Mohon tunggu...
Laely Alfiyatun Nasroh
Laely Alfiyatun Nasroh Mohon Tunggu... Guru - Guru

Meninggalkan jejak aksara adalah bagian dari mengukir sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gelabah

1 September 2022   10:45 Diperbarui: 1 September 2022   10:48 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit murung

Berselubung mendung

Hitam pekat

Seperti hitamnya dosa-dosa ku kepada-Mu.

Tajamnya ucapku mampu goreskan luka

Hanyutkanku dalam kubanagan dosa

Belungsang dari bibirku menjadi racun

Hingga bunuh jiwaku.

Ragaku semakin bongko

Tapi lidahku tak jua terkebiri

Masih saja suka caci maki.

Laknat, sumpah, serapah

Menghujani jiwaku

Agah mata para pendendam laksana genosida.

Aku tersungkur di kaki langit

Mengharap ampunan dari hati-hati yang tersakiti

Berharap Kau buka pintu-pintu ampunan

Agar gelabah hatiku tak semakin ruam.

Banjarnegara, 27 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun