikut campur, maka mereka akan menanggung resiko yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Putin pun menyiagakan pasukan nuklirnya dalam keadaan siaga level dua dari level 4. Ini jelas membuat NATO dan AS harus berhitung.
Di sisi lain, pasifnya NATO dan AS dalam perang Rusia-Ukraina, membuat wajah mereka menanggung malu. NATO dan AS yang katanya blok militer terkuat di dunia, ternyata tidak bisa berbuat banyak ketika berhadapan dengan Rusia. Mungkin jika negara lain selain Rusia menyerang negara lainnya, NATO dan AS sudah langsung ikut campur.
Ternyata NATO dan AS hanya bisa menggempur Rusia dengan berbagai sanksi. Mereka juga hanya bisa mengirim bantuan senjata ke Ukraina secara terbatas. NATO dan AS beralasan bahwa mereka tidak bisa membantu Ukraina karena Ukraina bukanlah anggota NATO.
Namun untuk menebus muka mereka yang malu, NATO dan AS berkoak-koak bahwa jika salah satu negara NATO diserang oleh Rusia, maka mereka akan bertindak dengan keras. Tentu saja statement ini membuat Putin tersenyum-senyum. Ia memang tidak punya rencana menyerang negara anggota NATO.
Walaupun demikian, Putin paham betul bahwa NATO dan AS sedang merancang 3 skenario untuk menghabisinya. Dengan cara apa?
Pertama, NATO sudah menyiagakan puluhan ribu tentaranya di Polandia. Mereka diam-diam menyusup di wilayah Ukraina tanpa resmi untuk membantu Ukraina melawan balik Rusia. Serangan balik Ukraina skala besar sedang disusun dengan persiapan senjata paling canggih bantuan dari NATO dan AS. Serangan balik ini bisa membuat KO Rusia yang kemungkinan sumber daya militernya menipis.
Saat ini terutama di Kiev, para tentara Ukraina dengan semangat tinggi terus berusaha menahan serangan Rusia. Fase serangan balik akan diluncurkan dengan bantuan tentara NATO yang sedang menyusup diam-diam jika segala sesuatunya siap. Jika scenario ini berhasil, maka tentara Rusia bisa dikalahkan di Ukraina dan Putin akan gigit jari karena kalah.
Kedua, NATO dan AS terus memprovokasi para pejabat elit dan para jenderal Rusia. Di kalangan intenal para pejabat elit Rusia yang didukung oleh para pengusaha kaya, sudah mulai berbalik melawan Putin. Mereka saat ini sedang menyusun berbagai skenario termasuk mengganti Putin sebagai Presiden lewat kudeta. Skenario membunuh Putih dengan berbagai cara termasuk meracuninya, juga masuk dalam skenario.
Ketiga, NATO dan AS mengamati sambil menunggu habisnya sumber daya militer Rusia. Sanksi dan hukuman sudah diterapkan. Ketika Rusia sudah lemah dan kehabisan energi, NATO dan AS akan berhitung menjalankan opsi menyerang Rusia secara langsung.
Saat ini ratusan ribu tentara NATO dan AS di benua Eropa sedang dikonsolidasi. Armada laut tempur NATO dengan kekuatan 50 kapal perang sedang disiagakan di laut Mediterania termasuk 2 kapal induk bertenaga nuklir USS Harry S. Truman dan Charles de Gaule.
Skenarionya adalah NATO dan AS langsung membunuh Putin dalam sekali serangan yang mematikan di tempat tinggalnya. Lewat skenario ini, Putin harus bisa dibinasakan dalam serangan bom, rudal, misil non stop yang menentukan. Dengan demikian Putin dapat dihabisi alias ditewaskan. Jika skenario ini berhasil, maka Putin tidak sempat memberi perintah peluncuran arsenal nuklirnya. Jadi Putin dibunuh dalam sebuah operasi militer hebat NATO dan AS.
Itulah ketiga skenario yang sedang dirancang NATO dan AS untuk menghabisin Putin. Apakah ketiga skenario itu berhasil? Mari kita lihat antisipasi dan balasan mematikan Putin.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H