Mohon tunggu...
Lalu Abdul Fatah
Lalu Abdul Fatah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Editor Lepas, dan Pengajar Penulisan Kreatif

Berkecimpung di dunia pendidikan, khususnya literasi sejak 2014 sampai sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Mestakung untuk Lalu Muhammad Iqbal, Calon Pemimpin NTB

31 Juli 2024   14:46 Diperbarui: 31 Juli 2024   14:54 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lalu Muhammad Iqbal, eks Duta Besar RI untuk Turki. Sumber: https://radarlombok.co.id/lalu-iqbal-lirik-idp-jadi-cawagub.html

Bulan puasa lalu saya bertemu pertama kali dengan Miq Iqbal di Praya, Lombok Tengah. Saya menghadiri acara Bincang Komunitas, undangan dari salah satu tim sukses Miq Iqbal. Beberapa kawan saya di lingkaran literasi menjadi narasumber, panitia, juga peserta. Saya berkendara dengan seorang kawan dari Ijobalit, Lombok Timur. Tumben saya begitu antusias bertemu dengan calon pemimpin NTB itu.

Di forum itulah terungkap kalau Miq Iqbal adalah sosok yang sangat suka belajar. S-1 saja di 3 kampus berbeda di Yogyakarta. Beliau mengambil jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia, Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Sejarah Universitas Gadjah Mada. Beliau lanjut S-2 Hubungan Internasional di Universitas Indonesia, Jakarta. Pendidikan doktoral alias S-3 beliau di Universitas Bucharest, Rumania.

Kariernya di Kementerian Luar Negeri RI layak diacungi jempol. Setelah menjadi Duta Besar RI untuk Turki (dubes termuda pada periode pengangkatan 2019-2023), beliau kini masih menjabat sebagai Juru Bicara Kemenlu RI (saat ini sedang mengurus pengunduran diri sebagai ASN). Dari rekam jejak itu saja, saya bisa menyimpulkan kalau kemahiran diplomasi beliau sudah tak perlu diragukan lagi. Beliau tentunya telah menjalani fit and proper test sebelum terpilih.

Saya yang pernah kuliah di Ilmu Hubungan Internasional Unair Surabaya, langsung terkoneksi dengan rekam jejak beliau. Saya cek pemberitaan beliau di media massa tentang kiprah dan prestasinya, terutama kelihaiannya berdiplomasi menyelamatkan para buruh migran dan WNI di luar negeri. Pada acara Bincang Komunitas di Praya tersebut beliau bercerita bahwa ayahandanya sampai menangis terharu karena merasa telah berhasil mendidik putranya menjadi manusia bermanfaat bagi sesama. Help the voiceless is priceless. Membantu yang tak mampu bersuara, sungguh tak ternilai jasanya.

Dengan segenap prestasinya, bisa saja Miq Iqbal menjadi Menteri Luar Negeri RI selanjutnya. Tawaran privilege sudah di depan mata. Miq Iqbal pasti tahu perihal itu. Namun, ia memilih 'pulang kampung', memilih untuk berkontribusi dan berbakti pada 'kampung halamannya'. Sesuatu yang tak mudah saya kira untuk melakukan pivot alias banting setir, meninggalkan 'zona nyaman' beliau sebagai birokrat.

Namun, di situlah terpancar sisi inspirasional beliau. Having a courage to take a risk. Mengambil risiko, tentu dengan berbagai pertimbangan. Sebagaimana mahirnya beliau mengambil keputusan sulit saat berdiplomasi dengan negara lain terkait keselamatan dan keamanan WNI. Saya pribadi sebagai pemuda NTB di bawah 40-an tahun, bisa membayangkan situasi tersebut.

Saya amati, banyak anak muda yang tergerak mendukung beliau karena rekam jejaknya sebagai birokrat yang berprestasi. Prestasi yang tidak hanya di ranah akademik, tapi juga di karier sebagai profesional. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana pencapaian itu semua bisa membuat beliau 'menjadi manusia'. Sisi kemanusiaan beliau terpancar. Itu yang utama. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya?

Pertemuan Mamiq Iqbal, calon Gubernur NTB dengan Mamiq Slamet Suryawan Sahak. Dok.pribadi
Pertemuan Mamiq Iqbal, calon Gubernur NTB dengan Mamiq Slamet Suryawan Sahak. Dok.pribadi

Dua hari lalu (Senin, 29 Juli 2024) Miq Iqbal dan timnya mampir ke rumah mertua saya, H. Lalu Slamet Suryawan Sahak, di Ijobalit. Mamiq mertua saya tampak tak sabaran karena ia seperti akan bertemu dengan energi besar. Sebagai menantu, saya bisa membaca dan merasakan itu.

Dan ... duar!!!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun