Mohon tunggu...
Laetitia Dewi Amalia
Laetitia Dewi Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret

Seorang Mahasiswa yang sedang mengejar cita-cita

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Mana yang lebih baik : Parenting masa kini atau masa lampau?

29 Oktober 2023   04:59 Diperbarui: 29 Oktober 2023   05:35 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MANA YANG LEBIH BAIK: PARENTING MASA KINI ATAU MASA LAMPAU? -- Peran kedua orang tua pada perkembangan anak dapat mempengaruhi pola pikir dan karakter anak. Parenting mempunyai pengaruh yang menguntungkan serta substansial pada pembentukan kepribadian.

Tentunya kini, kita semua pernah mendengar istilah tummy time, sensory play dan montessori, sleep training, baby led weaning atau BLW, dan masih banyak istilah lainnya. Istilah-istilah tersebut adalah serangkaian parenting pada masa kini.

Parenting adalah gabungan dari dua kata yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu 'Parent' kata tersebut mempunyai arti orang tua yang kemudian diikuti imbuhan ing, kata imbuhan ing mempunyai arti 'kata kerja'. Sehingga arti parenting sendiri adalah perilaku orang tua untuk mengasuh anak.

Parenting menurut Hetherington dan Whiting adalah merupakan proses interaksi total antara orang tua dengan anak, seperti proses pemeliharaan, pemenuhan kebutuhan fisik, perlindungan dan proses sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar.

Apa peran atau dampak positif dari parenting? Banyak sekali dampak positif dari penerapan parenting, seperti mengarahkan anak pada perilaku positif, mengajari anak pada pengontrolan emosi, mengajarkan anak untuk berpendapat, mengarahkan anak untuk beretika seperti mengucapkan tolong, maaf, dan terima kasih, memupuk rasa disiplin dan percaya diri pada anak, dan masih banyak dampak positif lainnya.

Tentunya setiap orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Sehingga setiap orang tua akan melakukan cara apapun agar sang anak dapat tumbuh menjadi anak dengan karakter yang baik dan tidak membuat resah atau khawatir orang tuanya saat sudah mencapai usia senja. Namun cara yang diterapkan tersebut tidak selalu sukses untuk membentuk anak seperti yang diinginkan. Salah satu tantangan mendidik anak adalah pada proses tumbuh kembangnya. Pola kebiasaan menjadi salah satu kunci memperhatikan tumbuh kembang di lingkungan agar memastikan secara optimal.

Pada masa lampau, saat seseorang baru menjadi orang tua biasanya mengasuh anaknya dengan mengadopsi cara mengasuh orang tua pada masa sebelumnya. Hal tersebut dilakukan dengan mengamati cara orang tuanya memperlakukan dirinya saat menjadi anak atau orang tuanya akan membimbingnya untuk mengasuh anak. Dengan cara tersebut maka new parents merasa sudah cukup bekal untuk menjalani pengasuhan pada anaknya. Pada pola asuh di masa lampau, orang tua masih memercayai mitos turun temurun yang telah ada dari masa ke masa. Tidak banyak ketentuan mengurus anak pada masa lampau. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua pada masa lampau. Namun seiring berjalannya waktu, banyak gaya pola asuh baru yang muncul ke peradaban, tentunya semua pola asuh tersebut telah didasari pengalaman dan telah disertai penelitian.

Pola pengasuhan pada masa kini cenderung terlihat rumit dan terlalu banyak aturan. Namun hal tersebut sebenarnya dapat membentuk anak menjadi lebih baik secara karakter dan mental yang akan membantu kehidupan anak di masa depan. Saat ini terdapat beragam cara mengasuh anak. Orang tua dapat memilih cara parenting yang diinginkan untuk pembentukan karakter anak dan tentunya sesuai dengan lingkungan anak, karena sejatinya setiap orang tua memiliki impian tersendiri untuk membentuk anaknya. Sebelum menerapkan gaya Pengasuhan anak, orang tua sudah seharusnya mengenal anak, karena individu setiap anak berbeda mulai dari gaya belajar, keadaan mental bawaan, dan lain sebagainya.

Pada masa kini, bayi yang telah berusia 84 jam atau tujuh hari sudah diberikan stimulasi tummy time. Hal tersebut berbeda dengan pengasuhan pada masa lampau. Pada masa lampau, orang-orang meyakini anak terlalu lemah untuk di beri stimulasi dalam kurun waktu 48 jam setelah kelahirannya dan para orang tua terlalu takut terjadi sesuatu yang buruk pada anaknya jika dilakukan stimulasi terlalu dini. Sehingga bayi dengan usia tujuh hari pada saat itu hanya dibiarkan tertidur. Padahal tummy time memiliki peran penting pada bayi, seperti melatih kekuatan otot bayi, terutama otot pada leher, dada, bahu, dan lengan bayi. Dengan begitu kedepannya keseimbangan tubuh bayi akan terlatih dan bayi akan cepat untuk belajar menggulingkan badannya, merangkak, duduk, dan berjalan. Banyak dampak positif yang ditimbulkan dari tummy time, namun tummy time tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Terdapat beberapa ketentuan untuk melakukan tummy time dari cara, waktu, hingga langkah-langkahnya.

Kemudian saat anak telah siap sekolah, umumnya pada usia dua atau tiga tahun, anak akan diajarkan montessori. Montessori sendiri adalah sistem pendidikan yang membantu setiap anak meraih potensinya dalam bidang di semua aspek kehidupan. Pengertian jelasnya adalah membiarkan anak bereksplorasi, memupuk rasa keingintahuannya, dan tugas guru pada metode ini adalah  sebagai pembimbing atau penyedia informasi. Terdapat lima bidang utama yang diajarkan dari konsep Montessori ini, yaitu kemampuan berbahasa, konsep matematika, budaya, sensori, dan kehidupan sehari-hari. Menurut penemu metode ini, Dr. Maria Montessori, meyakini bahwa anak adalah 'sensorial explorer', yang secara alami akan belajar tentang lingkungannya melalui apa yang dia rasakan dengan panca indra. Maka dari itu tahapan pertama ketika menerapkan metode montessori ini adalah dengan permainan sensori yang menstimulasi panca indera anak yaitu indra penglihatan, suara, bau, sentuhan, rasa, keseimbangan, dan gerakan. Oleh karena itu sebelum kepada tahap montessori, anak akan dilatih dengan sensory play, permainan sensori berperan dalam peningkatan perkembangan otak anak, memperkaya kemampuan berbahasa pada anak, dan mengajarkan anak pada problem solving, sehingga anak dapat menyelesaikan sendiri masalahnya. Namun, untuk memberikan permainan sensori pada anak, orang tua harus siap untuk meluangkan waktu untuk mencari ide, mengajak anak melakukan sensory play, dan membereskan kembali tempat dan barang yang telah digunakan untuk permainan sensori.

Umumnya sensori play menggunakan bahan yang cenderung bertekstur seperti pasir, mie, jelly, bebatuan, ataupun rumput. Permainan sensori bahkan bertentangan dengan parenting masa lampau. Hal tersebut dianggap 'permainan kotor' oleh orang tua pada masa lampau. Orang tua pada masa lampau cenderung melarang anaknya untuk bermain pasir atau memarahi anaknya saat anak tersebut bermain dengan makanannya.

Permainan sensori juga berkaitan dengan baby led weaning atau BLW. BLW adalah metode memperkenalkan makanan pendamping ASI (MPASI) dengan membiarkan anak memilih dan memakan sendiri semua makanannya tanpa disuapi. BLW dapat mulai diterapkan saat anak telah mendapatkan MPASI, yaitu di usia 6 -- 9 bulan. Pada metode BLW, awalnya makanan yang diberikan kepada anak adalah makanan berbentuk bubur, namun seiring berjalannya waktu makanan yang diberikan kepada anak bukan lagi berbentuk bubur atau makanan yang telah dihaluskan, melainkan makanan utuh yang telah dipotong dengan ukuran yang kecil. Orang tua pada masa lampau tidak menggunakan metode BLW ini karena merasa repot dengan noda-noda atau kekacauan yang akan dihasilkan anak dari metode ini, kemudian orang tua berpikir bahwa nantinya anak makan dengan waktu yang lama. Padahal BLW tidak hanya membiarkan anak makan sendiri, namun juga dapat membatasi waktu makan anak seperti 15 menit atau 20 menit. Jika anak makan melewati waktu yang telah diberikan, maka makan dianggap telah selesai dan anak tidak bisa melanjutkan kegiatan makannya lagi. Tentunya anak akan merasa lapar, namun jangan terkecoh dan terus konsisten dengan memberi makan anak secara teratur pada jam makan yang seharusnya. Sehingga pada waktu makan selanjutnya anak akan makan dengan lahap.

