Belum jauh ia berlayar, kapal yang sarat dengan muatan dan barang-barang bawaan penumpang itu mengalami masalah, hampir tenggelam, saking kelebihan muatan.
Satu-satunya cara untuk mengantisipasi hal itu adalah, harus ada penumpang yang dikurangi. Akhirnya nahkoda memutuskan untuk mengundi semua penumpang, untuk menentukan siapa yang akan dikurangi, nama terpilih harus suka rela turun dari kapal, meski apapun konsekuensinya.
Singkat cerita, nama lelaki itu terpilih, jadilah saat ini dia berada di pinggir geladak kapal, bersiap untuk terjun ke laut. Dengan pasrah ia akhirnya melompat, belum lama ia terapung, tiba-tiba datang seekor paus, paus besar dan tanpa basa-basi menelan lelaki itu.
Sang Paus itu heran, kenapa ia tidak berminat untuk menggigit tubuh lelaki itu, ia biarkan tubuh itu meluncur mulus ke dalam perutnya. Berhari-hari kemudian ia membawa lelaki itu dalam perutnya, tidak jarang ia merasakan dan mendengar si lekaki menangis dan berdoa.
Ia mendengar lelaki itu seolah mengakui sebuah kesalahan dan penyesalan, paus juga mendengar kalau lelaki itu pada akhirnya menyadari arti penting sebuah kemaafan dan pertaubatan, yang tergambar dari tangisan-tangisan dan ratapan penyesalannya.
Sampai suatu ketika, sang Paus mendengar lirih lelaki yang berada dalam perutnya itu bermunajat "Tiada Tuhan selain engkau ya Allah, segala puji bagi engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang telah menzalimi diri sendiri".
Tiba-tiba Paus itu merasa mual, dan tak mampu menahan untuk tidak memuntahkan isi perutnya. Maka tatkala melihat dari jauh hamparan bibir pantai, ia muntahkan lelaki itu dalam keadaan pingsan.
Terbangun, lelaki itu merasakan sakit disekujur tubuhnya, ia juga merasakan kepanasan akibat teriknya surya, saat menahan rasa panas itulah ia lihat sebuah pohon labu, tak jauh dari tempatnya terkapar, dengan merayap ia beranjak ke bawah tanaman pohon tersebut, untungnya daun-daun labu yang lebar bisa meneduhkan tubuhnya dari teriknya matahari, bahkan ia juga melihat buah-buah labu yang ranum, perlahan ia memakannya, dan dengan cepat segera memulihkan kelaparannya dengan buah labu tersebut.
Setelah benar-benar pulih, lelaki itu memutuskan untuk kembali pulang ke kampung halamannya, singkat cerita, saat sampai di kampungnya, sahabat dan masyarakat yang sebelum kepergiannya dahulu suka mengolok-olok dan menyakitinya, ternyata mereka menyambutnya dengan gembira.
Mereka amat menyesal telah membuat ia terhina sampai-sampai kabur dari sisi mereka, sungguh sebuah hadiah indah bagi kesabaran lelaki setelah dimakan oleh sang paus perkasa.
Kisah kuda perang, gagak, dan paus itu akhirnya mengajari kita, betapa manusia amat sangatlah lemah, tidak ada kuasa, kecuali atas izin Yang Maha Kuasa.