Mohon tunggu...
Lalu Abdul Fatah
Lalu Abdul Fatah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Editor Lepas, dan Pengajar Penulisan Kreatif

Berkecimpung di dunia pendidikan, khususnya literasi sejak 2014 sampai sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Komunikasi Massa Ala Anies Baswedan

25 Januari 2014   19:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lagi Kelas Inspirasi yang ia gagas pada 2012. Anies berhasil menggerakkan ribuan orang di berbagai kota untuk mengorganisasi dan mengajar selama satu hari di Sekolah Dasar. Inisiatif ini memacu orang-orang untuk memahami kondisi pendidikan di lapangan dan turun tangan langsung untuk ambil bagian menyelesaikannya.

Bahkan, pada 4-6 Oktober 2013 lalu di Ecovention Hall, Ancol, Jakarta Utara, ribuan orang juga ikut terlibat sebagai relawan kerja bakti di Festival Gerakan Indonesia Mengajar.Acara yang baru pertama kali diselenggarakan itu bertujuan untuk membantu membuat media pendukung para Pengajar Muda di daerah-daerah yang kesulitan fasilitas.

Maka, ketika Royal Islamic Strategic Centre, Yordania, menempatkan Anies Baswedan sebagai salah satu dari 500 orang di seluruh dunia yang dianggap sebagai Muslim berpengaruh, saya sebagai orang awam melihat bahwa penghargaan itu sungguhlah tepat.

***
Menilik itu semua, sangat wajar jika Rahman yang gemar meneliti selama S-1 di jurusan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang, itu mengajukan pertanyaan. Kira-kira apa yang membuat Anies Baswedan memiliki pengaruh sedemikian kuat?
Saya dan Rahman berdiskusi. Nama Presiden AS, Barack Obama mencuat. Saya serta-merta teringat Oprah Winfrey. Saya teringat pula penyiar kenamaan Larry King yang menulis buku Seni Berbicara. Mengapa orang-orang itu yang muncul dalam diskusi kami? Bahkan ketika menulis ini, muncullah nama Soekarno.
Opini saya, tokoh-tokoh di atas dengan Anies Baswedan punya satu kesamaan, yakni kemampuan komunikasi massa yang baik. Anies, misalnya. Membaca tulisan-tulisannya yang tersebar di media maupun situs pribadinya, saya bisa menjamin bahwa orang awam sekalipun akan mudah mencerna kalimat-kalimatnya. Kata-katanya benar-benar dipilih. Diksinya terseleksi dengan baik. Sederhana tapi bertenaga.

Saya kutipkan tulisan Anies Baswedan yang ia kirimkan ke surel para relawan turun tangan. Surel berjudul "3000 Kilometer: Awal Misi untuk Terus Turun Tangan" ini masuk ke kotak surel saya pada 25 Desember 2013.

Dalam perjalanan selama lima hari ini, optimisme itu makin terbentang di depan mata. Kita menemui beragam komunitas yang tak lelah kirimkan optimisme dari daerahnya, relawan yang datang bukan karena bayaran tapi sebuah harapan dan kepercayaan.

Komunitas-komunitas yang damai. Pesantren yang terus menjaga tenun kebangsaan. Itu semua fakta warna-warni republik ini yang kita temui. Semua itu seperti gaungkan sebuah pesan bahwa ini adalah Indonesia Kita Semua.

Perjalanan ini tegaskan bahwa semua orang siap turun tangan rame-rame untuk merawat republik ini. Semua yang terlibat tak lagi memandang apa warna partainya, misi ini melampaui warna partai.

Masing-masing kita siap turun tangan, siap bergerak, tak tinggal diam. Dengan melihat harapan-harapan itu muncul di tiap daerah, kita semakin yakin bahwa tak bisa lagi seorang pemimpin hadir untuk menyelesaikan semua masalah.

Yang kita butuhkan adalah kepemimpinan yang menggerakkan, mengajak semua orang bergerak, turun tangan benahi negeri.

Bagaimana menurut Anda? Tidakkah Anda rasakan bahwa kalimat-kalimatnya sederhana namun bertenaga? Saya kira, Anies, dalam banyak tulisannya yang terutama untuk konsumsi publik, lebih banyak menggunakan hati tinimbang pikiran. Menulis dengan hati, sampainya juga ke hati. Diksinya pun notabene bermakna positif. Coba perhatikan contoh kutipan di atas, bagaimana ia menyebutkan optimisme, harapan, menggerakkan? Telusuri lewat Google atau baca tulisan-tulisannya di situs pribadinya, Anda akan lebih mudah lagi menemukan tebaran diksi-diksi positifnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun