Ilustrasi - kekerasan seksual oleh pengidap pedofilia (Shutterstock)
Agus Dermawan, alis Agus Boel Tacos (39) resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian sebagai pembunuh bocah perempuan (PNF) di dalam kardus. Penetapan Agus sebagai tersangka berdasarkan 3 alat bukti yang ditemukan polisi yakni: sperma Agus di alat kelamin korban, darah korban yang terdapat di kaus kaki, dan darah korban yang ditemukan dikasur Agus.
Penyelidikan Polisi atas kasus pembunuhan bocah PNF itu dilakukan secara marathon selama seminggu. Kasus pembunuhan itu sendiri awalnya menyulitkan polisi. Tak heran dalam mengungkapnya, polisi mengerahkan anjing pelacak, memeriksa darah Agus, dan memakai metode scientific investigation serta kajian ilmiah dalam menemukan pembunuh bocah perempuan tersebut. Hasilnya pembunuh bocah yang ditemukan mayatnya di dalam kardus adalah seorang paedofil. Dari perilaku Agus dalam keseharian ditemukan bukti-bukti bahwa Agus menderita kelainan psikoseksual atau paedofil.
Pertama, paedofil sangat menyukai anak keci. Agus dalam kesehariannya juga sangat menyukai anak kecil. Dalam melakukan aksinya, Agus membuka warung makanan dan minuman sebagai sarana baginya untuk menarik lebih dekat anak-anak kecil. Warung makanan yang ada di bedengnya itu juga menjadi kamuflase bagi masyarakat sekitar untuk tidak mencurigai aktifitas Agus setiap hari. Agus dketahui pintar mendekati anak-anak kecil. Ia suka mengobrol dan membiarkan mereka nongkrong di warungnya dari malam hingga pagi hari. Ia juga sering mengajak anak-anak sekitar untuk datang ke rumahnya dan menjaga warungnya. Pelaku juga sering membelikan baju kepada anak-anak perempuan.
Kedua, paedofil mengincar orang dekat. Seorang paedofil biasanya akan mendekati orangtua si anak lebih dahulu. Ia akan menjalin hubungan dengan orangtua si anak, sehingga mereka percaya padanya. Setelah orangtua percaya, barulah si pelaku mendekati anak-anak tersebut. Ia akan berusaha menunjukkan perhatian dan kepedulian pada anak-anak. Misalnya, memberi uang jajan, baju atau diajak bermain ke rumah si pelaku. Setelah anak-anak merasa dekat dengannya, barulah si paedofil melakukan aksinya. Faktanya, ayah bocah perempuan PNF adalah teman Agus dari kecil. Orang tua korban adalah teman dekat Agus yang tidak menduga sama sekali perilaku keji Agus, temannya sendiri, kepada anaknya.
Ketiga, paedofil selektif memilih korban. Para paedofil biasanya cenderung memilih anak yang cantik, ganteng, penurut, periang dan menarik. Dalam memilih korbannya, Agus yang saat itu di bawah pengaruh Narkoba, memilih korbannya secara acak. Namun pada umumnya tipe para korban yang diincar oleh para paedofil tidak tentu karena preferensi setiap pelaku kejahatan berbeda-beda. Ada yang suka terhadap tipe anak pendiam dan justeru ‘terpancing’ melihat anak yang berani dan ceria. Seorang paedofil jatuh hati pada anak dengan tipe tertentu dan kemudian semakin lama ketertarikannya berubah menjadi obsesi. Karena tak bisa mendekati anak tersebut, ia mencari sasaran lain yang setipe. Jadi, anak yang tidak punya ‘benteng’ akan jauh lebih mudah diintimidasi.
Keempat, paedofil sulit dideteksi. Perilaku Agus dalam kesehariannya dikenal biasa saja sehingga sulit dideteksi bahwa ia sebenarnya menderita kelainan seksual. Secara kasat mata tidak ada perilaku yang menonjol atau perilaku yang menyimpang dalam diri Agus. Bahkan dalam beberapa kasus, para pelaku paedofil diketahui memelihara atau mengangkat banyak anak, atau istilahnya menjadi orangtua asuh. Maka tak heran seorang paedofil rata-rata baru ditemukan saat ada anak yang menjadi korban.
Kelima, paedofil biasanya memiliki kehidupan yang abnormal. Seorang paedofilia biasanya memiliki kehidupan yang abnormal, dalam artian belum menikah meski usianya sudah matang. Mereka tidak suka bergaul dengan orang orang normal melainkan lebih suka dengan anak kecil. Faktanya, Agus sudah menikah tiga kali, namun tidak ada satu pun yang bertahan hingga sekarang karena memang Agus tidak bertahan dengan para isterinya itu. Agus lebih memilih menyendiri di bedengnya di Kalideres seorang diri. Namun ia mendapat penghiburan dari anak-anak yang nongkrong di warungnya setiap hari.
Keenam, para pelaku memaksa korbannya disertai ancaman. Para paedofil melakukan aksinya dengan bujuk rayu. Namun kalau para korbannya melawan, paedofil tidak segan-segan membunuh korbannya. Tujuannya selain menutupi kejahatannya, juga untuk memperlancar aksinya. Faktanya, Agus membunuh korban PNF karena melawan saat berada di kamar di dalam bedengnya. Agus membungkam mulut PNF dengan kaus kaki dan mengikatnya dengan tali. Setelah melakukan aksinya, Agus memasukkan korbannya di dalam kardus dan membuangnya di tepi jalan.
Dari fakta-fakta perilaku Agus di atas, maka bisa disimpulkan bahwa Agus Dermawan yang membunuh bocah dalam kardus, memiliki kadar tinggi sebagai seorang paedofil. Seorang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, dianggap memenuhi definisi paedofil jika ia memiliki ketertarikan seksual yang menetap atau dominan yang berusia minimal 5 tahun lebih muda. Dianggap menyimpang, karena normalnya kita tertarik pada lawan jenis yang sebaya atau minimal sudah memasuki usia puber dan secara fisik sudah berkembang fungsi seksualnya. Perilaku kelainan seksual seorang paedofil, terjadi karena ada sesuatu yang memang ‘rusak’ dalam dirinya. Bisa karena salah stimulus, bisa karena pencetus lain yang tak pernah diketahui.
Ciri-ciri seorang paedofil sama sekali tidak terlihat. Ia bisa terlihat sebagai paman yang baik, kakak yang sangat perhatian atau guru yang dekat dengan muridnya. Yang membedakan adalah perilakunya. Mereka yang mengintip, mengambil gambar, mengoleksi, memegang bagian pribadi tubuh anak atau meminta anak menyentuh dirinya lalu bereaksi secara seksual dapat dikategorikan sebagai paedofil.
Belajar dari kasus Agus, hendaknya orang tua waspada terhadap para penderita paedofil. Para orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap predator anak kecil semacam ini. Akhir-akhir ini mulai marak lagi pemberitaan tentang banyaknya predator anak kecil yang menyukai anak kecil alias paedofil. Para predator anak kecil ini juga tidak segan segan membunuh korbannya seperti yang dilakukan Agus Dermawan untuk menutupi kejahatannya.
Â
Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H