Mohon tunggu...
Laeli Musfiroh
Laeli Musfiroh Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Aku adalah seorang mahasiswa, hobiku olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Psikologi Komunikasi dalam Mengatasi Gangguan Kesehatan Mental pada Generasi Milenial

21 November 2024   20:14 Diperbarui: 21 November 2024   21:04 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

REVIEW JURNAL KOMUNIKASI KESEHATAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HEALTH BELIEF MODEL

Generasi milenial yang mengalami gangguan kesehatan mental sering merasa bahwa masalah mereka disebabkan kurangnya komunikasi efektif. Penelitian menyoroti bahwa ketidakmampuan untuk menyalurkan emosi secara baik dapat berujung pada stres berat hingga depresi, yang menjadi ancaman serius terhadap kesehatan mental. Dimensi ini tercermin dalam kesadaran akan pentingnya komunikasi untuk mengatasi gangguan kesehatan mental. 

Penyintas memahami kerentanan terhadap konsekuensi buruk (stres hingga depresi) jika komunikasi yang buruk dibiarkan. Jurnal  " Penerapan Psikologi Komunikasi dalam Mengatasi Gangguan Kesehatan Mental pada Generasi Milenial " yang ditulis oleh Rita Nurwulan Sari dan rekan rekannya, membahas peran psikologi komunikasi dalam mendukung kesehatan mental generasi milenial melalui komunikasi efektif, psikologi pesan, dan psikologi komunikator. 

Penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi yang baik membantu penyintas gangguan mental menyalurkan emosi, membangun keberanian bersosialisasi, dan mencegah stres berlebihan. 

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan fokus pada pemahaman mendalam mengenai pengalaman, kesadaran, dan pandangan generasi milenial terhadap peran psikologi komunikasi dalam mengatasi gangguan kesehatan mental. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa psikologi komunikasi berperan penting dalam membantu generasi milenial mengatasi gangguan kesehatan mental. Komunikasi yang efektif, baik melalui pemilihan bahasa (psikologi pesan) maupun karakter komunikator yang empatik (psikologi komunikator), memberikan dampak positif seperti menyalurkan emosi, membangun hubungan sosial yang sehat, dan meningkatkan kemampuan penyintas untuk bersosialisasi. 

Selain itu, spiritualitas dipandang sebagai salah satu faktor pendukung kesehatan mental, namun bukan satu-satunya solusi, sehingga pendekatan komunikasi tetap menjadi kunci utama dalam menciptakan interaksi yang mendukung pemulihan penyintas gangguan mental. Penelitian ini juga menekankan perlunya edukasi kesehatan mental untuk mengurangi stigma yang masih melekat di masyarakat.

Dalam pendekatan Health Belief Model (HBM), elemen-elemen seperti perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan), perceived severity (keseriusan yang dirasakan), perceived benefits (manfaat yang dirasakan), perceived barriers (hambatan yang dirasakan), cues to action (rangsangan untuk bertindak), dan self-efficacy (keyakinan diri) memainkan peran penting dalam mendorong individu untuk bertindak terhadap kesehatan mental mereka. 

Dalam konteks penelitian ini, generasi milenial yang memahami kerentanan mereka terhadap stres dan dampak serius gangguan kesehatan mental cenderung lebih terbuka terhadap manfaat psikologi komunikasi, seperti komunikasi efektif dan empati, untuk mengatasi hambatan seperti stigma sosial atau ketidakpercayaan diri.

 Dukungan sosial dan edukasi menjadi cues to action yang dapat meningkatkan efikasi diri mereka, sehingga mampu bersosialisasi dan mengelola emosi secara lebih baik.

Selain itu, hambatan yang dirasakan (perceived barriers) menjadi salah satu elemen penting dalam pendekatan Health Belief Model (HBM) yang dapat menghambat individu untuk mengambil tindakan positif terhadap kesehatan mental mereka. 

Dalam konteks penelitian ini, generasi milenial menghadapi berbagai hambatan, seperti stigma sosial yang mengaitkan gangguan mental dengan kelemahan pribadi atau kurangnya iman, ketidakpercayaan diri untuk berbagi perasaan, serta kurangnya akses atau pemahaman tentang pentingnya komunikasi efektif. Hambatan ini sering kali membuat penyintas enggan bersosialisasi atau mencari bantuan. 

Oleh karena itu, upaya untuk mengatasi hambatan ini, seperti melalui edukasi, dukungan lingkungan, dan penerapan psikologi komunikasi yang empatik, menjadi penting untuk membantu individu merasa lebih aman dan nyaman dalam menyalurkan emosi dan memperbaiki kesehatan mental mereka. Penting untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang komunikasi efektif dan empati sebagai strategi untuk mendukung kesehatan mental, terutama dalam lingkungan pendidikan dan keluarga.

Referensi

Rita Nurwulan Sari, Nunung Sanusi. (2023). Penerapan Psikologi Komunikasi dalam Mengatasi Gangguan Kesehatan Mental pada Generasi Milenial.

Laeli Musfiroh

Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun