Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pertarungan Jokowi-Kalla Vs Setya Novanto akan Semakin Memanas, Polri Siap Mengusut

17 November 2015   13:41 Diperbarui: 18 November 2015   05:06 15163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Blunder besar yang dilakukan oleh Setya Novanto dalam mencatut nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla akan semakin memanas. Prediksi publik bahwa kasus pencatutan nama itu akan diselesaikan secara adat istiadat dengan musyawarah mufakat, kali ini meleset. Jokowi dan Jusuf Kalla tidak akan tinggal diam dan manggut-manggut melihat drama penuh retorika di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) di DPR dalam menanggapi laporan pelanggaran yang dilakukan oleh Setya Novanto.

Bagi Presiden Jokowi, tingkah laku Setya Novanto itu sudah amat keterlaluan. Seorang ketua DPR yang diangkat secara licik oleh KMP, telah berlaku licik juga kepadanya. Perilaku Setya Novanto yang mencatut namanya dengan meminta 11% saham Freeport itu, adalah perbuatan amat tercela. Perbuatan itu telah mengiris-iris sanubari 250 juta rakyat Indonesia dan mengubur hidup-hidup rakyat Papua yang berjuang dari lingkaran setan kemiskinan.

Perbuatan amat memalukan Setya Novanto itu jelas telah merendahkan martabat Presiden Republik Indonesia. Presiden adalah simbol pemerintahan sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Karena jabatan Presiden melekat pada diri Jokowi sekarang ini, karena mendapat mandat dari rakyat untuk memimpin Indonesia hingga 2019, maka pencatutan nama Jokowi merupakan pelecehan kepada bangsa Indonesia. Dengan kata lain Setya Novanto telah melecehkan martabat bangsa, menjual bangsanya dan berpesta-pora di atas kemelaratan bangsanya sendiri.

Tingkah laku memuakkan Novanto itu bertolak belakang dengan revolusi mental Jokowi yang mati-matian memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme. Korupsi yang telah merasuki sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia semakin terluka  oleh perilaku rakys ketua DPR Setya Novanto.

Di mata dunia, perlikau Novanto itu semakin menegaskan bahwa Indonesia sampai sekarang masih menjadi salah satu negara terkorup di dunia. Maka sangat tepat jika tindakan memalukan Setya Novanto itu dimaknai sebagai sebuah pengkhianatan bangsa. Sebuah pengkhianatan yang lebih kejam dari pembunuhan. Tidaklah berlebihan jika Setya Novanto dicap sebagai pengkhianat bangsa yang tidak dapat dimaafkan.

Bagi Wapres Jusuf Kalla tindakan pencatutan namanya oleh Setya Novanto, telah melukai harga dirinya sebagai Wapres. Setya Novanto sekarang bukanlah kawan, sahabat atau rekan kerja tetapi telah berubah menjadi singa berbulu domba. Di balik wajahnya yang sayu, santun, berkata pelan, tersimpan kebusukan, kelicikan dan pengkhianatan. Terbongkarnya perilaku Setya Novanto yang meminta saham sebesar 9% dari Freeport untuk Jusuf Kalla merupakan tindakan keji nan memuakkan.

Jusuf Kalla yang sudah dua kali menjadi wakil Presiden ini dan mempunyai harta kekayaan berlimpah, tentu tidak lagi berpikir untuk meraup kekayaan duniawi karena semuanya telah ia miliki. Maka tak heran jika Kalla sangat tersinggung dan begitu marah mendengar Novanto telah mencatut namanya.

Jusuf Kalla tak habis pikir, bagaimana mungkin Setya Novanto mencatut namanya yang sama-sama dari Golkar dan tega-teganya berbuat sehina itu. Kalla tak habis pikir bagaimana mungkin Novanto yang sudah mempunyai harta kekayaan lebih 60 miliar itu, bermobil Jaguar mewah, berjam tangan mewah masih rakus menginginkan kekayaan yang lebih besar?

Tindakan Setya Novanto jelas telah mencoreng wibawa Presiden dan Wakil Presiden di mata rakyat Indonesia dan dunia. Karena itu perbuatan Setya Novanto itu harus mendapat tindakan tegas. Novanto harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu.

Jokowi dan Jusuf Kalla sendiri marah besar ketika mendengar nama merka telah dicatut. Kemarahan Jokowi terlihat luar biasa saat mendengar pencatutan namanya. Seandainya Jokowi bukan Presiden, mungkin Jokowi sudah mengamuk dan langsung mencaci maki Setya Novanto di hadapan publik. Demikian juga Jusuf Kalla yang juga marah luar biasa atas tindakan Setya Novanto itu.

Respons pertama Jokowi dan Jusuf Kalla atas perbuatan sangat tercela Setya Novanto itu adalah memerintahkan Menteri ESDM Sudirman Said untuk melaporkan Setya Novanto ke Mahkamah Dewan (MKD) DPR dan membuka di hadapan publik namanya sebagai pencatut nama Jokowi dan Jusuf Kalla.

Selanjutnya Jokowi dan Kalla akan menunggu reaksi dari MKD. Dari mimik wajah Jokowi dan Kalla saat menanggapi berita pencatutan itu, tergambar jelas bahwa Jokowi-Kalla menginginkan MKD memberi sanksi tegas kepada Setya Novanto berupa pemecatan dari jabatannya sebagai ketua DPR sekaligus anggota DPR.

Tentu saja MKD akan mengulangi kebiasaan lamanya untuk bermain-main sebagai MKD banci, tak bergigi dan hanya pajangan belaka. Para anggota MKD yang sebagai besar berasal partai-partai KMP yang merupakan teman Setya Novanto, tidak akan dengan mudah memecat Novanto dari kursi DPR.

MKD dengan segala cara akan membela Setya Novanto dan mencoba mengecilkan masalah itu sebagai pelanggaran ringan. Di samping itu Fadli Zon, Fakhri Hamzah dan Bambang Soesatyo akan bergerilya ke segala penjuru untuk membela Setya Novanto dan memanfaatkan celah-celah sekecil apapun untuk menyerang balik Sudirman Said.

Pembelaan MKD itu akan membuat Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla semakin panas. Didukung oleh partai-partai pendukung pemerintah (P4) yang di dalamnya termasuk PAN, maka pertarungan akan semakin memanas. Skenarionya adalah jika MKD tidak memecat Setya Novanto dari kursi jabatan ketua DPR, maka Jokowi dan Kalla akan melaporkan Setya Novanto ke Bareskrim Polri. Polisi kemudian akan menjerat Setya Novanto dengan pasal-pasal hukum pidana yang berlaku.

Jokowi sendiri telah memberikan pernyataan bahwa pencatutan namanya itu harus diselesaikan dengan sejernih-jernihnya baik melalui politik maupun secara hukum. Sementara Kalla telah melempar pernyataan keras bahwa pencatutan nama itu adalah perbuatan kriminal. Dengan kata lain, perbuatan Novanto itu adalah sebuah pelanggaran hukum pidana.

Kapolri Badrodin Haiti sendiri mengatakan bahwa institusi Polri telah siap memproses pencatut nama Jokowi-Jk itu. Bila proses di MKD tidak memuaskan, maka Polri siap menunggu laporan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla. Sinyal bahwa Kalla akan melaporkan Novanto kepada pihak kepolisisn semakin menguat.

Sekarang bola liar ada di tangan MKD DPR di Senayan. Jika MKD tidak bertindak keras kepada Setya Novanto maka Jokowi-Kalla akan memproses pencatutan nama ke ranah hukum. Jika demikian pertarungan antara Jokowi-Kalla yang didukung P4 VS Setya Novanto yang didukung oleh KMP kembali memanas. Jika demikian terjadilah perseteruan amat sengit dijaga perpolitikan Indonesia.

Melihat peta kekuatan poltik sekarang ini dimana militer amat kuat di belakang Jokowi, maka besar kemungkinan Novanto akan terjungkal dari posisinya sebagai ketua DPR. Posisinya sudah jelas akan digantikan kader terbaik PDIP.

Salam Kompasiana,

Asaaro Lahagu

 *) Sumber illustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun