Mohon tunggu...
Laeli Nuraj
Laeli Nuraj Mohon Tunggu... Lainnya - Basic Education Research Team

Suka baca, ngopi, jalan pagi, dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Walking Tour Medan: Kawasan Kesawan yang Menawan

31 Juli 2024   23:30 Diperbarui: 1 Agustus 2024   11:04 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini kali kedua saya mengikuti Medan walking tour. Pertama saya ikut yang edisi Old Town Binjai. Sebagai perantau di kota terbesar ketiga di Indonesia, rasanya tidak afdal jika tidak mengenal sejarah yang banyak tersimpan di kota tua Kesawan. Sebuah kawasan dengan jajaran rumah toko tinggi nan tua di sepanjang Jalan Jend. Ahmad Yani.

Pada 27 April lalu, saya bersama Henok, pemandu Medan Good Guide melakukan wisata jalan kaki di kawasan Kesawan yang menawan. Kala itu, hanya saya peserta walking tour, jadi terasa seperti private trip.

Jawara Bakery

Kami bertemu di cafe yang menjual ratusan jenis kue dan roti. Dari sini, wisata jalan kaki akan dimulai. Henok banyak bercerta tentang masa pemerintahan Hindia Belanda dan asal mula Tanah Deli ini.

Jawara Bakery| Dok. pribadi
Jawara Bakery| Dok. pribadi

Warenhuis Medan

Kami berhenti di gedung Werenhuis yang dikenal sebagai pusat perbelajaan pertama di Kota Medan dan dibangun pada masa kolinial. Namun, berdasarkan penuturan Henok dan beberapa sumber, department store pertama di Medan sebenarnya adalah Seng Hap. Bangunannya bergaya romawi yang lokasinya berada di seberang Gedung London Sumatera.

Werenhuis kini tengah direnovasi untuk dijadikan sebagai salah satu bangunan cagar budaya. 

Warenhuis Medan| Dok. pribadi
Warenhuis Medan| Dok. pribadi

Kedai Kopi Apek

Satu menit berjalan dari Werenhuis, kami tiba di kedai kopi yang masih berjaya sejak tahun 1923 bahkan sebelum Indonesia merdeka. Kedai kopi kuno nan sederhana ini hanya menyediakan 7 meja saja. Maka bersiaplah untuk mengantri, karena pelanggan setia selalu memenuhi kedai kuno legendaris ini.

Kedai Kopi Apek| Dok. pribadi
Kedai Kopi Apek| Dok. pribadi

Saya memesan es kopi dingin yang kental dan khas serta roti kukus srikaya yang menjadi favorit pengunjung. Harganya relatif mahal bagi saya, harga kopi sekitar Rp 50.000-an, sementara roti kukus atau bakarnya sekitar Rp 30.000-an. Datanglah pagi-pagi, karena Kedai Kopi Apek hanya buka sampai jam 12 siang. Siapkan uang cash, di sini tidak melayani pembayaran dengan e-money.

Es Kopi Dingin dan Roti Bakar| Dok. pribadi
Es Kopi Dingin dan Roti Bakar| Dok. pribadi

Pasar Hindu

Kenyang dengan menu sarapan dengan citarasa autentik yang terus dipertahankan, kami menuju ke seberang jalan. Pasar Hindu, pasar terkecil dan terpendek di Kota Medan. Meskipun panjangnya hanya 50 meter saja, namun pasar ini cukup lengkap dipenuhi penjual ikan, daging, buah dan sayur segar serta jajanan tradisional. 

Dinamakan Pasar Hindur, karena masyarakat yang bermukim di wilayah ini mayoritas beragama hindu.

Pasar Hindu| Dok. pribadi
Pasar Hindu| Dok. pribadi

Museum Al Washliyah

Selanjutnya, kami berjalan melalui gang-gang sempit hingga tiba di Museum Al Washliyah Tapanuli. Ornamen serta warna yang didominasi kuning dan hijau sangat khas dengan gaya melayu dan Islam. Konon, banyak warga Mandailing (Tapanuli Selatan) yang merantau meninggalkan kampungnya ke Sumatra. Di sampingnya berdiri Maktab Islamiyah Tapanuli yang merupakan sekolah untuk masyarakat muslim. Dulu, Belanda melarang pribumi mengenyam pendidikan di sekolah umum.

Sayang sekali kami tidak bisa masuk ke dalam lantaran tidak ada penjaganya. Kami hanya bisa mengintip museum yang masih asli ini dari jendela. Nampak beberapa foto tokoh-tokoh Islam dan para ulama dipasang pada dinding-dinding kayu bagian dalam. 

Museum Al Washliyah| Dok. pribadi
Museum Al Washliyah| Dok. pribadi

Masjid Lama Gang Bengkok Medan

Masih satu kawasan dengan Museum Al Washlyah, berdiri sebuah masjid dengan corak senada. Namanya yang unik berasal dari lokasinya yang berada di jalan bengkok. Keunikan lainnya ditunjukkan pada bentuk kubahnya yang lebih menyerupai Klenteng. Ukirannya yang cantik disebut "Lebah Bergantung" mengandung makna tersembunyi yaitu seorang raja yang rela berkorban untuk mewujudkan kerukunan masyarakat. 

Masjid Lama Gang Bangkok| Dok. pribadi
Masjid Lama Gang Bangkok| Dok. pribadi

Masjid tertua kedua setelah Masjid Raya Al-Osmani ini dibangun di atas tanah yang diwakafkan oleh Datuk Kesawan Haji Muhammad Ali, sementara biaya pembangunannya berasal dari saudagar kaya Tionghoa, Tjong A Fie. Kongsi dari kedua etnis Melayu dan Cina ini  menunjukkan tingginya toleransi.

Es Krim Apo

Henok mengajak saya untuk lanjut berjalan. Tujuan berikutnya adalah Es Krim Apo. Salah satu kuliner legendaris Kota Medan yang patut dicoba. Tidak seperti es krim biasa, Es Krim Apo menggabungkan es krim yang lembut dengan soda. Perpaduannya menciptakan rasa segar nan ciamik.

Es Krim Apo| Dok. pribadi
Es Krim Apo| Dok. pribadi

Pajak (Pasar) Ikan Lama

Terakhir, kami memutari kawasan pasar perniagaan yang lebih populer dengan nama Pajak Ikan Lama. Dulunya memang pasar ini menjadi pusat perdagangan ikan. Namun kini tidak lagi, kawasan ini justru dipenuhi pedagang tekstil, seperti pakaian, bahan-bahan, kebaya, hingga perlengkapan sekolah dan ibadah. Juga kedai-kedai makanan yang turut meramaikan.

Beragam sekali nampaknya, Melayu, India, Arab dan Tionghoa menyatu.

Sampai di sini rute walking tour edisi Kesawan yang memang tidak terlalu panjang hanya sekitar 2 km. Namun, selama 1-2 jam berjalan, banyak sekali pegetahuan dan pengalaman yang bisa dibawa pulang. 

Kesawan yang menawan, menyimpan sejuta kenangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun