sebelumnya, mengenai sistem pendidikan di Tomoe Gakuen, masih banyak cerita-cerita yang dituliskan Totto Chan.
Melanjutkan tulisanTes Keberanian
Pada suatu malam, anak-anak Tomoe Gakoen berkemah di aula. Kepala sekolah Kobayashi, memberi tantangan tes keberanian di salah satu kuil dekat sekolah. Sebagian anak-anak berlagak menjadi hantu dengan kontum buatan masing-masing. Sisanya membentuk kelompok yang akan berjalan sesuai rute yang ditentukan: memutari kuil, kuburan, dan kembali ke sekolah. Meskipun ini tes keberanian, anak-anak diperbolehkan tidak menyelesaikan rute.
Memang penting ya, kegiatan outing class seperti ini. Agar tumbuh percaya diri dan berani dalam diri anak. Begitu pula dengan orang tua, agar tidak terlalu khawatir dan memberikan kepercayaan kepada anak-anaknya. Kalau di Indonesia, kegiatan seperti ini mirip dengan jurit malam saat kegiatan Pramuka.
Takahashi dan Yasuaki
Takahashi, murid baru kelas 1 bertubuh kecil, lebih kecil dari anak-anak lainnya. Lengan dan kakinya sangat pendek, tapi bahunya kekar. Mulanya anak-anak kelas 1 Â heran memandangi keadaan Kobayashi. Tetapi itu tidak berlangsung lama. Totto Chan dan lainnya serentak mengajak Takahashi bermain bersama.
Selain Takahashi, ada Yasuaki yang juga terlihat berbeda dari anak-anak lainnya. Ketika berjalan, Yasuaki menyeret kakinya. Seluruh tubuhnya bergoyang-goyang. Jari-jarinya yang panjang tertekuk dan seperti lengket satu sama lain.Â
Bagaimanapun kondisi mereka, kepala sekolah Kobayashi menerima anak-anak itu di sekolah Tomoe Gakuen. Memberi perlakuan yang adil seperti kepada anak-anak yang lain.
Hari Olahraga
Hari olahraga diselenggarakan setiap tanggal tiga November. Berbagai jenis olahraga dilombakan. Namun, hanya 2 cabang olahraga yang serupa dengan sekolah-sekolah pada umumnya, seperti tarik tambang dan lomba lari tiga kaki. Lomba-lomba lainnya didesain oleh kepala sekolah Kobayashi dengan memanfaatkan lingkungan sekolah. Salah satunya adalah lomba naik-turun tangga. Nampaknya lomba itu terlihat mudah, tetapi anak-anak tangganya sangat rendah dan rapat satu sama lain. Tentu menyulitkan, tapi tidak untuk Takahashi. Dia memenangkan lomba naik turun tangga ini dan beberapa lomba lainnya.
Usai perlombaan, kepala sekolah Kobayashi mengumumkan juara umum diraih oleh Takahashi. Takahashi sangat bangga, hadiah berupa sayur-sayuran diterimanya dengan gembira
Pakaian Paling Usang
Kepala sekolah Kobayashi selalu meminta kepada orang tua untuk memakaikan anak-anaknya dengan pakaian sehari-hari, bahkan yang paling usang sekaligus. Tidak ada seragam di Tomoe Gakoen. Peraturan tersebut bertujuan agar para orang tua tidak cemas jika pakaian yang dikenakan anak-anaknya kotor atau bahkan robek lantaran kegiatan di sekolah sangat beragam.Â
Seperti halnya Tomoe Gakoen, beberapa sekolah di Indonesia yang membebaskan murid-muridnya mengenakan pakaian sehari-hari yaitu Sanggar Anak Alam, Sanggar Anak Akar, dan Sokola Rimba.Â
Pelajaran di Tomoe Gakuen
Berbeda dengan sekolah pada umumnya yang sudah terjadwal mata pelajarannya. Di Tomoe Gakuen, guru kelas memberikan daftar pilihan materi pelajaran. Anak-anak bebas dan memulai belajar sesuai yang diinginkan. Ada yang gemar menulis, ada yang suka fisika lalu merebus sesuatu dałam tabung percobaan, ada juga yang memilih Bahasa Jepang. Bagi anak-anak, memulai hari dengan mempelajari hal yang disukai tentu sangat menyenangkan.
Murid-murid kelas 1 belum sampai ke tahap belajar secara mandiri penuh. Guru tetap mendampingi dan memberikan sesi konsultasi. Benar-benar, praktik belajar yang memerdekakan diterapkan.
Semoga ya, kisah kecil Totto Chan bersama teman-teman, guru, dan kepala sekolah Kobayashi di Tomoe Gakoen yang penuh keceriaan, memerdekaan, dan mengajarkan banyak nilai-nilai kehidupan, diimplementasikan di sekolah-sekolah negeri ini.
Terima kasih, sayonara! Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H