Mohon tunggu...
Noer Laely S
Noer Laely S Mohon Tunggu... Lainnya - if you can't be intelligent, be a good person

Kimia 2017 FSM Universitas Diponegoro KKN TIM II UNDIP 2020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyingkap Cerita "KKN di Desa Sendiri" TIM II Undip 2020

13 Agustus 2020   17:00 Diperbarui: 13 Agustus 2020   17:01 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatihan program kerja 2 bersama ibu-ibu warga Desa Undaa Lor RT 2 RW 5 (31/07/20). Sumber gambar: dok. pribadi.

Kudus (5/08/2020) -- pada tanggal 5 Juli 2020, Universitas Diponegoro menerjunankan mahasiswanya untuk mengikuti salah satu program Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat. Kegiatan KKN TIM II Tahun Akademik 2019/2020 dilakukan di lokasi asal masing-masing mahasiswa pada tanggal 5 Juli 2020 sampai 15 Agustus 2020. Terdapat dua tema yang diangkat pada KKN kali ini yaitu program keilmuan sesuai kompetensi mahasiswa dengan tema Covid-19 dan Sustainable Development Goals (SDGs).

Walaupun KKN kali ini sangat terasa berbeda daripada KKN pada umumnya karena berada di tengah pandemic Virus Covid-19 tak menghentikan niat dari salah satu anggota KKN UNDIP 2020 di Kudus untuk tetap mengabdi kepada masyarakat, Noer Laely Sa'adah atau yang disapa Lely ini menjalankan KKN di Desa Undaan Lor RT 2 RW 5, Kec. Undaan, Kab. Kudus.

"Walaupun KKN di desa sendiri saya merasa inilah giliran saya untuk membangun dan memajukan desa sendiri ditengah dampak dari pandemic Covid-19." Ujar Lely

Dua program monodisiplin yang dijalankan antara lain pelatihan pembuatan hand sanitizer daun sirih serta edukasi dan sosialisasi new normal guna mengusir Covid-19, kemudian pelatihan cara identifikasi formalin dan boraks serta bahan pewarna sintetik pada makanan secara sederhana.

Program 1: Pelatihan Pembuatan Hand Sanitizer Daun Sirih serta Edukasi dan Sosialisasi New Normal Guna Mengusir Covid-19

Mengingat kondisi pandemic yang saat ini masih berkembang, maka diperlukan upaya pencegahan penularan virus Covid-19. Kota Kudus sendiri sekarang telah ditetapkan menjadi redzone (zona merah) dan pasien positif Covid-19 terus bertambah. Pelatihan pembuatan hand sanitizer dari daun sirih serta sosialisasi dan edukasi new normal  kepada ibu-ibu warga Desa Undaan Lor RT 2 RW 5 dilakukan di rumah Ibu Sri pada tanggal 22 Juli 2020 dengan mendemonstrasikan cara pembuatan hand sanitizer dari daun sirih, kemudian dilanjutkan dengan edukasi serta sosialisasi new normal. Tak lupa juga ibu-ibu dibagikan masker guna mencegah penularan virus Covid-19 ini. Disini masyarakat dihimbau untuk selalu menaati protokol kesehatan dimanapun dan kapanpun saat berada di luar rumah.

Dasar  pemilihan Piper betle Linn atau daun sirih sebagai hand sanitizer adalah karena tanaman ini diketahui berkhasiat sebagai antiseptik (Sari dan Isadiartuti, 2006).  Ekstrak daun sirih ini dipadukan dengan jeruk nipis, karena sifat dari daun sirih yang mudah teroksidasi, selain itu komponen kimia yang terkandung dalam jeruk nipis antara lain flavonoid, alkaloid, tanin, minyak atsiri dan saponin yang mempunyai aktivitas antimikroba (Lestari, Rahma dkk. 2018). Sedangkan gel lidah buaya berfungsi agar hand sanitizer yang dihasilkan lembab dan lembut di kulit.

Formulasi pembuatan 100 ml hand sanitizer daun sirih:

  • 40 ml ekstrak daun sirih
  • 10 ml air jeruk nipis
  • 50 ml air matang
  • Gel lidah buaya secukupnya

Dari kuesioner yang dibagikan kepada 20 koresponden, 48,2% orang merasa sangat puas, 38,2% puas, dan 13,8% cukup puas dengan pelatihan yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelatihan ini menarik antusiasme yang sangat baik dari masyarakat.

"Dengan adanya pelatihan program pembuatan hand sanitizer menggunakan bahan alami ini sangat membantu para ibu karena cara pembuatan dan bahan yang dibutuhkan mudah ditemui disekitar kami, sehingga sepulang dari program pelatihan ini kami bisa membuatnya sendiri di rumah," ujar Ibu Zuli selaku salah satu peserta dalam program pelatihan tersebut.

