Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Poros Kekuatan Baru: Jokowi, Luhut dan Novanto, Kandaskan Kalla, Kunci PDIP

23 Mei 2016   17:43 Diperbarui: 23 Mei 2016   18:45 17255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi (Kompas.com)

Bisa dipastikan saingan Jokowi dari Golkar  sudah bisa diminimalisirkan dalam Pilpres 2019 mendatang. Alasannya, Novanto yang popularitasnya sangat rendah akibat kasus Papa Minta Saham, menjadi tidak mungkin menjadi Capres dari Golkar. Bisa jadi, Novanto berharap dalam Pilpres mendatang, karena tak ada tokoh andalan, akhirnya Golkar melamar Jokowi agar menjadi kadernya sebelum dimajukan sebagai Capres. Ini bisa saja terjadi bila hubungan Jokowi-PDIP semakin buruk.

Tentu dukungan yang diperoleh Jokowi dari Novanto tidak dilakukan tanpa pamrih. Jelas tidak ada makan siang gratis. Sebagai seorang pengusaha, Novanto yang juga di belakangnya ada Ical, jelas tetap membutuhkan Golkar sekaligus Jokowi untuk menjadi beking politik bisnisnya. Kasus-kasus Novanto yang selama ini masih diendapkan dipastikan akan terus aman. Selain itu, Novanto akan aman dari kasus Papa Minta Saham. Tentu tujuan lainnya adalah Novanto akan mencoba menebengkan Golkar pada popularitas Jokowi ke depannya.

Bagi Luhut sendiri, Jokowi adalah sosok yang paling tepat untuk menjadi presiden RI untuk periode berikutnya. Antara Jokowi dan Luhut terlihat sudah saling memahami pribadi masing-masing dalam menjalankan roda pemerintahan. Maklumlah, keduanya sudah lama menjadi rekan bisnis sebelumnya. Luhut adalah bos Toba Sejahtera Group. Putra Sulung Jokowi, Gibran Rakabuming, adalah Presiden Direktur PT Rakabu Sejahtera, salah satu wood based industry berorientasi ekspor dengan pasar utama Amerika Serikat. Toba Sejahtera kini memiliki sebagian saham Rakabu. Dengan dasar kepentingan tersebut, maka jelas tak ada yang aneh bila ke depan Luhut dan Novanto akan bahu-membahu kembali menggolkan Jokowi menjadi Capres 2019.

Ke depan, poros kekuatan baru ini akan mulai unjuk gigi dalam pemilihan Kapolri yang baru. PDIP yang ngotot menjadikan Budi Gunawan sebagai Kapolri akan dengan mudah dijegal oleh Poros kekuatan baru ini. Hal itu terlihat ketika Jokowi-Luhut menginginkan perpanjangan jabatan Badrodin Haiti sebagai Kapolri. Jika konsolidasi poros kekuatan ini semakin solid, maka pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri akan dengan mudah ditentang oleh Jokowi. Jika demikian posisi PDIP menjadi terkunci, tak bisa lagi seenaknya bermanufer.

Selain itu, poros kekuatan baru ini juga akan mulai bermanufer membantu Ahok di Jakarta menjadi Gubernur untuk periode kedua. Sinyal adanya dukungan Novanto kepada Ahok sudah mulai menyeruak di permukaan. Pun sudah ada pertemuan antara Novanto dan Ahok sebelumnya. Jika Novanto mengerahkan Golkar mendukung Ahok di Pilkada 2017 mendatang, maka dukungan yang telah diperoleh Ahok dari Jokowi-Luhut sebelumnya akan semakin bertambah dan semakin sulit dikalahkan.

Bila Ahok sukses menjadi Gubernur DKI untuk kedua kalinya, dan popularitasnya semakin tinggi, maka tak tertutup kemungkinan Ahok akan didukung Jokowi-Luhut-Novanto menjadi Cawapres Jokowi 2019 mendatang. Tentu saja dengan catatan, KPK gagal mengirim Ahok ke penjara dalam kasus Sumber Waras dan reklamasi Teluk Jakarta.

Salam Kompasiana,

Asaaro Lahagu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun