Pertama, jika Jokowi paham bahwa Ahok salah, dia tidak perlu repot melakukan kunjungan ke sana kemari dan sibuk beraudensi dengan beberapa pihak di istana. Ia justru akan blusukan meninjau programnya di beberapa tempat. Namun mengapa ia justru sibuk melakukan konsolidasi?
Kedua,konsolidasi kekuatan dan menghindari perpercahan. Lewat konsolidasi elemen-elemen  kekuatan bangsa, Jokowi sedang mengantisipasi gejolak berikutnya jika Ahok akhirnya bebas dari tuduhan penistaan agama. Dengan kunjungan itu, maka Jokowi berusaha meminimalisir tekanan dari berbagai pihak sekaligus menghimpun dan unjuk kekuatan.  Ketiga, jika Jokowi tidak berusaha bertemu dengan SBY dan FPI, itu berarti Jokowi sedang menunjukkan kepada rakyat pihak-pihak itulah yang mencoba merongrong NKRI demi syawat politiknya.
Jika nantinya tetap saja ada demo lanjutan pada tanggal 25 November 2016, maka publik akan semakin paham siapa-siapa yang masih ngotot menjegal Ahok. Dan pada saat itulah Jokowi akan all-out menyelamatkan Ahok. Pada tataran itu, Jokowi tidak lagi dicap sebagai pembela Ahok tetapi sebagai pihak yang bertanggu jawab untuk menyelamatkan sosok yang sedang ditindas.
Jokowi akan memberi perintah untuk menindak tegas mereka  yang berbuat anarkis. Jika terjadi chaos, maka Jokowi tidak segan-segan mengumumkan negara dalam keadaan darurat. Pada saat itu Marinir, Brimob dan Kopassus dan segenap anggota TNI-Polri siap diperintah Jokowi menyelamatkan negara yang berada dalam situasi darurat.
Jadi skenario akhir Jokowi adalah siap menyelamatkan Ahok yang terus dijepit lawannya baik dengan kekuatan diplomasi maupun militer. Dengan kata lain, Jokowi siap babak belur menyelamatkan Ahok, menyelamatkan NKRI dan pemerintah yang sah. Mari kita tunggu hasil gelar perkara Ahok minggu depan.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H