Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Setya Novanto Mundur, Reza Chalid Semakin Kabur, Era Mafia Migas Berakhir

16 Desember 2015   22:08 Diperbarui: 16 Desember 2015   22:16 3737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Saya ikut masuk ke Dharmawangsa ini, cost yang mereka bawakan sudah, tapi masih gedean mereka porsinya. Terlalu lama mereka itu boros. Saya yakin Freeport pasti jalan. Kalau sampai Jokowi nekat nyetop, jatuh dia,” ujarnya.

Riza juga mengaku sudah kenal lama dengan Presiden Jokowi. Bahkan ia mengaku sebelum Pilpres 2014 ingin menduetkan Jokowi dengan Hatta Rajasa. Namun Ketua Umum PDIP Perjuangan Megawati menolak keinginan tersebut.

“Memperjuangkan dia itu capek sob. Segala macam cara, Pak Hendro ngomong sama Megawati waktu di Kebagusan. Belum saatnya. Dikira sekaligus. Belum Pak. Saya itu baik, saya kasihan sama Pak Jokowi, saya akan bantu Pak Jokowi ke Hatta sebagai cawapres. Pak Jokowi sama Hatta mungkin Pak, tapi Meganya gak mau. Saya sama Hatta itu sahabat,” jelas dia.

Sepak terjang Reza Chalid dalam politik di Indonesia terlihat dari pernyataannya saat Pipres tahun lalu. Reza  mengungkapkan bahwa dalam pertarungan pilpres itu, Komjen Pol Budi Gunawan ikut terlibat. Bahkan dalam pernyataannya, terungkap bahwa Megawati pernah marah pada Jokowi karena menolak Budi Gunawan menjadi Kapolri. Ia juga berkata bahwa Polri dikerahkan untuk memenangkan Jokowi-Kalla dalam Pilpres lalu.

“Di Solo ada, ada Surya Paloh, ada si Pak Wiranto pokoknya koalisi mereka, Dimaki-maki Pak, Jokowi itu sama Megawati di Solo. Dia tolak BG. Gila itu, saraf itu. Padahal, ini orang baik kekuatannya apa, kok sampai seleher melawan Megawati. Terus kenapa dia menolak BG. Padahal pada waktu pilpres, kita mesti menang Pak. Kita mesti menang Pak dari Prabowo ini. Kalian operasi, simpul-simpulnya Babimnas. Bapak ahlinya, saya tahu saya tahu itu. Babimnas itu bergerak atas gerakannya BG sama Pak Syafruddin. Syafruddin itu Propam. Polda-polda diminta untuk bergerak ke sana. Rusaklah kita punya di lapangan,” ungkapnya.

Setelah pertarungan Pilpres selesai, ternyata Reza berada di pihak yang kalah. Namun karena naluri bisnisnya, Reza lebih menginginkan keamanan yang kondusif. Lalu Reza pun mengaku mengumpulkan elite KMP usai kalah pilpres dan meminta KMP legowo serta mendukung pemerintahan Jokowi.

“Sebelum bubarin Pak, kalau gak gini Pak. Saya ini kan pedagang, Saya ikutan politik kan karena teman-teman saja. Baik, gak cerai. Saya pedagang. Saya bilang eh ini saatnya damai. Kita kumpulin semua yuk. Kumpul Bang Ical, Anis Matta, Hatta, pokoknya semua kita kumpul,” tutur Reza.

Lalu Reza pun mulai menyusup ke dalam lingkar kekuasaan Jokowi lewat Luhut Panjaitan. Reza mengklaim bahwa Menko Polhukam Luhut Panjaitan adalah salah satu orang yang diandalkan Riza dalam lingkaran istana. Dalam kesaksian Luhut di MKD setelahnya membuktikan bahwa memang Reza adalah teman Luhut. Luhut mengakui bahwa Reza dekat dengan KMP dan orang yang berpenagaruh. Bukti kedekatan Reza-Luhut terlihat dari percakapannnya berikut ini:

“Kita undang Pak Luhut datang. Saya siapkan depan. Ada Pak Luhut ama timnya. Saya bilang itu, saat ini kita sudah kalah. Kalah Pilpres. Tapi kita akan balas tahun 2019. Cuma sekarang kita harus berdamai membangun negara. Jangan ikut. Presiden sama wapres enggak boleh diganggu, saya bilang. Kita cari makan. Sekarang Pak Luhut yang ada di sana, Ini temen-temen dan kita minta ikutlah Pak Luhut. Coba Pak Luhut sampaikan ke Jokowi. Kalau mau sepakat begitu kita dukung. Ini saran saya. Mulai ngomong rurururuurr Akhirnya sepakat pak malam itu, oke kita dukung Jokowi JK supaya sukses. Nanti 2019 ceritanya lain. Langsung deh pada dukung Jokowi, pada ketemu Jokowi semua. Prabowo apa dukung Jokowi. Sejak itu. Makanya Pak, DPR gak pernah ganggu Jokowi. Gak pernah ganggu Jokowi. Malah yang enggak mendukung Jokowi itu PDIP. KMP enggak, semuanya mendukung. Itu kita happy juga sih. Kalau negara aman kita punya jalan. Tapi kalau ribut terus di palemen, pusing kepala. Bayangin sudah kurang aman negara, ekonominya hancur,” papar Riza.

Dari percakapan itu, terlihat sekali kehebatan Reza di jagad politik dan bisnis tanah air. Tentu saja setiap orang bisa percaya atau tidak dengan perkataannya di rekaman tersebut. Namun tak bisa dibantah bahwa telah banyak literatur yang mengungkapkan kejayaan kiprah Reza di sektor bisnis. Kedigdayaan Reza dalam sektor bisnis seakan diikuti pengaruhnya yang kuat pada ranah politik. Patut diduga hal itulah yang menyebabkan dirinya tak terjamah hukum, padahal namanya sudah sering disebut beberapa tahun belakangan sebagai orang yang menjadi bagian dari mafia minyak.

Namun kini situasi telah berubah. Kedigdayaan Reza Chalid di Indonesia, terlihat berakhir setelah Jokowi naik menjadi RI-1. Jokowi dengan gagah berani telah membubarkan Petral, tempat ‘bermainnya’ selama ini. Reza pun semakin terpojok setelah rekaman permbicaraannya terkuak ke area public. Celakanya lagi, Reza dengan pongahnya mengungkap bahwa ia bisa mengatur dan menjatuhkan Jokowi. Hal itulah yang membuat Jokowi marah membahana dan membuat Reza ketakutan lalu kabur ke luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun