Harapan besar pengusaha untuk mendapat proyek berkat keberadaan Ahok sebagai DKI-1, justru sebaliknya malah semakin sulit alias tidak mudah kongkanglingkong lagi. Katanya, dulu untuk mendapat proyek cukup mudah, cukup anggarkan fee 10-20 % maka proyek akan dengan mudah diperoleh. Sekarang, sangat berbeda. Untuk mendapat satu proyek, para pengusaha harus bersaing dengan yang lain. Siapa yang menawar paling murah, memenuhi syarat, punya kompetensi, dialah yang menang. Keuntungan pun tidak seberapa. Itulah efek sepak terjang Ahok yang menghancurkan Jakarta dari kongkanglingkong pejabat-pengusaha.
Di wilayah kerja saya sekitar Pluit, Muara Karang dan Pantai Indah Kapuk, banyak pengusaha yang mengeluh. Katanya, dulu sangat aman dan gampang jika ingin membuka dan mengembangkan cabang usaha karena tidak pelototi pajaknya. Sekarang, begitu pengusaha sudah mulai membuka usaha, para petugas sudah rajin interogasi ijin usaha, pajak online dan sebagainya. Benar, bahwa mengurus ijin sangat mudah dan tidak perlu sogok lagi. Namun soal pajaknya, itulah yang memusingkan pengusaha karena dulunya mereka nyaman bermain-main soal pajak.
Di tahun 2016, sekali lagi tahun emasnya Ahok. Dengan beking penuh Jokowi, Ahok terus mendesain ulang Jakarta agar menjadi The world clas city. Jika Ahok berhasil memenangi pertarungan perebutan DKI-1 pada Pilkada 2017 mendatang, maka langkah Ahok untuk menghancurkan Jakarta lama dan mengubahnya menjadi Jakarta baru akan terwujud. Semoga demikian.
Â
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H