Bicara mengenai liburan, setiap orang memiliki caranya sendiri untuk menikmatinya. Seperti bos saya yang menghabiskan liburannya dengan pulang kampung, ada teman yang asyik mengadakan pesta barbeque di taman bareng keluarga, ada juga yang merayakannya dengan menyinggahi tempat-tempat seru untuk menyalurkan hobi. Artinya, setiap orang membutuhkan quality time, meski berbeda memanfaatkannya. Namun, tetap saja menjadi hal penting karena dapat sejenak mengalihkan dari aktivitas sehari-hari.
Traveling, salah satu cara untuk merefresh pikiran
Kesibukan akan urusan kantor dari minggu ke minggu biasanya menyita tenaga dan pikiran. Terlebih jika di tambah dengan lemburan. Belum lagi waktu yang terbatas untuk berkumpul bersama keluarga. Bahkan, ibu rumah tangga yang kesehariannya di rumah pun membutuhkan suasana yang baru. Setidaknya hal baru untuk merefresh pikiran. Maka, liburan ke suatu tempat atau mengunjungi tempat baru dapat menjadi momen yang tepat untuk menghilangkan penat.
Dikutip dari National Geographic, ahli syaraf dunia Profesor Jaak Pankepp menyatakan ketika keluarga melakukan liburan, dapat memicu well-being neurochemicals yang fungsinya mengurangi stress dan menghangatkan suasana keluarga. Hal ini biasanya dapat pula berpengaruh pada tingkat konsentrasi yang lebih baik.
Bulan desember lalu saya membuktikan ungkapan beliau. Saya dan keluarga pergi liburan ke Kebumen, berangkat pukul 7 pagi. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lokasi sekitar dua setengah jam. Selain jalanan yang cukup macet, juga karena kami memilih rute lain yang lebih enak dilalui. Tapi memang saat itu lumayan padat kendaraannya, bisa jadi karena hari minggu atau karena liburan sekolah, natal dan tahun baru.
Mendekati daerah pantai, kami melewati jalan berkelok-kelok, menanjak, terjal dan tajam. Selain kecakapan dalam mengemudi, kesabaran juga sepertinya menjadi hal wajib dalam menaklukkan medan tersebut. Pasalnya, saat itu beberapa kali kami "terhalang" oleh mobil yang mengerem mendadak. Dengan jalan yang sempit, menyalip pun susah karena bisa-bisa berpapasan dengan kendaraan dari arah sebaliknya. Sehingga, adegan berhenti tiba-tiba itu kurang lebih berlangsung selama 20 menit. Jika bosan, tengok saja ke luar dari sisi kanan kiri atas dan bawah. Ada tebing dan pantai yang sayang untuk dilewatkan.
Sesampainya di pintu masuk, kami membayar Rp 10.000 per orang. Kata petugas, pembayarannya sudah termasuk gratis parkir dan menikmati tour dengan mobil yang sudah disediakan.
Setelah kembali menyusuri jalan yang menikung, akhirnya kami sampai juga di pantai Menganti. Waaah, rasa lelah berada di mobil terbayar dengan melihat pemandangan yang terhampar: pasir, batu karang, bukit, pohon, dan aneka permainan di sekitar pantai.
Mobil yang sudah di sediakan itu merupakan mobil antar-jemput untuk menuju sisi lain dari pantai. Tapi mobil ini hanya mengantar sampai batas tempat parkir motor. Lalu dijemput di halte yang terletak di sebelah tempat parkir perahu. Jadi, jika kami hendak melihat mercusuar lebih dekat, pondok yang terbuat dari jerami, atau jembatan merah, kami harus berjalan kaki berpuluh-puluh meter.
Sebelum sampai ke pondok kecil berjerami, kami harus menaiki beberapa anak tangga, melewati mercusuar, dan menuruni undakan-undakan tanah. Harus berhati-hati, karena jarak antara satu pijakan dengan pijakan lain sedikit sempit. Tapi memang pemandangannya lebih indah, kami dapat melihat beberapa kapal melintas, sisi lain pantai, hingga mercusuar yang tampak gagah.
