Mohon tunggu...
Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Mohon Tunggu... Lainnya - Basic Education Research Team

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Radiogram di Fakfak Lebih Pintar dari Smartphone

9 Agustus 2024   22:47 Diperbarui: 11 Agustus 2024   07:44 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Radio | Dokumentasi Pribadi

Melalui Radiogram, pesan pribadi, pengumuman perihal rapat, pertemuan, undangan untuk kepala kampung, guru, bidan, kepala puskesmas, dan seluruh warga akan tersampaikan. 

Radiogram bisa disiarkan kapan saja sesuai permitaan pengirim pesan. Untuk sekali penyiaran, pengirim pesan dikenakan tarif Rp 30.000. Jika penyiar sedang berbaik hati, Rp 50.000 bisa digunakan untuk dua kali penyiaran. 

Saban hari radio-radio yang menjadi salah satu kekayaan utama masyarakat kampung, digantung di depan pintu atau diletakkan di atas meja yang beralas daster bekas. Baterai-baterai reot dijemur di atas daun seng berkali-kali agar dapat dipakai lagi. Warga kampung selalu mendengarkan stasiun penyiaran satu-satunya dan menanti barangkali ada pesan yang ditujukan untuk dirinya.

"Ibu, Ibu, ada pesan Radiogram untuk Ibu. Ibu disuruh pi kota segera, dorang bilang ada mau rapat ooo..." 

Lucu dan menggelikan, ketika pertama kali saya mendapat pesan Radiogram. Lantaran host family saya tidak memiliki radio, maka anak-anak murid, tetangga, bahkan sekertaris kampung, segera memberi tahu saya. Seperti sudah menjadi kewajiban bagi siapapun yang mendengar pesan untuk menyampaikannya ke penerima yang dituju. Ada rasa haru tapi juga tergelitik, membayangkan semua warga kampung bahkan seluruh warga Kota Fakfak mengetahui pesan itu. 

Saya jadi teringat masa kecil ketika televisi dan radio menjadi sumber hiburan. Radiogram digunakan untuk mengirim salam-salam atau request lagu idaman. Di sini, radiogram lebih fungsional dan bermanfaat. Sebuah ide cemerlang di tengah keterbatasan.

Tinggal dan hidup satu tahun tanpa smartphone, nyatanya tidak sesulit itu. Meskipun tentu tertinggal informasi terkini, tidak bisa bertukar sapa dengan keluarga di Jawa, namun tidak adanya jaringan yang mendukung smartphone membuat hidup terasa lebih hidup. Diri ini menjadi lebih fokus dan konsentrasi dengan yang nyata di depan mata. Menikmati kebersamaan dengan hadir secara utuh tanpa memikirkan riuhnya perkembangan zaman yang semakin tidak karuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun