Sekarang tidak ada pilihan lain bagi PKS yang dikomandoi Sohibul Iman, selain merapat kepada Jokowi. Kalkulasi matematika PKS berkesimpulan bahwa menentang dan melawan terus Jokowi sama dengan bunuh diri. Karena itu PKS merubah langkah mereka, merapat dan meniti jalan kemesraan kepada Jokowi. Apalagi PKS telah melihat bahwa ke depan di zaman Jokowi, ekonomi bakal meroket.
Berbaliknya PKS dengan merapat kepada Jokowi jelas lebih menguntungkan. Ada secercah harapan di sana, jika PKS mesra dengan Jokowi. Maka sebagai langkah awal perubahan itu, PKS telah memerintahkan seluruh kader-kadernya di seluruh negeri dan luar negeri termasuk Fahri Hamzah untuk menghentikan segala hate speech kepada Jokowi. Bukan tidak mungkin, Fahri akan dilengserkan oleh Sohibul Iman dari wakil pimpinan DPR demi menarik hati Jokowi.
Daya magis Jokowi memang telah membuat banyak pihak menjadi korban dari nazarnya sendiri. Beberapa pihak juga tanpa malu kembali berbaik hati kepada Jokowi. Herannya hal itu terjadi begitu saja, mengalir bagaikan air. Prestasi Jokowi sebagai wali kota terbaik ketiga menurut The City Mayor Foundation dan masuk dalam 50 pemimpin terhebat dunia versi majalah Fortune As, terjadi tanpa settingan. Ya, mengalir dan mengalir begitu saja.
Maka tak heran saat Jokowi bertemu dengan para pemimpin dunia seperti Presiden AS, Barack Obama, Presiden Rusia, Vladimir Putin, Presiden China, Xi Jin Ping, PM Jepang, Shinzo Abe, mereka langsung akrab dan terkesan akan kharisma Presiden Jokowi. Mereka menyebut Jokowi sebagai pemimpin yang fenomenal. Itulah sebabnya ketika Freeport gaduh di Indonesia, dan ketika proporsal Jepang terkait pembangunan proyek kereta api sedang ditolak, mereka tidak menunjukkan kemarahan yang berlebihan.
Itulah Jokowi dengan daya magisnya yang luar biasa. Daya magis itu terletak pada kesahajaannya, ketegasan dan kedekatannya dengan rakyatnya. Politik meja makan Jokowi yang menjadikan istana menjadi istana rakyat, telah membuat daya magis Jokowi semakin bersinar. Kerja keras Jokowi, kelurusan hatinya plus keras kepalanya telah membuat PKS terpaksa berbalik haluan. Sementara Aburizal Bakri lewat Golkarnya masih terus menentang Jokowi, dipaksa melakukan ‘harakiri’ atau menggali kuburannya sendiri di hadapan rakyat.
Salam Kompasiana,
Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H