Penerapan sleep training berbeda dengan istilah parenting lainnya. Tidak seperti tummy time, sensory play, atau baby led weaning yang dikekang pada masa lampau, sleep training disukai oleh orang tua pada masa lampau. Namun orang-orang kala itu belum tau metode dari sleep training yang baik untuk anak. Pada awal tahun 1800-an, di budaya barat mulai melakukan sleep training berupa memisahkan kamar anak dan orang tua dengan tujuan mengurangi gangguan pada tidur anak, sehingga anak dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada masa kini, sleep training dilakukan di banyak negara, termasuk di Indonesia. Sleep training juga bukan hanya membiarkan anak tidur sendiri dengan memisahkan anak dari orang tua, namun mengajarkan anak tentang siang dan malam, sehingga anak tau kapan waktu tidur. Hal tersebut dilakukan dengan membuka jendela saat siang hari, kemudian saat malam jendela akan ditutup dan lampu dimatikan. Selain itu, anak memiliki jam tidur yang konsisten, jika anak belum bangun saat jam tidur telah habis, maka orang tua harus membangunkan anak. Sehingga anak akan terbiasa dengan jam tidur tersebut.

Saat ini terdapat beberapa jenis parenting, yaitu :

  • Otoriter

Pola asuh ini hanya mengutamakan komunikasi satu arah melalui berbagai larangan dan perintah secara ketat. Tak jarang orang tua dengan pola asuh otoriter memberikan hukuman atau menerapkan disiplin keras untuk mengendalikan perilaku anak, seperti memberikan hukuman fisik.

Metode otoriter ini adalah metode parenting yang banyak dilakukan pada masa lampau. Dampak dari pola asuh tersebut adalah anak kesulitan mengemukakan pendapatnya dan mengganggu Kesehatan mental anak.

  • Permisif

Pola asuh permisif lebih memprioritaskan kenyamanan anak, sehingga orang tua dan anak memiliki hubungan layaknya teman. Namun dengan begitu anak tidak akan patuh dengan perintah orang tuanya. Sisi positif dari pola asuh ini adalah kesehatan mental anak yang cenderung stabil

  • Otoritatif

Pola asuh otoritatif adalah pola asuh yang menggunakan 50% otoriter dan 50% permisif.

Anak yang diasuh dengan pola asuh otoritatif cenderung dapat mengendalikan diri dengan baik, prestasi akademik yang bagus, dan memiliki Kesehatan mental yang stabil.

  • Mindful

Pola asuh ini dengan menggunakan perasaan emosional orang tua dan anak. Pada pola asuh ini tidak ada penghakiman. Dampaknya anak tidak mudah membantah dan mudah memahami perasaan orang lain.

  • Islami

Pola asuh ini berkaitan dengan agama. Mengasuh anak dengan metode yang telah diajarkan dalam Al-qur'an. Dampak dari pola asuh ini adalah anak akan disiplin dan dekat dengan tuhan, sehingga akan berpikir secara positif.

  • Neglectful

Pola asuh neglectful adalah pola asuh yang tak acuh pada anaknya, dampaknya anak tidak percaya diri dan memiliki Kesehatan mental yang buruk.

Orang tua yang tak acuh ini biasanya disebabkan oleh gangguan mental atau depresi. Umumnya karena pernah diabaikan, perceraian, atau pernah menjadi korban kekerasan seksual.

Itulah beberapa perbedaan parenting pada masa kini dan masa lampau. Di Indonesia sendiri, kini sudah banyak yang meng-upgrade pola asuhnya menjadi pola asuh masa kini. Pola asuh masa kini itu diadopsi dari luar negeri yang telah banyak beredar di sosial media. Banyak orang tua yang mulai menerapkan parenting dengan mengikuti zaman, termasuk juga orang terkenal seperti aktris sekaligus penyanyi Nikita Willy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun