Peserta boleh makan jika semua sudah kembali duduk di tempatnya masing-masing. Makan penuh kesadaran artinya makan dengan seksama, menikmati yang tersaji. Selama waktu makan, peserta tidak boleh berbicara ataupun melakukan kegiatan lainnya.
Makan bersama dengan kesadaran dimulai dengan mendengarkan lonceng dan membaca lima renungan sebelum makan. Berikut adalah lima renungan tersebut:
1. Makanan ini adalah pemberian seluruh alam semesta—bumi, langit, dan dari berbagai hasil kerja keras.
2. Semoga kami makan dan hidup dengan penuh kesadaran dan rasa terima kasih, agar kami layak untuk menerimanya
3. Semoga kami dapat mengenali dan mengubah bentuk-bentuk pikiran tidak bajik, terutama keserakahan, dan belajar untuk makan dengan kewajaran
4. Semoga kami dapat menjaga welas asih agar tetap hidup, melalui cara makan sedemikian rupa sehingga mengurangi penderitaan semua makhluk, melestarikan planet ini dan mengurangi efek perubahan iklim
5. Kami terima makanan ini agar dapat merawat hubungan persaudaraan kakak dan adik, memperkuat Sangha, dan memupuk tujuan luhur dalam melayani semua makhluk.
Usai makan, peserta juga belum boleh beranjak hingga sebagian besar peserta telah selesai dan lonceng kembali dibunyikan. Peserta harus mencuci tempat makan yang telah digunakan secara bergantian. Percayalah, makan dengan kesadaran rasanya jauh lebih nikmat. Sembari menunggu semua peserta selesai, peserta bisa menikmati kopi, teh, dan snack yang disediakan.
Meditasi Baring
Selain makan siang, meditasi baring menjadi sesi favorit saya. Semua peserta berbaring dengan rapi, di samping kiri untuk perempuan, di sisi kanan untuk laki-laki.Â
Meditasi baring tentunya dilakukan dengan berbaring telentang, kaki dan tangan lurus relaks. Diiringi nyanyian, peserta mulai sadari nafas masuk dan nafas keluar.