Program 2: Pelatihan Cara Identifikasi Formalin dan Boraks serta Bahan Pewarna Sintetik pada Makanan Secara Sederhana

Pelatihan program kerja 2 bersama ibu-ibu warga Desa Undaa Lor RT 2 RW 5 (31/07/20). Sumber gambar: dok. pribadi.
Pelatihan program kerja 2 bersama ibu-ibu warga Desa Undaa Lor RT 2 RW 5 (31/07/20). Sumber gambar: dok. pribadi.

Maraknya peredaran berbagai jenis produk pangan yang mengandung bahan berbahaya seperti formalin, boraks dan pewarna sintetik, mulai dari bahan baku sampai dengan produk, sangat meresahkan masyarakat.

Oleh Karena itu pada 31 Juli 2020 di kediaman ibu Sri Desa Undaan Lor RT 2 RW 5 diadakan demonstrasi cara pengujian makanan yang mengandung formalin, boraks, dan pewarna sintetik dengan cara sederhana. Identifikasi makanan mengandung formalin menggunakan ekstrak kulit buah naga, sedangkan identifikasi boraks menggunakan ekstrak kunyit, dan identifikasi pewarna sintetik dengan menggunakan larutan sabun.

Menurut Dewi (2019: 49) Penggunaan kulit buah naga sendiri karena kandungan antosianin yang apabila bereaksi dengan formalin akan menstabilkan warna antosianin kulit buah naga karena sama-sama memiliki sifat asam. Hasil positif ditunjukkan apabila sampel yang ditetesi dengan ekstrak kulit buah naga berwarna merah. Sampel makanan yang positif formalin antara lain cincau, ikan asin, dan bakso.

Sedangkan dalam kunyit terkandung senyawa kurkumin yang dapat mendeteksi boraks, karena kurkumin mampu menguraikan ikatan-ikatan boraks menjadi asam borat (Bilazhr, 2014). Hasil positif ditunjukkan apabila sampel yang diberi ekstrak kunyit berwarna merah kecoklatan. Sampel makanan positif boraks antara lain ikan asin, arum manis, bakso dan kerupuk.

Identifikasi bahan makanan dengan pewarna sintetik dengan memanfaatkan larutan sabun, karena sabun bersifat basa. Jika pewarna alami seperti ekstrak buah naga, daun pandan, dan kunyit ditambahkan dengan sabun akan menghasilkan warna berturut-turut merah tua, hijau tua dan coklat tua. Sedangkan sampel dengan pewarna sintetik jika ditambahkan dengan larutan sabun, warna yang dihasilkan akan sama atau tidak terjadi perubahan warna (stabil).

Dari kuesioner yang dibagikan kepada 10 koresponden setelah pelatihan diberikan, 45,71% orang merasa sangat puas, 48,57% puas, dan 5,71% cukup puas dengan pelatihan yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelatihan ini mendapat apresiasi dan antusiasme yang baik dari masyarakat.

"Program pelatihan yang telah dijalankan baik program 1 maupun 2 memang layak untuk diadakan dan dikembangkan oleh masyarakat khususnya warga Desa Undaan Lor RT 2 RW 5, baik pada program 1 maupun 2 Saya melihat antusias dan keingin tahuan dari ibu-ibunya sangat besar. Jadi saya sangat setuju dan terbantu dengan adanya KKN dari UNDIP ini," ujar Ketua RT Desa Undaan Lor RT 2 RW 5, Nor Ikhsan.

 

Sumber :

Bilazhr. 2014. Menguji Kandungan Boraks pada Beberapa Makanan Menggunakan Kunyit. https://bilazhr.wordpress.com/2014/11/15/menguji-kandungan-boraks-pada-beberapa-makanan-menggunakan-kunyit/. Diakses pada 1 Agustus 2020

Dewi, Ratna Sinta. 2019. Identifikasi Formalin pada Makanan Menggunakan Ekstrak Kulit Buah Naga. Samarinda: Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK) LP2M Unhas

Lestari, Rahma Kurnia, dkk. 2018. Efektivitas jeruk nipis (citrus aurantifolia swingle) sebagai zat antiseptic pada cuci tangan. Palembang. JKK

Sari, Retno dan Isadiartuti, Dewi. 2006. Studi efektivitas gel antiseptic tangan ekstrak daun sirih (Piper betle Linn.). Surabaya. Majalah Farmasi Indonesia

Penulis             : Noer Laely Sa'adah/24030117140031/Kimia

Editor              : Shary Charlotte, SIP., MA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun