Dokkk-dokkk! Dokkk-dokkk! "Sato! Bangun sekarang! Sembahyang Subuh!"
Sato mencoba berbagai cara untuk menghilangkan sosok Umar pada dirinya. Namun, ia selalu gagal. Satu-satunya jalan agar terhindar dari bayang ayahnya adalah dengan meninggalkan sembahyang dan mengaji. Sato Reang di masa SMA, tidak lagi menjadi anak saleh. Ia bertindak sembrono, semaunya sendiri. Bahkan menghasut kawannya agar meninggalkan sembahyang.Â
"Berbuatlah sedikit dosa, Jamal. Pahalamu sudah banyak, bertumpuk-tumpuk. Tak akan habis dikurangi dosamu". Kata Sato Reang kepada salah satu kawan sekelasnya, Jamal. Jamal yang saleh, selalu sembahyang lima kali sehari, juga rajin mengaji.
Sato Reang mulai mencuri. Sato Reang kencing seperti anjing di sembarang tempat, di bawah pohoh, di emperan toko, di jalanan. Bahkan ia kerap mengencingi buah-buahan di atas mobil bak pikap pada malam hari. Dan esoknya, ia akan menyaksikan orang-orang membeli dan bahkan mencicipi buah yang telah ia kencingi. Ia puas, ia bahagia melakukannya. Ia merasa bebas, seperti menemukan dirinya sendiri.Â
Hal yang menarik dari isi buku
Berlatar waktu pada tahun 90-an di sebuah kota pinggiran bernama Rawa Batu. Cerita Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong cukup relate dan terasa sangat real dengan masa kecil saya dan mungkin sebagian Sobat Kompas yang muslim dan tinggal di pinggiran kota atau pedesaan. Sosok ayah yang ketat dalam mendidik anak-anaknya untuk menjadi saleh/saleha.Â
Peran seorang ayah memang sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Bagaimanapun, pendidikan dan trauma masa kecil akan terbawa hingga remaja dan dewasa. Banyak yang berdampak baik, namun tidak sedikit pula yang berujung buruk seperti Sato Reang.
Berbeda dengan novel O yang memiliki karakter sangat kompleks dan sureal, dalam buku Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong ini tokohnya tidak banyak. Karakter yang menonjol dan sangat kuat hanyalah sang tokoh utama atau Sato Reang, ayahnya, dan Jamal (kawan sekolah Sato Reang). Selebihnya sebagai pemeran pembantu.Â
Di bagian akhir buku, Eka Kurniawan menyisipkan tentang politik. Sekilas tentang Darul Islam, PKI, Permesta, Republik Maluku Selatan, yang semuanya memberontak. Namun Tentara Indonesia berhasil menumpas mereka semua, hingga Indonesia kokoh berdiri, Pancasila berjaya. Apakah kisah Sato Reang yang memberontak menggambarkan kumpulan gerakan pemberontak itu?
Barangkali Sobat Kompas yang sudah membaca buku ini punya pemikiran lain. Boleh dibagikan, ya...
Teknik penulisan