Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sjafrie, Yusril dan Operasi Penjegalan Ahok

26 Mei 2016   13:17 Diperbarui: 27 Mei 2016   07:20 7557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, para elit setiap partai mencoba menyerang Ahok dengan cara memunculkan calon alternatif lain (market test) seperti Yusril, Ridwan Kamil,  Risma, Ahmad Dhani, Dessy Ratnasari, Eko Patrio, Lulung, Taufik, Sandiaga dan seterusnya. Partai-partai politik membentuk opini bahwa para calon pemimpin ini lebih santun, lebih hebat, lebih bagus dan seterusnya. Hasilnya, semuanya mentah, publik tetap lebih suka Ahok. Hal itu itu bisa dilihat elektabilitas Ahok yang tetap tinggi dan dukungan KTP kepada Ahok yang kini hampir mencapai 900 ribu KTP.

Kedua, operasi penjegalan Ahok dilakukan lewat ormas-ormas dan korban-korban penggusuran Ahok. Demonstrasi yang dilakukan ormas semacam FPI dan GMJ misalnya tetap bisa dipatahkan Ahok lewat ketegasan TNI-Polri. Demikian juga suara-suara mereka yang digusur di bantaran kali Ciliwung, Kampung Pulo Waduk Pluit, Waduk Rio-rio, Kalijodo, Luar Batang, tetap tidak bisa menurunkan Ahok dari jabatannya.

Ketiga, serangan kolaborasi oknum DPRD, DPR Senayan bersama BPK dan juga oknum KPK dan lain-lain, terkait kasus Sumber Waras, reklamasi Teluk Jakarta yang membentuk opini bahwa Ahok korup, tidak bersih dan ternyata maling dan berharap ditetapkan sebagai tersangka, juga sampai hari ini tidak berhasil. Pun perdebatan mengenai diskresi Ahok masih terus mengambang.

Keempat, serangan bocoran dari oknum KPK yang mencoba membocorkan BAP Ariesman yang dirilis oleh Tempo. Bocoran itu digunakan untuk menyerang Ahok dan menyebarkan isu seolah-olah duit Agung Podomoro telah diterima Ahok. Ternyata isu itu tidak membuat masyarakat Jakarta dengan mudah goyah. Isu yang mengatakan bahwa Ahok korup dan menerima dana barter reklamasi sebesar 219 dari 392 miliyar Rupiah  yang telah dijanjikan, ternyata hanya propaganda.

Fakta sebenarnya adalah dana sebesar 392 milyar itu adalah hasil taksiran dari Podomoro.  Pemprov DKI tidak pernah menerima uang dalam bentuk uang tunai apalagi masuk ke kantong Ahok. Ini bisa dicek di rekening Pemrov DKI atau di rekening Ahok. Pemberian tambahan kontribusi itu sebagai syarat untuk memperpanjang izin prinsip menjadi izin pelaksanaan reklamasi.

Kontribusi tambahan tersebut bukan berupa uang tunai tetapi pembangunan infrastruktur seperti rumah susun sewa sederhana (rusunawa), jalur inspeksi hingga pembangunan pompa air. Jumlahnya ada 13 proyek. Jadi duit 392 milyar itu tidak diberikan pada Ahok langsung, melainkan dalam bentuk bangunan. Opini yang dibangun bahwa seolah-olah duit itu mengalir ke kantong Ahok adalah hanya propaganda.

Kelima, lewat media-media sosial. Jika anda rajin membaca media, maka puluhan situs-situs berseliweran, tak kenal lelah, terus menebar fitnah kepada Ahok. Para lawan Ahok dengan kebencian luar biasa, terus menggoreng isu-isu yang sekecil apapun untuk membusukkan nama Ahok. Di media, ada banyak situs-situs yang fokus beritanya hanya untuk memfitnah Ahok. Namun pada kenyataannya, para pendukung Ahok tetaplah banyak. Media-media besar pun tetap banyak yang mendukung Ahok. Akibatnya skenario membusukkan nama Ahok sekaligus menjegalnya lewat media, tidak berhasil.

Lalu mengapa ada banyak orang yang mendukung Ahok? Apakah karena agamanya yang bisa menjanjikan orang masuk surga? Apakah karena sukunya yang hokinya banyak? Apakah karena dia ganteng bak aktor film? Apakah karena kemurahan hatinya bagi-bagi uang seperti wanita emas itu? Atau karena tutur katanya sopan mempesona? Atau karena ia sering ke pasar dengan baju micky mouse? Semua alasan itu tak satu pun yang benar.

Ternyata jawabannya adalah karena Ahok banyak melakukan hal yang benar di balik kekurangannya sebagai manusia. Ahok mengembalikan hal yang semestinya yang selama ini telah dirampas oleh para pejabat lainnya. Ahok jelas bukan dewa. Ia bukan manusia suci atau sosok yang tak pernah salah. Akan tetapi apa yang telah dilakukannya seperti membela uang rakyat, mengubah mental birokrat, memanusiakan manusia dari bantaran kali dan memindahkannya ke rumah susun adalah hal yang didukung banyak orang.

Jadi ketika skenario penjegalan Ahok gagal, maka Gerinda meninggalkan Yusril lalu mengusung Sjafrie. Sementara itu, Golkar lebih pragmatis. Partai ini berbalik haluan dan mendadak mendukung Ahok. Tinggalah kini PDIP masih terus bertanya apakah mengusung calon sendiri atau mendukung Ahok.

Salam Kompasiana,

Asaaro Lahagu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun