Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Dijatuhkan, Terus Ditarik Jatuh, tetapi Masih Belum Jatuh?

7 April 2016   14:46 Diperbarui: 8 April 2016   14:56 44837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Illustrasi Meme Surya Paloh dan Ahok"][/caption]

Statistik usaha pelengseran Ahok tiga bulan terakhir ini semakin naik, marak, intens dan sangar. Harus diakui bahwa usaha-usaha berbagai pihak untuk menjegal Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta semakin bergemuruh. Pun usaha keras dan mati-matian para lawannya untuk menjegal Ahok masuk dalam bursa cagub dalam Pilkada 2017 semakin sengit. Alasannya sangat jelas dan amat jelas. Selain Ahok double minoritas, Ahok juga dicap kasar, sombong, pongah, semena-mena dalam menggunakan jabatannya.

Sepak terjang Ahok dalam menata ibu kota dan birokrasi Pemrov DKI sungguh gaduh, hingar-bingar, menyita emosi, menyayat hati lawannya, mengiris jantung musuhnya, membanting rekannya di DPRD, menggetarkan para pengusaha. Soal kompetisi merebut DKI-1 pada Pilkada mendatang, Ahok terus menabuh genderang perang, menantang lawannya, menyemprit musuhnya dan membuka front perseteruan baru. Semuanya menimbulkan kontroversi.

Ahok jelas memang sosok yang sangat kontroversial. Dia mencari musuh dan menciptakan musuh. Setelah ia menciptakan musuh, dia maju menghajar musuhnya dengan gagah berani. Ia tidak takut, termasuk mati sekalipun. Hebatnya ia membutuhkan musuh untuk menguji terus dirinya. Jabatannya sebagai gubernur DKI Jakarta sebagai taruhannya. Baginya, jika ia dipecat, dijegal, dijatuhkan atau dilengserkan oleh para musuhnya, ia sudah siap dengan kata: ‘nothing to loss’, termasuk nyawanya.

Ahok jelas telah menemukan garis hidupnya sekaligus garis nasibnya. Ia telah menciptakan arena perangnya yang hebat di DKI Jakarta. Sebagai Gubernur di ibu kota, Ahok terlihat menikmati pertarungannya. Ia bagai prajurit Romawi yang bertarung di Colloseum, berlaga dan menyelesaikan pertarungan hingga titik darah penghabisan. Ketika prajurit Romawi mati di arena laga, mereka pun bangga, bangga mati secara ksatria. Kisah heroik para ksatria Romawi bertanding, mengguncang sejarah umat manusia sejak ribuan tahun yang lalu.

Jika Yusril Ihza Mahendra berguyon bahwa Ahok itu sakti, mungkin ada benarnya. Tiap detik, ribuan orang berusaha menjatuhkan Ahok. Anehnya sampai sekarang, ia masih belum jatuh. Ia terus ditarik jatuh, tetapi tidak jatuh atau sekurang-kurangnya masih belum jatuh. Hebatnya orang yang berniat menjatuhkannya bahkan lebih duluan jatuh. Lalu siapa-siapa yang ingin menjatuhkan Ahok dan ternyata terpental duluan? Mari kita lihat satu persatu.

Kasus terakhir adalah soal izin reklamasi Teluk Jakarta. Ahok sangat tegas, bahwa ia tetap keras kepala melanjutkan reklamasi. Ia pun telah mengeluarkan izin yang bagi banyak pihak kontroversial. Tak kurang Menteri Susi ikut menyemprot Ahok yang mencaplok wewenangnya. Para anggota DPRD DKI Jakarta bersama ormas terus mempersoalkan izin Ahok itu. Mereka mencap Ahok sebagai Gubernur yang melanggar peraturan, menabrak peraturan dan terlibat KKN sampai ia dicap sebagai Gubernur Agung Podomoro. Hasilnya? 

Muhammad Sanusilah yang duluan jatuh bersama Presdir Agung Podomoro, Ariesman Widjaja. Kedua orang ini sudah ditetapkan KPK menjadi tersangka. Kemungkinan besar, orang-orang itu akan menghuni hotel prodeo untuk sekian tahun ke depan.

Terkait Menteri Susi yang merasa dicaplok wewenangnya oleh Ahok, telah diluruskankan oleh Seskab Pramono Anung. Pramono mengatakan wewenang izin reklamasi merupakan wewenang pusat namun sudah didelegasikan kepada Gubernur Ahok. Pendelegasian itu hanya berlaku khusus di DKI Jakarta. Sepertinya izin kontroversial yang dikeluarkan Ahok pun selesai. Tinggal menunggu gugatan pihak-pihak yang belum puas terkait wewenang itu. Usaha untuk menjatuhkan Ahok terkait izin reklamasi itu pun terlihat mental.

Kasus Sumber Waras yang menjadi arena untuk menjatuhkan Ahok sebelumnya, sampai sekarang hasilnya masih di luar harapan para lawan Ahok. Malahan Kepala BPK DKI RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta yang sebelumnya sangat getol menyerang Ahok, justru dicopot dari jabatannya oleh BPK RI Pusat. Efdinal ketahuan memiliki konflik kepentingan atas audit BPK untuk pembebasan lahan di TPU Pondok Kelapa. Pun para petinggi KPK lama yang diyakini berbagai pihak akan menetapkan Ahok sebagai tersangka, malah terdepak semuanya dari kursi pimpinan KPK. Tak ada pimpinan KPK lama yang dipilih oleh komisi III DPR tahun lalu itu. Hebatnya KPK baru justru menegaskan bahwa Ahok masih belum terbukti terlibat korupsi di Sumber Waras.

Lalu bagaimana dengan kasus dana siluman APBN DKI dan kasus Bus Transjakarta yang berkarat? Dua kasus itu telah membuat lawan Ahok yang ngotot menjatuhkannya justru jatuh duluan. Alex Usman dan Zaenal Soleman dari eksekutif yang ternyata ikut bermain dengan DPR menjadi tersangka. Rekan Lulung di DPRD, Firmasnyah dan Fahmi Zulkifar malah yang lebih duluan jatuh menjadi tersangka Bareskrim Polri. Terkait Kasus bus berkarat Transjakarta, Udar Pristono yang gencar menuding Ahok harus bertanggunjawab, justru dihukum di MA 13 tahun oleh hakim sangar Artijo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun