"Ibu, Ibu, ada pesan Radiogram untuk Ibu. Ibu disuruh pi kota segera, dorang bilang ada mau rapat ooo..."Â
Lucu dan menggelikan, ketika pertama kali saya mendapat pesan Radiogram. Lantaran host family saya tidak memiliki radio, maka anak-anak murid, tetangga, bahkan sekertaris kampung, segera memberi tahu saya. Seperti sudah menjadi kewajiban bagi siapapun yang mendengar pesan untuk menyampaikannya ke penerima yang dituju. Ada rasa haru tapi juga tergelitik, membayangkan semua warga kampung bahkan seluruh warga Kota Fakfak mengetahui pesan itu.Â
Saya jadi teringat masa kecil ketika televisi dan radio menjadi sumber hiburan. Radiogram digunakan untuk mengirim salam-salam atau request lagu idaman. Di sini, radiogram lebih fungsional dan bermanfaat. Sebuah ide cemerlang di tengah keterbatasan.
Tinggal dan hidup satu tahun tanpa smartphone, nyatanya tidak sesulit itu. Meskipun tentu tertinggal informasi terkini, tidak bisa bertukar sapa dengan keluarga di Jawa, namun tidak adanya jaringan yang mendukung smartphone membuat hidup terasa lebih hidup. Diri ini menjadi lebih fokus dan konsentrasi dengan yang nyata di depan mata. Menikmati kebersamaan dengan hadir secara utuh tanpa memikirkan riuhnya perkembangan zaman yang semakin tidak karuan.Â