Para lawan Ahok yang diibaratkan para Coyotes seperti SBY, Amin Rais, Lulung, Habiburohman, Fadli Zon, Fahri Hamzah, Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani, Habib Rizieg dan lain-lain sangat ingin menangkap Ahok, si burung Road Runner itu. Para Coyotes ini selalu bekerja sama dan menempuh segala cara untuk menangkapnya. Mereka sealu memasang jebakan, misalnya dengan lubang, permen karet, ranjau, dinding dan sebagainya. Kadang juga pengejaran menggunakan roket, sepeda motor atau kendaraan lain. Namun sialnya Ahok sama seperti si Road Runner itu selalu saja lolos dari tangkapan mereka.
Akhirnya para lawan Ahok hanya bisa memaki, demo akbar, memfitnah, dan bahkan ada yang terang-terangan mau membunuh Ahok. Menurut hemat penulis, demo 4 November 2016 itu akan berlanjut hingga demo lebaran kuda. Para Cayotes akan terus mengejar Road Runner sampai mereka benar-benar menangkapnya. Alasannya hanya itulah jalan satu-satunya yang masih tersisa sebagai celah untuk menangkap Ahok. Lewat demo-demo itu nantinya, para lawan Ahok termasuk SBY, berharap Ahok akhirnya ditangkap, menjadi tersangka, dan kalau tidak akan mati kena penyakit, terbunuh atau tidak dicoblos oleh pendukungnya pada Pilkada 2017 mendatang.
Sementara itu pasca demo 4 November, Jokowi menegaskan dirinya sebagai sosok pekerja keras. Setelah ia tahu lewat intelijennya hal-hal terkait demo 4 November, Jokowi memberi pesan kepada seluruh rakyatnya agar bekerja seperti biasa, ngantor seperti biasa.  Dan seperti biasa, hari ini Jokowi bekerja setengah hari di istana dan menerima beberapa laporan menterinya. Setelah  itu ia tetap bekerja keras dan pergi blusukan meninjau pembebasan lahan kereta api di Bandara Soekarno Hatta.
Pesannya jelas. Demo hanya membuang-buang waktu dan sama sekali tidak akan memajukan negara ini. Seolah Jokowi mengejek Amin Rais, Fadli Zon dan Fahri Hamzah  yang sibuk demo bahwa bekerja lebih penting untuk membangun bangsa ini. Jika ada yang melakukan kesalahan, biarlah penegak hukum melakukan tugasnya. Kita tidak perlu membuang-mbuang banyak energy untuk memaksakan kehendak apalagi kalau ada tujuan politisnya.
Jadi kendatipun ada demo yang menggelegar di istana, justru Jokowi tetap bekerja. Ia pergi blusukan dan menegaskan dirinya sebagai seorang The Blusukan King. Jika demo hanya membuang energi, materi dan menggangu keamanaan, Â maka jelas bekerja dan blusukan jauh lebih bermanfaat. Jadi, pasca demo 4 November, Ahok menjadi Road Runner, sosok yang terus dikejar-kejar, Jokowi menegaskan dirinya sebagai The Blusukan King, sementara lawan Ahok menjelma menjadi Cayotes. Begitulah kunang-kunang.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H