Pertemuan Mega-Kalla yang terakhir sebetulnya bertujuan agar Kalla legowo jika reshuffle kabinet dilakukan suatu hari. Mega meminta Kalla agar legowo menerima kenyataan jika para loyalisnya tergusur. Pertemuan Mega-Kalla itu sebagai pemberitahuan kepada Surya Paloh agar juga dapat memahami jika para menteri dari partainya ikut tergusur. Kalla, Surya Paloh dan bahkan Mega sendiri pun pelan-pelan memahami bahwa perombakan kabinet adalah hak prerogatif Presiden. Itulah esensi yang hendak disampaikan Mega kepada Kalla dan Paloh. Sebuah pemahaman bermakna dalam bagi koalisi mereka. Apalagi sekarang Jokowi sudah semakin koppig dan tidak mau lagi didikte.
Pernyataan Jokowi bahwa reshuffle kabinet jangan didesak-desak, ditekan, diatur-atur, menandakan bahwa Jokowi sudah sangat ingin memegang kendali penuh di kabinetnya dan tidak mau lagi didikte dalam memilih para menterinya. Jokowi ingin lepas dari cengkraman Kalla, Mega dan Paloh. Dan memang seharusnya begitu.
Maka berdasarkan sinyal-sinyal politik di atas, bisa dikatakan bahwa  ke depan, pada reshuffle kabinet Jilid II, pemilihan para menteri di dalam kabinet akan mencerminkan Jokowinisme sebagai Presiden atau para menteri yang mencerminkan maunya Jokowi. Jadi, reshuffle kabinet pasti akan segera dilakukan. Tentu saja di dalamnya ada pertarungan sengit ronde ketiga Jokowi vs Kalla, namun pada akhirnya ronde ketiga itu akan dimenangkan oleh Presiden Jokowi. Mari kita sabar menunggu.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H