Maka hal yang akan dilakukan oleh PDIP selanjutnya adalah mengusahakan agar Ahok menang satu putaran atau memenangi Pilgub DKI. Jika Ahok-Djarot menang, maka yang menjadi gubernur adalah Djarot. Bahkan setelah cuti, kemungkinan besar Ahok dinonaktifkan oleh Mendagri agar ia fokus pada sidang-sidang kasusnya. Jadi bisa dipastikan pelaksana tugas gubernur adalah Djarot hingga selesai masa jabatan mereka pada bulan Oktober mendatang.
Lalu bagaimana jika Ahok-Djarot kalah pada putaran pertama? Jika terjadi demikian maka PDIP akan mengalihkan dukungan kepada Anis-Sandiaga dan bukan Agus-Sylviana. Yang penting asal bukan Agus. Saya yakin bahwa mulai Januari, para pendukung PDIP akan digerakkan langsung oleh Megawati untuk memenangkan Ahok-Djarot.
Hal yang menarik untuk dicermati adalah keinginan Ahok dan para pendukungnya menang satu putaran. Dari 6 survei terakhir, Ahok menang satu survei yang dilakukan oleh LSI (Lembaga Survei Indonesia) pimpinan Kuskrido Ambardi. Sementara lima hasil survei yang lain, termasuk LSI pimpinan Denny JA, Ahok berada di posisi nomor dua setelah Agus.
Jika dilihat dari hasil survei-survei itu, mustahil Ahok menang satu putaran. Ahok hanya bisa dipastikan maju ke putaran kedua. Namun melihat masyarakat Jakarta yang kebanyakan berperilaku silent majority, kemungkinan Ahok menang satu putaran masih sangat memungkinkan. Dan ini jelas masih menakutkan lawan-lawan Ahok. Untuk memilih, jelas masyarakat Jakarta tidak bisa diatur-atur, dipengaruhi atau digurui.
Modal Ahok menang satu putaran memang terlihat cukup kuat. Selain kinerja Ahok-Djarot yang sudah terbukti hebat, masyarakat Jakarta juga ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka tidak bisa diatur-atur atau diarahkan. Fauzi Bowo telah merasakan bagaimana pahitnya pilihan masyarakat Jakarta itu pada Pilkada 2012. Ia yang digadang-gadang menang satu putaran, malah dipaksa masuk ke putaran kedua dan akhirnya kalah dari Jokowi-Ahok.
Sampai sekarang dukungan dari berbagai pihak terus mengalir di Rumah Lembang. Dana kampanye juga terlihat dihimpun dari  berbagai lapisan masyarakat. Dan semuanya transparan. Berbeda dengan Sandiaga misalnya, yang menyumbang sendiri dana kampanyenya. Lalu apa skenario akhir Ahok dari kasusnya?
Pertama, Ahok telah siap jika ia akhirnya dipenjara. Ahok paham siapa jaksa, siapa hakim dan massa di belakangnya. Putusan sela hakim menjadi tanda-tanda bagi Ahok arah kemana kasusnya dibawa. Namun jika ia bebas, lalu kursi gubernur masih dipercayakan kepadanya, ia akan kembali dengan lebih ganas menghantam para koruptor di DKI.
Kedua, Ahok telah siap mengalihkan tongkat estafet kepada Djarot sebagai penggantinya. Djarot menjadi harapan Ahok untuk membenahi DKI dan melanjutkan perjuangan untuk menghantam para koruptor.
Ketiga, Ahok bersama PDIP dan pengacaranya, Â terus berjuang untuk menang satu putaran atau dua putaran bila terpaksa. Dengan demikian keinginan Ahok agar Djarot menjadi Gubernur penggantinya terkabulkan. Hal itu juga bisa membungkam lawan-lawan Ahok yang memperkirakan bahwa dia kalah di PIlgub kali ini.
Keempat, PDIP dan pengacara Ahok mengusakan agar Ahok dipenjara tidak lebih dari satu tahun dan vonisnya sedapat mungkin dilakukan setelah Pilkada, termasuk Pilkada putaran kedua. Jika vonisnya demikian, maka ada kemungkinan Ahok masih bisa kembali menjadi gubernur.
Kelima, berserah kepada Tuhan. Hidup, kekuasaan dan segala peristiwa, semuanya di tangan Tuhan. Segala sesuatu yang fana akan berakhir.