Yang Terhormat Bapak Jaksa Agung Prasetyo,
Saat ini kami sebagai masyarakat biasa sangat merindukan sosok Jaksa Agung yang hebat. Kami ingin sekali melihat Jaksa Agung kami yang brilian di bidang hukum, berani mati dan tanpa takut kepada siapapun dalam menegakkan hukum. Betapa bangganya kami jika kami bisa menyaksikan seorang Jaksa Agung bisa menandingi Jaksa Agung Amerika Loretta Lynch yang sangat berani membongkar noda hitam FIFA.
Indonesia sekarang, sangat membutuhkan seorang Jaksa Agung yang keras kepala seperti Jokowi, tak takut mati seperti Ahok, berani menersangkakan calon Kapolri seperti Abraham Samad, lihai dan hebat di bidang hukum seperti Adnan Buyung Nasution dan jujur seperti polisi Hugeng. Saat ini negeri ini terus berjibaku melawan tirani koruptor, pengusaha yang berkedok anggota dewan, konglamerat yang menyamar sebagai pemilik partai.
Namun sekarang kami sangat kecewa. Kami setiap hari terus melihat Jaksa Agung Prasetyo yang terlihat lemah, mati kutu, tak punya nyali, lamban dan menjadi bulan-bulanan para koruptor, anggota dewan dan para pengusaha. Setiap hari kami merasa miris melihat Kejaksaan Agung seolah dilecehkan, dipolitisasi dan dijadikan bulan-bulanan mereka yang sok berkuasa.
Apa yang terjadi denganmu Pak Prasetyo? Bukankah jabatanmu itu sangat Agung? Bukankah engkau telah disumpah sebagai Jaksa Agung? Bukankah engkau mempunyai ribuan jaksa yang siap sedia membantu anda menghancurkan para koruptor, menerjang anggota DPR di Senayan yang banyak tingkah dan menegakkan hukum di republik ini dengan gagah berani? Bukankah engkau bisa meminta puluhan bahkan ratusan anggota Brimob bersenjata laras panjang menangkap mereka yang mempermainkan hukum? Jika dibutuhkan masih ada KPK yang siap membantu, TNI yang siap melindungi dan masyarakat Indonesia yang siap membela kebenaran?
Akhir-akhir ini hati kami semakin pilu, bibir kami semakin kelu dan wajah kami semakin miris melihat Kejaksaan Agung Republik Indonesia yang terus-menerus dilecehkan oleh Setya Novanto yang selalu mangkir dari panggilan Kejaksaan. Katanya, Kejaksaan sudah punya bukti-bukti untuk menjerat Setya Novanto yang diduga melakukan permufakatan jahat terhadap Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla. Lalu mengapa Kejaksaan sangat lamban mengusutnya, memanggilanya secara paksa, menangkapnya dan menetapkannya sebagai tersangka?
Novanto sekarang yang sudah diangkat menjadi ketua Fraksi Golkar di DPR terus melakukan manufer. Dia terus merombak komisi III DPR dan berencana membentuk Pansus Freeport. Ia juga terus meneror Kejaksaan agar kasus catut nama Presiden itu tidak dilanjutkan secara hukum. Melalui kaki tangannya, Novanto terus membentuk opini bahwa Kejaksaan Agung tidak berhak mengusut kasus catut itu dan bahkan menuduh Kejaksaan bermain politik. Bukankah itu sebagai pelecehan terhadap lembaga sekaliber Kejaksaan? Miris rasanyanya mendengar semua itu dan anda Pak Prasetyo terlihat hanya senyum dan semakin tak berdaya.
Kemarin (21/1/2016) dalam rapat kerja di DPR, anda terlihat tersudut dan menjadi bulan-bulanan para anggota komisi III. Lho, kok Pak Prasetyo tidak menunjukkan taringnya di depan anggota Komisi III itu? Apa hebatnya memang anggota komisi III itu Pak Prasetyo? Lalu mengapa anda terlihat curhat, alias mengadu kepada Komisi III ancaman SMS yang katanya dari Harry Tanoe yang berbunyi: “Kita buktikan siapa yang salah dan benar. Siapa yang preman. Kekuasaan nggak akan langgeng. Catat saya pasti jadi pimpinan negeri ini. Indonesia akan dibersihkan?”
Jika memang Harry Tanoe benar mengancam seorang Jaksa Agung terkait pengusutan kasus korupsi restitusi pajak periode 2007-2009 yang dilakukan oleh PT Mobile 8 yang merupakan milik Harry Tanoe, lalu mengapa Pak Prasetyo tidak langsung menetapkannya sebagai tersangka? Berani-beraninya seorang Harry Tanoe mengancam seorang Jaksa Agung di Republik ini? Itu sangat melecehkan seorang Jaksa Agung, Pak Prasetyo.
Sebagai seorang Jaksa Agung, sudah seharusnya bapak tidak didorong-dorong untuk menegakkan hukum. Jika Pak Prasetyo terus-terusan begini, masyarakat akan mulai curiga jika Bapak benar-benar titipan dari Ketua Partai Nasdem, Surya Paloh. Apalagi nama Bapak dikait-kaitkan dengan kasus suap hakim PTUN Medan yang menjerat pengacara kondang OC Kaligis dan Sekjen Nasdem Patricio Rio Capella itu. Buktikan bahwa bapak sama sekali tidak terlihabat kasus hukum juga, tidak membela kepentingan tertentu tetapi membela kebenaran dan keadilan di bidang hukum.
Sekarang, hanya ada dua pilihan bagi Pak Prasetyo. Pertama, tunjukkan kehebatanmu menjerat mereka yang melawan hukum. Usutlah mereka dengan cepat yang terlibat kasus hukum dengan gagah berani, tak takut dan bernyali maut. Tunjukkanlah bahwa engkau seorang Jaksa Agung yang hebat, cerdas, ahli hukum dan mampu menegakkan kewibawaan Kejaksaan Agung Republik Indonesia. Kedua, jika memang tidak berdaya, tak punya nyali dan takut kepada mereka di Senayan atau kepada pengusaha yang berkedok ketua partai itu, sudah saatnya mundur dari posisi itu. Ada banyak kader bangsa yang sangat hebat yang siap menggantikan posisi Bapak.