Mohon tunggu...
Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Mohon Tunggu... Lainnya - Basic Education Research Team

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Trip

History Tersusun Rapi di Museum Sonobudoyo Yogyakarta

7 Agustus 2024   22:58 Diperbarui: 7 Agustus 2024   23:01 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokpri) Pasren Museum Sonobudoyo 

  

Wah, senang sekali. Kali ini Kompasiana mengajak bervakansi ke museum. Baru-baru ini saya mengunjungi Tjong A Fie Museum di Medan. Pada Februari lalu saat solo traveling ke Aceh saya juga bertandang ke Museum Tsunami dan Museum Aceh. Dan pada tahun lalu, saya bervakansi ke Museum Sonobudoyo di Yogyakarta, museum terlengkap kedua setelah Museum Nasional Republik Indonesia.

Letaknya yang berada di pusat kota, dekat dengan Alun-alun Utara ini sangat mudah dijangkau. Harga tiket masuk yang relatif murah, untuk dewasa Rp 10.000, untuk anak-anak Rp 5.000, dan untuk wisatawan mancanegara dikenakan tarif Rp 20.000 saja.

Museum Sonobudoyo menyimpan ribuan koleksi dari zaman megalitikum hingga kebudayaan saat ini terutama budaya Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. 

Memasuki pelataran museum, di sebelah kanan terdapat satu paket gamelan yang merupakan hadiah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VI. Gamelan ini tidak boleh dimainkan, hanya ditampilkan. Bagi pengunjung yang ingin mencoba bermain gamelan, disediakan gender gamelan di bagian kiri. Di sana juga ada wiyaga atau penabuh yang siaga mengajari. 

Di atas pintu masuk, terdapat candrasengkala sebagai pertanda dibangunnya gedung museum ini. Bunyinya Buta Ngrasa Hesthining Lata, yang bermakna tahun 1865 kalender jawa atau 1934 yang merupakan tahun berdirinya museum. 

Museum Sonobudoyo Unit I terdiri dari beberapa ruangan dengan berbagai jenis koleksi, ada Geologi, Biologi, Etnografi, Arkeologi, Historika, Numismatika (ragam mata uang), Filologika (naskah kuno tulisan tangan), Keramologika (berang pecah belah berbahan dasar tanah liat yang dibakar), Seni Rupa, dan Teknologi. 

Ruang Pertama

Di ruang pengenalan, pemandu akan menjelaskan beragam koleksi yang tersimpan rapi di museum ini. Ada pasren, tempat tidur bagi orang jawa yang merupakan tempat Dewi Sri atau dewa kesuburan. Dulunya, pasren digunakan saat upacara panen padi.

Ruang Prasejarah

Replika Peti Kubur (Dokpri)
Replika Peti Kubur (Dokpri)
Di ruang kedua, berupa-rupa benda dari jaman prasejarah, seperti tengkorak, kapak, batu, beliung, dan patung-patung dari zaman megalitikum yang digunakan untuk pemujaan. Di sini juga terdapat replika peti kubur batu di atas tanah. Penguburan jenazah pada masa itu tidak dipendam, melainkan disimpan di dalam peti batu dan diletakkan di atas tanah. 

Berjalan ke zaman logam, ada ngoko yang digunakan sebagai mas kawin dan memanggil hujan. Lalu beranjak ke zaman klasik, terdapat peninggalan zaman Hindu, Buddha, dan Islam. Prasasti pengumulan yang berisi tentang pembebasan membayar upeti. Lalu masuk ke perkembangan bahasa, dari Bahasa Sansekerta, Jawa Kuno, Bali Kuno, dan Aksara Jawa sekarang ini. Masing-masing menggunakan media berbeda secara berurutan batu, perunggu, daun lontar, hingga kertas. 

Masih di zaman klasik, tersimpan dalam lemari kaca touch screen, tersaji beragam bentuk dan jenis keris. Berbeda dengan benda-benda lainnya, keris ini dipamerkan secara digital. Ketika pengunjung menyentuh layar, keterangan seperti nama keris, asal usulnya, dan sejarahnya akan ditampilkan. Selain deskripsi itu, juga terdengar bunyi-bunyian yang berbeda-beda setiap kerisnya. Ide memadukan sejarah dengan teknologi ini sangat menarik dan interaktif. 

Keris (Dokpri)
Keris (Dokpri)

Masuk ke masa Islam, terpampang hiasan dekorasi dinding bertuliskan dua kalimat syahadad. Dua naskah yang terdiri surat Al-Anbia yang menggunakan huruf tegon, tulisannya Arab namun bahasanya Jawa dan buku tuntunan agama Islam. 

Naskah kuno (Dokpri)
Naskah kuno (Dokpri)
Di samping itu juga ada Alquran tulisan tangan Sultan Hamengkubuwono V yang berbahan kulit, sajadah dari mendong atau daun pandan, rebana, dan lainnya. 

Ruang Batik

Dari Ruang Klasik beralih ke Ruang Batik. Di dinding disajikan proses pembuatan batik dari kain polos, menggambar batik dengan malam, pewarnaan, pelarutan malam, dan seterusnya. Juga ada contoh penggunaan kain batik untuk pengantin adat Jawa. Selain itu, perkembangan membatik juga diceritakan dari yang manual hingga batik cap yang menggunakan kayu kemudian karena dianggap rapuh maka diganti dengan besi. Beberapa peralatan membatik juga dipamerkan, seperti malam, porcelen, cap batik dan canting dengan bermacam lubang.

Ruang Batik (Dokpri)
Ruang Batik (Dokpri)

Ruang Wayang 

Memasuki Ruang Wayang, dimulai dari cerita Ramayana dan Mahabharata. Wayang-wayang berjajar rapi, sebelah kanan yang berkarakter baik dan sebelah kiri yang berkarakter jahat. Lagi-lagi, di Ruang Wayang juga disajikan dengan teknologi. Animasi wayang kulit cerita Ramayana, dari kisah Shinta diculik hingga Rahwana gugur. Durasinya kurang lebih 5-6 menit. 

Tidak hanya itu, koleksi wayang di Museum Sonobudoyo sangat lengkap. Terdapat wayang dari Solo, wayang-wayang kisah Walisongo, wayang wahyu yang bersumber dari Alkitab, dan wayang kancil dari Sunan Giri. 

Berikutnya adalah wayang golek yang terbuat dari kayu, wayang klitik paduan kayu dan kulit yang menunjukkan wayang-wayang Mahabharata dan Pandawa Lima, lalu wayang zaman perjuangan.

Ruang Wayang (Dokpri)
Ruang Wayang (Dokpri)

Ruang Topeng

Di Ruang Topeng, tersaji berbagai topeng wajah manusia yang tidak sempurna. Kemudian topeng menari dari Bali, Yogyakarta, Madura. dan Cirebon yang masing-masing memiliki karakternya sendiri. Semuanya berbahan kayu.

Ruang Topeng (Dokpri)
Ruang Topeng (Dokpri)

Ruang Jawa Tengah

Di ruang Jawa Tengah atau ruang ukir ini, menampilkan beragam ukiran dari Jepara, seperti Rono sebagai penyekat ruangan dan gebyok yang sangat lebar. Di tengah ruangan ada maket rumah adat tradisional Jawa. Seperti ciri khasnya, rumah Jawa terdiri dari pendop, senthong (ruangan) tengah, kiri, dan kanan. Berkebalikan dengan rumah Bali yang selalu terdapat ruang doa di depan, di Jawa, kandang di letakkan di depan sebagai lambang kekayaan. Barulah ruang berdoa seperti pasren di dalam rumah. Lalu nampak kamar mandi juga di depan karena tradisi orang Jawa harus bersih-bersih dulu sebelum memasuki rumah. Kemudian di belakang terdapat lumbung padi.

Gebyok (Dokpri)
Gebyok (Dokpri)

Ruang Senjata

Di ruang senjata ini, tersimpan beragam senjata yang pernah digunakan sejak zaman dahulu seperti keris, tombak, clurit, pisau, dan panah. Di sini juga ada miniatur meriam, sementara yang asli ada di depan museum. 

Ruang Dolanan (Mainan Anak)

Terdapat banyak sekali macam mainan anak seperti yoyo, prau othok-othok, dan congklak. Di dinding terpasang foto anak-anak zaman dulu yang sedang bermain cublak-cublak suweng, jamuran, dan dilengkapi dengan liik lagu atau tembang yang mengiringi.

Ruang Bali

Ruang terakhir adalah Ruang Bali yang menyimpan patung-patung penari, keris, kori atau rumah bali, lukisan upacara Ngaben, batara untuk orang meninggal, dan beberapa koleksi dari Lombok. Seperti patung pengantin sasak, patung Dewa Wisnu, peralatan upacara, dan ember air suci, serta lainnya.

Halaman Belakang (Dokpri)
Halaman Belakang (Dokpri)

Di halaman belakang, terdapat Gapura Candi yang digunakan saat peresmian berdirinya museum. Di balik gapura, terdapat bale gede yang bisa digunakan untuk tempat istirahat pengunjung dan upacara-upacara adat Bali. 

Nah, selesai sudah bervakansi ke Museum Sonobudoyo Unit 1 melalui tulisan sederhana ini. Senang sekali rasanya bisa mempelajari dan mengenal sejarah, mengetahui perkembangan zaman dari masa ke masa melalui koleksi-koleksi yang tersimpan rapi. Sebagai penikmat museum, beberapa hal yang bisa diterapkan dan dijadikan pertimbangan untuk perbaikan agar museum lebih disegani dan lebih memberikan kenyamanan bagi semua kalangan masyarakat:

  • Tiket masuk yang terjangkau
    Harga tiket masuk tentu akan menjadi pertimbangan masyarakat untuk menjadikan museum sebagai destinasi wisata. Sejauh ini, tiket masuk masuk ke museum yang pernah saya kunjungi masih di bawah Rp 50.000, artinya masih okelah. 
  • Penyediaan layanan pembelian tiket masuk secara online dan pembayarannya dengan e-money. 
  • Memadukan sejarah dengan teknologi
    Tentu akan lebih dan sangat menarik ketika pengunjung tidak hanya melihat, tapi juga ada aktivitas lain yang dilakukan saat mengunjungi museum. Hal ini sangat cocok dengan generasi sekarang ini yang cenderung lebih suka dengan hal-hal yang berbau digital
  • Akses jalan dan fasilitas bagi penyandang disabilitas.
    Seperti tujuannya agar museum bisa dinikmati dan memberikan kenyamanan untuk semua kalangan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas, sudah seyogianya pihak museum memperhatikan hal ini.
  • Kurasi dan perawatan secara berkala juga perlu dilakukan, agar koleksi-koleksi objek bersejarah senantiasa terjaga dan lestari. 

Demikian, semoga museum-museum di Indonesia tetap terjaga dan lebih baik lagi. 

Selamat bervakansi ke museum!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun