Mohon tunggu...
Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Mohon Tunggu... Lainnya - Basic Education Research Team

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jelajah Tangkahan, Rumah Konservasi Gajah Sumatera

19 Agustus 2024   21:39 Diperbarui: 20 Agustus 2024   21:32 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan malam di Linnea Cottage | Dokumentasi Pribadi

Tangkahan merupakan kawasan ecotourism di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser. Tepatnya terletak di Desa Namo Sialang, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Wilayah ini menjadi tempat konservasi berbagai macam flora dan fauna langka, seperti Rafflesia Arnoldi, Bunga Bangkai, Orang utan dan jenis primata lainnya, serta Gajah Sumatera. 

Gajah Sumatera adalah subspesies Gajah Asia yang tinggal di Sumatera. Populasinya saat ini sangat menghawatirkan, pasalnya statusnya berada pada 'sangat terancam punah'. Hal ini diakibatkan oleh semakin meluasnya perkebunan kelapa sawit sehingga habitat gajah semakin menyempit, pembalakan hutan yang dilakukan secara liar, dan konflik kerusuhan antara masyarakat dengan gajah.

Menyadari dampak buruk dan kerusakan lingkungan yang terjadi, maka ditetapkan peraturan yang melarang penebangan pohon dan segala aktivitas ekspoitasi hutan secara ilegal. Masyarakat berhimpun dan membentuk ekowisata Tangkahan, sebuah konsep wisata berbasis masyarakat untuk melindungi hutan, menjaga dan melestarikan ekosistem yang berkelanjutan, dan tentu memberdayakan serta meningkatkan kesejahteraan warga lokal.

Ekowisata Tangkahan menawarkan bermacam aktivitas menarik, seperti treking Hutan Gunung Leuser, river tubing, explore air terjun, dan pengalaman bersama gajah-gajah. Mulai dari memandikan, memberi makan, bermain di sungai, hingga angon gajah (mengiringi gajah-gajah berpatroli dan mengamati aktivitasnya selama 1-2 jam). Tak heran pesona alam dan atraksi unik Tangkahan memikat hati para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. 

Sabtu lalu, saya mengikuti open trip yang disediakan oleh greenforest_tangkahan selama dua hari satu malam. Sebenarnya tidak 2 hari juga sih, karena trip baru dimulai pada sore hari. 

Saya bersama 3 peserta trip lainnya dijemput oleh guide di Medan pada pukul 15.00 WIB. Perjalanan Medan-Tangkahan cukup ditempuh selama 3 jam. Harga tripnya Rp 780.000/orang dengan minimal peserta 5 orang. Namun karena kami hanya berempat, setiap peserta perlu menambah Rp 100.000 lagi. 

Paket trip ini menyediakan:

  • Transportasi PP Medan-Tangkahan
  • Tour guide
  • Tiket masuk
  • Penginapan
  • Makan 3 kali
  • Air mineral
  • Dokumentasi

Sesampainya di Tangkahan, hari masih terang. Local guide membawa kami ke Jembatan Isabella, sebuah jembatan gantung yang sering digunakan oleh warga lokal. 

Jika dibandingkan dengan Bukit Lawang yang penuh dengan cafe dan penginapan, Tangkahan lebih sepi dan tidak terlalu padat. Penginapan yang tersedia hanya belasan, termasuk Terrario milik aktor ternama Nicholas Saputra. 

Beruntungnya kami, local guide menunjukkan lokasi Terrario dan mempersilakan kami untuk singgah ke Rumah Ati, salah satu vila dengan konsep tradisional yang dibangun menggunakan kayu ulin atau kayu besi dan memiliki interior design yang modern. 

Fasilitasnya lengkap, terdiri dari ruang bersantai, ruang makan, dapur, kamar mandi, dan kamar tidur yang luas di lantai 2. Struktur dinding kaca yang transparan membuat pengunjung bisa langsung menikmati keindahan alam yang asri.

Rumah Ati | Dokumentasi Pribadi
Rumah Ati | Dokumentasi Pribadi

Menghabiskan sore di Rumah Ati sangat menentramkan hati dan pikiran. Udaranya sejuk, pepohonan rindang, dan suara alam yang bersahut-sahutan, seolah menghapus segala penat dan beban. 

Fyi, kunjungan ke Rumah Ati tidak masuk dalam paket open trip, ini adalah bonus yang diberikan oleh local guide bernama Eko yang baik hati. 

Rumah Ati | Dokumentasi Pribadi
Rumah Ati | Dokumentasi Pribadi

Menjelang malam, kami diantar ke penginapan Greenforest. Entah bagaimana ceritanya, penginapan tersebut sudah penuh. Akhirnya kami "diungsikan" ke Linnea Cottage. Katanya sih, masih saudara Greenforest. Buat kami ini bukan masalah besar. Kami bisa menginap di mana saja. Justru lebih menyenangkan di Linnea Cottage, yang letaknya di seberang Sungai Baluh. Meskipun harus berjalan kaki sekitar 10 menit, tapi kami jadi punya kesempatan melewati Jembatan Baluh "Adu Rayu", jembatan gantung yang menjadi tempat syuting video klip lagu Adu Rayu yang dinyanyikan oleh Glenn Fredly, Tulus, dan Yovie Widianto.

Tiba di Linnea Cottage, kami langsung makan malam. Untuk kami berempat, porsi makan malam yang disajikan tergolong cukup besar. Ada ayam, sayur, tempe, tahu, kerupuk, lengkap. Rasanya pun enak. 

Makan malam di Linnea Cottage | Dokumentasi Pribadi
Makan malam di Linnea Cottage | Dokumentasi Pribadi

Di sini, jaringan internet kurang kuat dan penginapan tidak menyediakan wifi, mungkin disengaja agar pengunjung bisa lebih menikmati suasana alam dengan hikmat saat berlibur ke Tangkahan. 

Pagi harinya kami mulai menjelajah Tangkahan. Dari penginapan, kami menuju ke Jembatan (Titi) Nini Galang. Sudah banyak wisatawan mengantri untuk menyeberang. Di bawah, di tepian Sungai Batang Serangan, 7 ekor gajah besar-besar berjalan ke sana kemari dipandu oleh mahout atau pawangnya masing-masing.

Jembatan Gantung Nini Galang | Dokumentasi Pribadi
Jembatan Gantung Nini Galang | Dokumentasi Pribadi

Di kawasan konservasi ini, ada 9 ekor gajah yang dilindungi. Dari kiri, ada Agustin yang sudah berusia 54 tahun, Yuni, Olive dan anaknya, Carlos, Chris yang bergading, Boni yang masih berumur 3 tahun dan ibunya, Sari sudah 50 tahun. Adapun 2 ekor lainnya, termasuk Theo (gajah jantan paling tua) tidak ikut mandi pagi. Dari kejauhan, memang agak sulit membedakan gajah-gajah ini, namun ketika sudah berinteraksi akan lebih mudah mengenalnya. 

Gajah Sumatera | Dokumentasi Pribadi
Gajah Sumatera | Dokumentasi Pribadi

Setelah mendapat instruksi dari pemimpin mahout, kami dan wisatawan lainnya bergegas memandikan gajah. Menyentuh, menyikat badan gajah, merasakan tekstur kulitnya, telinga, dan belalainya, menjadi pengalaman yang benar-benar mengesankan. Pertama, saya menyikat badan Agustin. Agustin rupanya agak ngeyel, membuat sang pawang harus sedikit berteriak untuk menenangkannya. 

Kemudian, saya beralih ke Boni yang mengingatkan saya pada cerita Bona dan Rong Rong pada majalah Bobo. Boni yang masih balita tapi badannya sudah besar. 

Setelah memandikan gajah, kami juga diberi kesempatan untuk memberi makan berupa pisang dan ketela rebus serta tanaman seperti potongan batang bambu. Seru sekali, ketika Sari dan Boni saling berebut makanan, belalainya mengarah ke tangan saya yang menggenggam kantong makanan. 

Sari dan Boni | Dokumentasi Pribadi
Sari dan Boni | Dokumentasi Pribadi
Setelah itu, saatnya bermain dengan bebas. Para pawang menginstruksikan gajah untuk menyemburkan air ke wisatawan. Bahkan ada yang dicium dengan belalainya, lucu sekali. Ini dia Chris, salah satu dari 3 ekor jantan dengan gadingnya yang gagah. Berkali-kali Chris menyemburkan air membuat wisatawan basah kuyup.

Chris | Dokumentasi Pribadi
Chris | Dokumentasi Pribadi

Paket wisata ini sangat luar biasa, mengenalkan dan mendekatkan manusia dengan gajah. Bahwasanya gajah adalah binatang yang cerdas, baik, dan memiliki daya ingat yang kuat. Sudah sepatutnya masyarakat hidup berdampingan, berkawan, dan melindungi gajah-gajah yang terancam punah. Jika wisatawan masih penasaran dengan aktivitas gajah lainnya, tersedia juga paket Angon Gajah, wisata patroli mengelilingi hutan bersama gajah selama 1-2 jam. Tarif paket wisata ini dibandrol Rp 300.000. 

Puas bermain dengan gajah, saatnya menyusuri sungai dengan tubing. Arus sungai yang tenang dan kemudian sedikit berombak memberikan sensasi yang menyenangkan. 

Tubing | Dokumentasi Pribadi
Tubing | Dokumentasi Pribadi

Dua puluh menit berlalu, kami berhenti sejenak untuk menikmati dinginnya Air Terjun Sigarut. Garut berasal dari Bahasa Karo yang artinya batu asah. Jadi batu-batu di sekitar air terjun ini biasa diambil dan digunakan masyarakat untuk mengasah pisau dan benda tajam lainnya.

Air Terjun Garut | Dokumentasi Pribadi
Air Terjun Garut | Dokumentasi Pribadi

Di sini, banyak penjual yang menjajakan makanan apabila pengunjung tidak membawa bekal. Kami yang mengikuti open trip, sudah disediakan makan siang. Lagi-lagi, porsinya besar, ada ayam, ikan, orek tempe teri, sayur, dan jengkol. Nikmat sekali, makan siang dengan dekorasi ala-ala penuh bunga di pinggir sungai. Gerimis yang tiba-tiba turun semakin meromantisasi momen makan siang ini. 

Makan siang | Dokumentasi Pribadi
Makan siang | Dokumentasi Pribadi

Kenyang dengan menu rumahan yang nikmat, kami lanjut berjalan melawan arus sungai menuju sumber air panas di sela-sela gua kecil. Air panas ini berasal dari bawah tanah, menimbulkan aroma lumpur yang kuat. Wisatawan harus mengantri dan bergantian untuk berendam di air panas tersebut, karena cela gua hanya memuat 2-3 orang. Menarik sekali, berada di perbatasan air sungai yang dingin dan hangatnya air panas dari dalam gua. 

Air Panas Kecil | Dokumentasi Pribadi
Air Panas Kecil | Dokumentasi Pribadi

Kami lanjut menyusuri sungai dengan tubing hingga ke hilir, ke Sungai Baluh. Saat itu siang sangat terik, jadi pastikan membawa sunscreen untuk melindungi kulit dari sinar UV. Jika bisa berenang, wisatawan juga dibolehkan turun dari ban di beberapa spot untuk menikmati dinginnya sungai yang sangat bersih dan segar dengan kedalaman kurang lebih 2 meter. 

Tiba di Sungai Baluh, beberapa jeep berbaris rapi menyambut wisatawan, siap mengantar kembali ke penginapan. Seru sekali merasakan sensasi duduk di atas jeep melalui jalanan bebatuan. 

Sebelum kembali ke Medan, jangan lupa membeli buah tangan. Bermacam hiasan ukiran kayu berbentuk gajah, gantungan kunci, cincin, kalung, dan gelang dari rotan. Harga yang tertera menggunakan euro, mungkin karena pengunjung banyak datang dari Eropa. Tenang saja, untuk turis lokal harga souvenir dijual lebih murah. 

Souvenir | Dokumentasi Pribadi
Souvenir | Dokumentasi Pribadi

Secara keseluruhan, paket wisata ini sangat memuaskan. Selain open trip, Greenforest juga menyediakan paket private trip, one day trip, dan paket trip 3 hari 2 malam. Kelebihan dari Greenforest_tangkahan adalah harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan paket wisata lainnya. Namun, sedikit masukan mungkin bisa ditingkatkan dalam merespons wisatawan dan memberikan penjelasan seperti ittinerary yang lebih detail, serta dokumentasi yang baik. 

Yuk, main ke Tangkahan. Rasakan dan alami sendiri pengalaman menarik bersama gajah dan support komunitas lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun