Ditilik dari belakang sebetulnya sepak terjang Rizal Ramli bersifat ambigu. Publik masih ingat bagaimana Rizal ikut dalam pendatanganan surat takluk pada kehendak IMF alias Letter of Intent dilakukan pada 2001. Ketika itu Rizal Ramli adalah Menko Perekonomian di bawah Presiden Abdurrahman Wahid. Adalah Rizal juga yang memimpin pertemuan-pertemuan untuk mengemis utang kepada IMF dan lembaga-lembaga keuangan internasional lainnya.
Selain itu Rizal juga yang menemui Consultative Group on Indonesia, forum negara-negara dan lembaga kreditor Indonesia untuk melaporkan sejauh mana pemerintah Indonesia telah melaksanakan titah IMF. Berdasarkan kepuasan CGI pada laporan tersebut, nilai pencairan utang kepada Indonesia diputuskan.
Maka, meski suarannya sangat tajam dan menggelegar, kehadiran Rizal Ramli di kabinet mungkin tidak akan mengubah haluan kebijakan ekonomi pemerintah. Jokowi akan tetap berburu utang, apalagi bila aliran dana dari Cina benar-benar anjlok; dan menjadikan “ekonomi kerakyatan” sekadar pemanis bibir karena tak bisa diandalkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Jokowi sendiri tampaknya juga tak ingin Rizal Ramli menjadi dominan di kabinet. Inilah mengapa ia menempatkan mantan Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, sebagai Menko Perekonomian. Sejauh ini Darmin tak pernah berbicara soal pro atau kontra neo liberalisme.
Darmin tampaknya seia-sekata dengan Index of Economic Freedom 2015, yang dirilis oleh The Wall Street Journal dan The Heritage Foundation. Dalam index ini perekonomian Indonesia berada dalam peringkat 105 dari 165 negara yang disurvei. Ini berarti Indonesia masuk dalam jajaran negara yang perekonomiannya “mostly unfree (hampir sepenuhnya tidak bebas)” atau sangat jauh dari liberal. Peringkat Indonesia jauh berada di bawah para tetangga. Lihat saja, Filipina di peringkat 76, Thailand 75, Malaysia 31, dan Singapura di peringkat 2. Peringkat teratas diduduki oleh Hongkong.
Akankah keberadaan Rizal memperkuat kabinet Jokowi? Ataukah sebaliknya sosok keberadaannya justru kontra-produktif dalam kabinet Jokowi? Mari kita lihat adegan sikut-menyikut dalam kabinet Jokowi dan bagaimana Jokowi mengatasinya.
Salam Kompasiana!
Asaaro Lahagu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H