![mercusuar sekitar pantai Menganti terlihat gagah -dokpri-](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/09/wp-20171224-060-5a549b08bde5757e5f6ebff5.jpg?t=o&v=770)
Dua puluh menit kemudian beliau menghampiri. Kata beliau, tidak menyesal berjalan jauh karena dapat melewati jembatan merah, meski saat itu masih di renovasi. Yahhh... saya yang gantian menyesal. Jaraknya lumayan juga si, sekitar 500 meter. Jadi kalau ditotal beliau sudah berjalan kaki kurang lebih satu kilometer. Mengingat usia bapak yang sudah 60 tahun lebih, saya mengaku kalah dengan semangatnya. Bahkan, beliau terlihat antusias dengan mengajak kami ke destinasi lain: pantai Ayah dan pasar Jetis.
Akhirnya hari itu kami menyambangi tiga tempat. Meski lelah, saya sangat puas, sebab hal ini benar-benar menyegarkan pikiran dari aktivitas sehari-hari. Bukan hanya terpuaskan oleh pemandangannya yang indah, tapi juga akan kebersamaan dengan keluarga.
Jalan-Jalan Asik dengan Geliga
Lelah dan pegal setelah traveling kadang tidak bisa dihindarkan. Jangankan saat jalan-jalan, dalam kondisi duduk pun bisa terjadi. Dikutip dari alodokter.com, nyeri otot biasanya disebabkan postur tubuh yang kurang benar, otot terkilir, atau aktivitas fisik yang berat. Hal-hal tersebut dapat diatasi dengan beberapa cara: istirahat, meregangkan otot, dan menggunakan pereda nyeri otot. Saya sendiri sudah membuktikanya.
Dalam memanfaatkan liburan, tempat yang senang kami kunjungi adalah pantai. Pantai-pantai yang pernah kami kunjungi seperti Teluk Penyu, Widara Payung, Jetis, Ayah, hingga Menganti. Diantara ibu, kakak, adik, dan saya, yang cenderung merasa pegal dalam melakukan perjalanan biasanya bapak. Bisa jadi karena faktor usia.Â
Maka, untuk menjaga agar jalan-jalan kami tetap asik, solusinya adalah istirahat dan mengisi energi dengan makan dan minum. Tambahan lain adalah pijatan, pereda nyeri ototnya saya menggunakan Geliga Krim. Beberapa kali krim tersebut di oles ke leher dan punggung bapak, lalu saya pijit. Nyatanya memang membantu. Alhamdulillah nyeri otot teratasi sehingga beliau kuat melewati berbagai medan, bahkan seringnya menjadi yang paling semangat. Perjalanan kami pun menjadi menyenangkan.
![Geliga, teman asik untuk traveling -dokpri-](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/09/wp-20171224-010-5a549b0616835f79cc7e0562.jpg?t=o&v=770)
Karena bentuknya yang kecil (30 gram), saya jadi mudah membawa geliga krim. Ada juga yang ukurannya 60 gram. Dapat diaplikasikan dengan mengoleskannya 3-4 kali, lalu pijat ringan. Tunggu sampai krim terserap oleh kulit. Krim ini berfungsi membantu meredakan sakit dan nyeri punggung, pundak, keseleo, kram, dan masalah otot lainnya. Selain itu, tidak lengket dan tidak meninggalkan noda di pakaian. Agar optimal, gunakan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
Saya ada saran nih supaya liburan lebih berkualitas, cobalah barang sebentar saja absen dari sosial media (sosmed). Sebab, tidak hanya sosmed saja yang butuh diperhatikan, tapi orang terdekatmu juga. Jangan sia-siakan kesempatan berlibur bareng orang tercinta. Toh tidak setiap hari absen dari sosmed kan? Tujuannya memperhatikan orang sekitar apa? Agar kita cepat mengetahui kalau-kalau merasa lelah dan pegal. Jika hal tersebut melanda kan jadi dapat segera teratasi.Â
Caranya dengan mengajak beristirahat, menyuruh meregangkan tubuh sejenak dan mengolesi Geliga Krim sebagai pereda nyeri otot pada bagian yang dirasa sakit. Setelah itu bisa diteruskan perjalanannya. Tidak mau waktu liburan yang berharga itu menjadi percuma gara-gara ketidakpedulian kita, kan? Yuk, Maksimalkan liburan yang singkat dengan pengalaman yang paling berkesan. Nikmati traveling dengan bebas pegal!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI